[Haibun]  "Kebenaran" bagi sang pemenang 

Diluar suara guntur menggelegar, yang kemudian mengingatkanku pada peristiwa 
mengerikan, misteri, mengabarkan pesan akhir : "luluh lantakkan kehidupan 
manusia, dunia akan menjadi abu berwarna merah, karena itu, nyalahkan obor api!"

Ketika itu, waktu telah ditentukan, di Jakarta, menjadi pusat komando perang 
antar saudara, walhasil seperti suatu kisah "kebenaran" bagi sang pemenang,

Apa yang diinginkan,
Kejadiannya,
Tak membingungkan
Rencana aktivitas
Nama terdaftar, hilang

Kata lahir tersusun dalam darah,
mengalir, mengikuti arus dalam tubuh yang gelap,
berdenyut, mengarungi arah busur panah,
menembus bibir dan mulut.

Untuk terakhir kalinya, mereka pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal, telah 
kehilangan sanak saudara dan handai taulan, menjejak tanpa pijakan tapak kaki, 
ditinggalkannya bayangan kenangan dalam alam kelam, yang menyisakan ingatan 
pengagungan jiwa harumnya semerbak kayu cendana.

Pada empat puluh lima tahun lalu, di usia itu, pencarian pembenaran atas 
"kebenaran" itu, tak pernah diketahui asal-usulnya, dari mana asal muasal kisah 
cerita misteri itu, walau ingatan di masa lalu itu, dianggapnya sebagai bencana 
banjir di musim hujan, dan meluap arus derasnya air sungai, yang mengalir 
berwarna merah darah.

Melalui kata tak bersuara, bersaksi, atas pembenaran dibalik tirai kawat 
berduri "kebenaran" itu, bahkan mengucap bisu dari ujung langit, yang dibatasi 
tembok-tembok penjara, tempat-tempat pengasingan dan pemenjaraan kehidupan 
berbangsa dan bernegara.

Susunan kata-kata
Tanpa substansi
Atau diam,

Antara kekerasan,
dan penghilangan,
jiwa melayang

Cahaya lilin,
Menerangi ruangan
Nyala, tak acuh

Keberaniannya
Jiwa mengerang
Pikirannya tersiksa

MiRa -  Amsterdam, 22 Juni 2010

Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/   
http://sastrapembebasan.wordpress.com/
 


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke