Engkau memang jodohku

"Yang bener ukhti, jangan bercanda, masa menikah mendadak begini? 
Katanya sudah beli tiket mau pulang ke jawa." Tanya Wati keheranan 
ketika Aisyah mengundangnya untuk hadir pada acara syukuran pernikahan 
di salah satu mall di Batam.
"Ia Wat, aku memang sudah beli tiket mau `pulkam', tetapi takdir 
menentukan lain, insyaallah syukuran pernikahanku besok jam sembilan 
pagi di restoran BFC DC Mall. Insyaallah ada hijabnya kok, hadir ya?" 
jawab Aisyah penuh bahagia.
Aisyah mengundang teman-temannya satu hari sebelum hari pernikahannya. 
Hal ini membuat teman-temannya kaget. Apalagi sebelumnya mereka sudah 
tahu Aisyah sudah beli tiket mau balik ke Jawa seminggu lagi, bahkan 
hampir semua barang-barang termasuk pakaian, oleh-oleh, dan sebagainya 
sudah disiapkan.
Demikianlah, kalau Allah berkehendak terhadap sesuatu, pasti akan 
terjadi!

Nazhar
Tiga bulan sebelumnya, Aisyah dinazhar Ali dengan perantaraan seorang 
akhwat adik Ali. Beberapa menit setelah menazhar,ikhwan ini langsung 
menyatakan setuju dengan Aisyah dan merencanakan menikah dalam 4 bulan 
lagi. Aisyah cukup kaget dengan keputusan yang terlalu cepat ini. 
Bagaimana tidak, taaruf (pendekatan) saja belum berjalan sehingga 
mereka belum kenal satu sama lain. Orang tua Aisyah juga belum tahu 
sama sekali terhadap rencana ini. Lagi pula menikah tidak bisa 
dianggap main-main. Harus diputuskan secara matang terhadap segala 
aspek menyangkut kepribadian, watak, karakter, latar belakang 
pendidikan, kebiasaan, dan yang paling utama masalah agama.
Empat bulan adalah waktu yang cukup singkat. Waktu tersebut tidak 
mereka sia-siakan untuk saling mengenal, baik lewat sms dan dari orang 
terdekat masing-masing.
Orang tua Ali sangat setuju dengan keputusan anaknya setelah 
mengetahui segala hal tentang calon menantunya. Tapi bagaimana dengan 
orang tua Aisyah? Ternyata tanggapan mereka di luar dugaan. Mereka 
sangat tidak setuju terhadap rencana pernikahan anaknya, terutama 
pihak ibu.
Alasannya, tidak setuju anaknya menikah dengan orang Padang (kebetulan 
Ali aslinya dari Padang) karena menurut tetangganya, orang Padang 
punya kebiasaan kalau sudah menikah di rantau, nanti bila pulang 
kampung, si ikhwan akan dinikahkan lagi oleh orang tuanya. 
Aisyah pun berusaha menjelaskan pada ibunya agar jangan percaya dengan 
omongan seperti itu karena belum tentu benar.
Usaha Aisyah akhirnya mendapat respon positif setelah berkali-kali 
membujuk orang tuanya agar diijinkan menikah dengan ikhwan Padang 
tersebut.
"Alhamdulillah, ortu Aisyah gak keberatan saya nikah dengan Ali, tapi 
acaranya harus di Jawa dan pakai adat Jawa," ujar Aisyah menyampaikan 
keinginan orang tuanya ke Ali. "Tapi Aisyah gak mau pakai adat Jawa, 
Aisyah sudah berusaha membujuk ibu biar mengijinkan nikah sesuai 
sunnah," ujar Aisyah sedih.
"Jangankan pakai acara sesuai sunnah, sedangkan kalau Aisyah pakai 
jilbab lebar dan hijab (cadar) gak boleh sama ibu," ujar Aisyah 
panjang lebar perihal ibunya ke Ali lewat SMS.
Menurut Aisyah, kalau dengan adat Jawa, selain tidak sesuai dengan 
sunnah juga banyak menghabiskan biaya, bisa jutaan…"Dapat uang dari 
mana sebanyak itu?" lanjut Aisyah kebingungan. "Lagian Aisyah gak mau 
pakai adat Jawa, Aisyah lebih memilih acara nikah sesuai sunnah, yakni 
harus ada pemisah (hijab) antara tamu ikhwan dan akhwat." Ungkap 
Aisyah dengan tegas melawan adat Jawa yang selama ini berlaku di 
daerahnya.
Mendapat masalah seperti itu Aisyah mulai patah semangat. Sedangkan 
Ali yang berharap bisa menikah di Batam dengan acara sederhana, Cuma 
bisa diam dan mencoba mencari solusi, bagaimana jalan terbaik supaya 
pernikahan ini tetap berlangsung.
Tak terasa sudah hampir 3 bulan berlalu, namun mereka belum menemukan 
solusi. Ali juga mulai pesimis dengan proses taarufnya dengan Aisyah. 
Sedangkan Aisyah masih bingung lanjut apa tidak?

Bangkit Lagi
"Akhi, ibu setuju kalau nikah sesuai sunnah, tapi harus di Jawa. 
Katanya Aisyah kan anak perempuan, anak pertama lagi, masa nikah di 
rantau, apa kata orang nanti," kata Aisyah menirukan ucapan ibunya.
"Alhamdulillah syukurlah ada kemajuan…" jawab Ali seakan-akan bangkit 
lagi setelah sebelumnya menemui jalan buntu sambil memikirkan apa 
langkah selanjutnya. "Kalau begitu kasih saya waktu buat ngumpulin 
uang buat nikah di Jawa," jawab Ali.
Menjelang pernikahannya, Aisyah yang bekerja di salah satu perusahaan 
elektronik di Batam, mempersiapkan segala sesuatu, termasuk mengurus 
sisa kontraknya yang berakhir 2 minggu lagi. Aisyah bertekad setelah 
menikah nanti dia tidak akan bekerja lagi.
"Saya usahakan nikahnya bisa sesuai rencana sebulan lagi…, tapi kalau 
dananya belum cukup gimana?" tanya Ali. "Tapi Aisyah minta kepastian, 
kira-kira tanggal berapa biar tenang dan bisa kasih tau ibudi kampung,
" kata Aisyah. "Lagian sudah ngurus sisa kontrak yang sebentar lagi 
mau perpanjang lagi kerja di PT sudah nggak betah, banyak sekali 
terdapat pelanggaran syariat," sambung Aisyah.
Ali berusaha tenang tapi belum bisa memastikan tanggal pernikahan 
sebagaimana permintaan Aisyah. Ali yang hanya pedagang kecil-kecilan 
belum bisa mengumpulkan dana yang setelah dihitung-hitung cukup banyak 
untuk bisa menyelenggarakan pernikahan di Jawa. Jumlahnya bisa 
jutaan…, sedangkan untuk meminta bantuan kepada keluarga terdekat Ali 
tidak mau. Ia berpendapat, untuk menikah harus dari modal sendiri, 
jangan sampai memberatkan keluarga.
Akhirnya Ali terpaksa mengundurkan rencana pernikahannya dengan 
Aisyah. "Saya nggak bisa memastikan tanggal berapa, kalau Aisyah mau 
saya undur pernikahan ini sampai tahun depan, mudah-mudahan sebelum 
itu saya sudah siap dengan segala sesuatunya termasuk persiapan materi 
untuk nikah di Jawa," terang Ali.
Jawaban itu menyurutkan langkah Aisyah untuk melanjutkan taaruf dengan 
Ali. "Kalau tahun depan, kayaknya saya nggak siap, takut mendapat 
fitnah. Lebih baik kita batalkan saja rencana pernikahan ini." Jawab 
Aisyah. Ali hanya bisa pasrah dan terus berdoa semoga diberi jalan 
terbaik.
"Ya Allah, kalau ini yang terbaik, berilah kemudahan. Tapi kalau 
tidak, pilihkanlah aku seorang pendamping yang lebih baik dari dia," 
demikian Ali berdoa sehabis salat fardhu.

Berkat sebuah radio
Sementara itu Aisyah membeli tiket pesawat pulang ke Jawa tanpa 
sepengetahuan Ali. Kontrak kerja pun sudah berakhir. Sepulang dari 
Batam Aisyah berencana masuk salah satu ma'had (pesantren) di Jawa. 
Sedangkan taaruf dengan Ali benar-benar akan dia batalkan. Namun, Ali 
benar-benar tidak yakin kalau Aisyah mau pulkam.
Pada malam hari sekitar pukul 22.30 WIB terdengar sayup-sayup suara 
dari radio dakwah di kamar kos Ali…
"Selamat jalan untuk ukhti Aisyah, yang mau balik ke Jawa…" "Untuk 
ukhti Aisyah yang sudah beli tiket pulang kampung selamat jalan…" 
"Semoga selalu istiqomah di jalan Allah…" demikian suara dari radio 
dakwah yang disampaikan penyiarnya ketika membacakan SMS pendengar 
untuk ukhti Aisyah.
Ali spontan kaget dan berpikir, "Apakah itu Aisyah yang aku kenal?" 
Ali terus berpikir. Setelah itu Ali buru-buru menelepon Aisyah ke HP-
nya dan ternyata benar bahwa Aisyah sudah beli tiket untuk pulkam. Ali 
sangat sedih. Harapannya untuk bisa menikahi Aisyah pupus sudah.
"Kalau menunggu tahun depan Aisyah nggak sanggup, takut fitnah, tapi 
kalau bisa sesuai rencana semula, Aisyah bersedia." Ujar Aisyah 
menjawab pertanyaan Ali kenapa pulang kampung.
Merasa dirinya kecewa, Ali berusaha menenangkan diri,"Kenapa nikahnya 
nggak dipercepat saja? Coba telepon lagi ortu Aisyah dan jelaskan 
bahwa saat ini adalah saat yang tepat untuk menikah di Batam," 
demikian pikir Ali mencari solusi. Memang ini kesempatan yang tepat, 
karena kebetulan pada saat yang sama ortu Ali datang ke Batam untuk 
menghadiri pernikahan adiknya. Kenapa tidak sekalian mengikuti 
pernikahan adik mumpung ada orang tua jauh-jauh datang dari kampung? 
Kapan lagi saat seperti ini tiba?
"Ya…sekaranglah saatnya…" pikir Ali yakin. Akhirnya dia menghubungi 
Aisyah dan menyatakan sangat setuju nikah secepatnya. Aisyah pun kaget 
sekali dengan keputusan Ali yang datang secara tiba-tiba. Semangat 
Aisyah bangkit lagi dan dia mencoba menghubungi orang tuanya dan 
memohon agar rencananya dikabulkan. Ali pun demikian, dia segera 
telepon orang tua Aisyah dan menyampaikan maksudnya agar diberi ijin 
menikah di Batam.
Ternyata perjuangan mereka berdua tidak sia-sia. Alhamdulillah bapak 
Aisyah bersedia datang jauh-jauh dari Jawa untuk menikahkan putri 
pertamanya di Batam, walaupun tanpa dihadiri ibu tercintanya. Ekspresi 
bahagia memancar dari wajah mereka berdua bagaikan mentari yang baru 
muncul dari ufuk timur…
Bagaimana dengan tiket pulang yang sudah dipesan Aisyah untuk 
meninggalkan Batam? Tiket tersebut diberikan kepada bapaknya untuk 
kembali ke Jawa.
Selamat buat kalian berdua…ternyata perjuangan dan doa kalian didengar 
oleh Yang Maha Mendengar.
Barakallahulaka wabaraka `alaika wajama'a bainakuma fii khair…

Catatan redaksi
Kalau sudah jodoh, tak akan kemana? Mungkin inilah ungkapan yang pas 
untuk saudara kita ini. Bukan berarti umat Islam diperbolehkan 
menyandarkan kepada takdir semata, bahkan kita tetap dituntut berusaha 
mencarinya. Cara-caranya pun harus sesuai dengan tuntunan agama. Salah 
satunya dengan menghindari pacaran atau sarana-sarana yang serupa.
Akhirnya, saudara dan saudari kita ini menjadi pasutri sesuai yang 
mereka harapkan. Usaha mereka untuk segera menikah demi menghindari 
fitnah perlu ditiru bagi mereka yang masih sendiri. Apalagi mereka 
berusaha menghindari belenggu adat yang tidak sesuai dengan syariat 
dalam pernikahan. Alhamdulillah usaha mereka dikabulkan Allah, 
walaupun sempat hampir tidak terlaksana. Ini juga merupakan tanda-
tanda kekuasaan Allah. Sebab bagaimanapun seseorang berusaha, tetapi 
jika Allah tak menghendakinya tentu tak akan berhasil.
Yang patut ditiru adalah keinginan keras saudari kita ini untuk 
mencegah fitnah. Walaupun sudah taaruf dan merasa cocok, tetapi begitu 
ada rencana menunda pernikahan dalam waktu yang agak lama, dia berani 
mngundurkan diri. Tak banyak orang yang bisa melakukan hal yang 
demikian. Rata-rata jika hati sudah merasa cocok, banyak yang rela 
menunggu dalam ketidakpastian dan rela bermain-main dengan fitnah.
Namun perlu diingat kembali, bahwa hubungan antara lawan jenis tetap 
harus dijaga, walaupun saat taaruf. Tidak seharusnya terjadi 
komunikasi dua arah baik via SMS, telepon atau bahkan bertemu 
langsung. Sebab setan selalu mencari lengah anak manusia dan memasang 
jerat-jerat menuju pintu fitnah dan maksiat. Tetap lebih aman dan 
syar'i menggunakan perantara.
Akhirnya selamat mengayuh bahtera rumah tangga. Semoga rumah tangga 
yang sakinah mawaddah wa rahmah bisa tercapai. Tak lupa kami ingatkan 
bahwa masalah pernikahan tidak hanya berakhir setelah malam pertama, 
masih banyak masalah lain yang tak kalah penting. Untuk itu tetap 
istiqamah dan semangat dalam menuntut ilmu agama.

Kisah Nyata Majalah Nikah September 2006






=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke