Belajar dari Puasanya Kupu-kupu Rabu, 25 Agustus 2010, 10:47 WIB
  [image: 
Smaller]<http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/08/25/131749-belajar-dari-puasanya-kupukupu#>
[image: 
Reset]<http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/08/25/131749-belajar-dari-puasanya-kupukupu#>
[image: 
Larger]<http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/08/25/131749-belajar-dari-puasanya-kupukupu#>
  ap
[image: Belajar dari Puasanya Kupu-kupu]
Kupu-kupu

Oleh H Jatiman Karim

Kupu-kupu adalah hewan yang sangat indah dan menarik. Sayapnya yang
berwarna-warni dengan motif yang sangat rapi serta kelincahannya terbang
dari satu bunga ke bunga yang lain, menjadi daya tarik bagi setiap orang
untuk mengagumi makhluk ini.

Kupu-kupu tak hadir begitu saja ke muka bumi, tapi melalui proses
metaformosis dari binatang yang bernama ulat. Menyebut namanya, mungkin ada
sebagian orang yang jijik, geli, takut, penyebab kulit gatal, perusak
tanaman, dan sebagainya. Ia begitu identik dengan sifat yang tidak baik.
Hampir tak ada orang yang mau menyentuhnya.

Namun, ketika seekor ulat berubah menjadi kupu-kupu yang cantik dan indah,
semua orang pun berusaha memilikinya dan bahkan mengaguminya. Mereka tak
merasa takut dengan seekor kupu-kupu yang sesungguhnya berasal dari ulat.
Itulah kupu-kupu. Hewan yang indah dan menarik. Makanannya pun bahan
pilihan, dan selalu membantu proses penyerbukan tanaman.

Untuk menjadi kupu-kupu, ulat terlebih dahulu menjadi kepompong. Itulah
sebuah metamorfosis, yang dalam bahasa manusianya sedang menjalani puasa,
menjauhkan dari dari makan dan minum, menutup dirinya dari hiruk pikuk
kehidupan dunia. Ia begitu mirip dengan cara kita beriktikaf, yaitu merenung
diri dan melakukan pertobatan, sehingga keluar menjadi kupu-kupu yang indah,
disayang semua orang dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.

Itulah barangkali gambaran puasa Ramadhan yang diharapkan oleh Allah SWT
terhadap orang-orang yang beriman. Kita, umat manusia yang banyak berbuat
salah dandosa, hendaknya biasa belajar dari ulat dan mengubah diri menjadi
manusia yang bertakwa dan disayang Allah SWT.

Tipe manusia yang disayang Allah itu adalah; pertama, orang-orang yang
berjalan di muka bumi dengan rendah hati (tidak sombong) dan apabila orang
jahil menyapa, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. (QS Al-Furqan [25]:
63).

Demikianlah gambaran orang mukmin yang berpuasa, senantiasa menyebarkan
kelembutan dan keindahan, serta tidak suka berbuat keonaran dan kerusakan,
di manapun dia berada. Sebagaimana sifat kupu-kupu yang hinggap di sebuah
dahan yang tak akan pernah ada yang patah sekecil apa pun dahan yang
dihinggapinya.

Kedua, mereka yang senantiasa mendirikan shalat lima waktu dan shalat
tahajjud di malam hari sebagai wujud syukur kepada Allah (Al-Furqan [25]:
64, 73). Seperti kupu-kupu, di manapun seorang mukmin berada, dia akan
selalu melaksanakan perintah Allah, menebarkan kasih sayang, dan menolong
orang lain. Sebab, ia menyadari bahwa sesungguhnya dirinya hanyalah seorang
hamba yang juga tidak memiliki kemampuan apa-apa tanpa anugerah dari Allah
SWT.

Ketiga, orang yang berhasil dalam pusanya, ia akan memilih  makanannya dari
yang halal dan yang baik-baik saja, layaknya kupu-kupu yang hanya memilih
sari madu bunga sebagai makanannya. Orang yang berpuasa dan mukmin sejati,
akan senantiasa menjauhkan diri dari yang haram, seperti korupsi, mencuri,
menipu, dan lainnya. (QS Al-Baqarah [2]: 168).


-- 
Aldo Desatura ® & ©
================
Kesadaran adalah matahari, Kesabaran adalah bumi
Keberanian menjadi cakrawala dan Perjuangan Adalah pelaksanaan kata kata


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke