Pendidikan Anak, Re: [wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP
Mas Wida, maaf saya nyamber lagi :-) Usaha utk mengimpor 'budaya baik dari barat' juga ada :-) Saya setuju bahwa proses itu harus dimulai dari dalam, tapi jangan lupa pula bahwa tidak ada sesuatu hal yg bergerak dlm ruang yg vakum. Sehingga jangan lupa bahwa 'barat' juga punya peran dalam proses 'reformasi' dan proses development pada umumnya yg dikomandani oleh world bank (yg sering kita plesetkan jadi world blank, hehehe...) dan juga proses internal di negara kita sendiri yg membuat proses perubahan/reformasi jadi tersendat-sendat. Soal budaya, juga sempat dibahas, kritikan thd 'modernisasi' dan 'westernisasi' juga saya rasa sama ketika kritik diajukan pada mereka yg mengajukan budaya 'arabisasi' dlm bungkus 'Islam'. Dan protes muncul, karena kita terjebak diantara dua titik ekstrem ini, westernisasi dan arabisasi (menurut saya :P) Sehingga, proses pencarian (atau lebih tepatnya pembentukan) budaya 'kita' secara tidak langsung dipengaruhi oleh dua mainstream besar tadi (yg juga membuat budaya 'asli' kita sendiri semakin terjepit :P) Ketika kita bicara budaya 'kita' tentu tidak semudah itu proses pembentukannya, karena memang terkait dng 'identitas' dan juga bias2 (thd apa yg dianggap sbg 'barat', 'islam', 'budaya asli' dll). Ini memang proses identity building yg belum selesai. Soal anak, saya sepakat bahwa kita perlu melihat mereka sbg subyek yg aktif, bukan pasif... termasuk anak-anak yg secara sosial dianggap anak yg yg tidak baik :-) apakah kita masih menganggapnya sbg 'korban' dari ketidakberesan masyarakat ataukah mereka sebagai subyek yg aktif yg hidup dan berinteraksi dalam lingkungan yg dinamis dan membuat pilihan2. Sementara dlm level pribadi, konon katanya, tantangan terbesar bagi para orang tua adalah ketika si anak bertransformasi menjadi manusia dewasa yg membuat pilihan2 sendiri dan menanggung konsekuensi2nya sendiri. Ini juga beda, antara konsep 'barat' dng konsep masyarakat di developing countries, katanya. Di masyarakat kita, umumnya yg ditekankan adalah anak baru lepas dari orang tua... ketika dia menikah... padahal kenyataannya tidak harus selalu begitu kan? :-) Kali2 aja menurut si anak, menikah itu tidak penting. Nah loh..:-) wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote: Tanggapan saya bagi dua mas Ayeye, sebab masing-masing bisa menjadi topik yang menarik. 8-) Mengenai kondisi negara berkembang yang mungkin lebih parah, karena negara berkembang itu sudah memiliki berbagai penyakit sosial akibat kekurang disiplinan, masih silau dengan harta, korupsi, ketidak teraturan, pengangguran yang miskin, dlsb. Sehingga budaya seks bebas akan semakin memperparah penyakit sosial yang ada. Dibandingkan negara maju yang mungkin penyakit2 yang lain sudah selesai sebelum budaya seks bebas itu muncul. Dan mengenai bagaimana merubah proporsi itu menurut saya faktor pendidikan sangat memegang peranan penting. Masyarakat yang mempunyai pola pendidikan yang baik akan bisa lebih teratur. Akan lebih menggunakan otak dibandingkan otot (preman). Dan masyarakat akan cenderung lebih sopan dan teratur serta disiplin. Kita ini khan baru merdeka sekitar 60 tahun. Pembentukan masyarakat yang berpendidikan masih cukup panjang. Belum lagi menyembuhkan trauma dari penjajahan dan perasaan minder kepada negara yang lebih maju. Sehingga penyakit sosial kita masih cukup parah. Nah kalau masih ditambah dengan pornografie dan budaya seks bebas serta kekerasan seksual, kita akan semakin sukar sembuh dan semakin susah maju. Kita mengambil dari Barat hanya gaya hidup kulitnya saja (mode, hura-hura). Tidak mengambil kedisiplinannya, keteraturannya, kebersihannya, dan hal-hal yang baik yang lain. Apakah hal ini memang masih sulit bagi masyarakat kita untuk mempunyai budaya yang baik seperti itu? Walaupun agama menyebut kebersihan adalah bagian dari iman. Mendorong masyarakat untuk hidup teratur, sopan, saling menghargai, toh hal itu masih sulit untuk diwujudkan di masyarakat kita. Mungkin memang membutuhkan waktu yang panjang untuk mewujudkan masyarakat yang baik seperti itu. Mengenai pola pendidikan anak, kami ingin terbuka dengan anak-anak kami. Diskusi dan mencoba memberikan pemahaman. Tentu saja kami mempunyai batas-batas yang tidak boleh mereka langgar. Tetapi kami ingin agar perbuatan baik mereka itu muncul dari dalam diri mereka sendiri. Bukan karena kami ancam. Saya setuju dengan konsep Steven Covey, perubahan dari dalam ke luar. Jadi yang dirubah itu haruslah dalamnya dulu, paradigmanya dulu, pemahamannya dulu, baru nanti sikap mereka akan berubah dengan sendirinya. Dan untuk ini harus dengan diskusi, tidak bisa lagi dengan ancaman atau kata pokoknya. Saya sering berkata ke istri saya, ibu harus anggap dia itu sekarang teman ibu, sahabat ibu, bukan lagi anak kecil yang bisa ibu perintah dan ancam. Coba ajak pergi keluar untuk ngobrol seperti teman dengan teman. Jadilah sahabatnya sekarang. Supaya dia tetap terbuka dengan ibu dan ibu bisa memberikan pengertian ke dia.
[wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP
Memang betul rekan Sarinesia,di barat itu beba banget tapi tetap ada batasan2nya yang diiringi dengan law enforcement yang jauh lebih baik dari kita. Ini kita harus akui lah. Setahu saya perkawinan sesama jenis itu hanya dianggap legal di beberapa negara aja, begitu juga aborsi saya kira di beberapa state di amerika masih dianggap ilegal (PCMIIW) Selain itu anak dibawah umur dijaga dengan ketat (gak boleh beli minuman keras sebelum umur 18 tahun dan dibuktikan dengan KTP dsb), majalah playboy juga gak boleh dijual bebas, harus ditutup sampul segala dan tidak boleh diletakkan di newsstand loh. Contoh lain ya yang kita angap sepele ya MTV itu. Soalnya MTV itu justru sangat ketat sebenarnya, coba aja kalo ada kata f..k pasti disensor diganti dengan bunyi beep, begitu juga adegan kekerasan tidak bakal lolos diputer di MTV. Sebuah video klip Roxette berjudul Anyone yang menggambarkan perempuan yang bunuh diri (menenggelamkan diri) dilarang diputar di MTV eropa, juga tarian MAdona yang dianggap terlalu eksplisit juga ditolak (batasannya jelas, hukumnya jelas) salam, rita --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, sarinesia [EMAIL PROTECTED] wrote: kalau Barat itu remnya blong, jadi apapun boleh sampe kawin sesama jenis juga dilegalkan. Dalam Islam, kawin sesama jenis jelas dilarang. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ni londo ni_londo@ wrote: --- ayeye1 ayeye1@ schrieb: ---cut--- Mas Wida, terminologi seks bebas sering menjadi misleading, khususnya apabila dikaitkan dengan perilaku seksual generasi muda di Barat. Sudah sering saya pernah menyinggung soal itu dalam milis ini :-) ikut nimbrung ya... tentang free sexnya orang Barat yang begitu dashyat dalam fantasi banyak orang Indonesia: baru tadi pagi saya baca dalam majalah Der Spiegel (majalah mingguan terkemuka di Jerman), menurut salah satu penelitian oleh seorang seksolog, di Jerman malah rata2 seorang istri yang umurnya 60 tahun lebih sering melakukan seks (dengan suaminya) daripada seorang laki2 berumur 30 tahun yang berstatus single/jomblo padahal menurut klise tentang jomblo bule, apalagi cowok, pasti sex lifenya serba wah dan hot... pasti gonta-ganti pasangan... kapan saja kalau lagi butuh ya one-night-stand... gampang ah... pasti rajin affair sini affair sana... abis gak ada batasnya, wong hidupnya dalam budaya free sex... begitu fantasinya kan? Bad news: rupanya fantasinya jauh lebih asyik dan hot daripada realitas di lapangan... :-) salam, Ni Londo Yahoo! Groups Sponsor ~-- Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM ~- Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
RE: [wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP
--- ayeye1 [EMAIL PROTECTED] schrieb: ---cut--- Mas Wida, terminologi seks bebas sering menjadi misleading, khususnya apabila dikaitkan dengan perilaku seksual generasi muda di Barat. Sudah sering saya pernah menyinggung soal itu dalam milis ini :-) ikut nimbrung ya... tentang free sexnya orang Barat yang begitu dashyat dalam fantasi banyak orang Indonesia: baru tadi pagi saya baca dalam majalah Der Spiegel (majalah mingguan terkemuka di Jerman), menurut salah satu penelitian oleh seorang seksolog, di Jerman malah rata2 seorang istri yang umurnya 60 tahun lebih sering melakukan seks (dengan suaminya) daripada seorang laki2 berumur 30 tahun yang berstatus single/jomblo padahal menurut klise tentang jomblo bule, apalagi cowok, pasti sex lifenya serba wah dan hot... pasti gonta-ganti pasangan... kapan saja kalau lagi butuh ya one-night-stand... gampang ah... pasti rajin affair sini affair sana... abis gak ada batasnya, wong hidupnya dalam budaya free sex... begitu fantasinya kan? Bad news: rupanya fantasinya jauh lebih asyik dan hot daripada realitas di lapangan... :-) salam, Ni Londo ___ Telefonate ohne weitere Kosten vom PC zum PC: http://messenger.yahoo.de Yahoo! Groups Sponsor ~-- Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM ~- Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP
Mas Wida tadi menyebut bahwa masyarakat negara berkembang yang menganut budaya seks bebas, akan jauh lebih rusak dan banyak penyakit sosialnya, dibandingkan negara maju yang menganut budaya seks bebas. Saya rasa ini penting sekali untuk dipahami, mungkin formulasi bisa diubah sedikit dengan membedakan dengan orang yang belum bisa bertanggung jawab, belum diberdayakan, serta belum berdisiplin versus orang yang bertanggung jawab, berdaya, serta berdisiplin. Boleh dikatakan bahwa masing-masing masrakyat Indonesia maupun masrakyat negara lain memiliki semua karakteristik tersebut, tetapi mungkin masih ada perbedaan dalam proporsi. Pertanyaan adalah bagaimana bisa mengubah proporsi itu, sehingga bagian besar masrakyat dan khususnya generasi muda akan menjadi orang berdaya. Tentu ini perdebatan yang panjang, tetapi salah satu aspek yang saya sering sempat memperhatikan di berbagai keluarga Indonesia adalah komunikasi antara orang tua dan anak yang kurang menyambung. Misalnya posisi orang tua sering berada di level atas dibanding posisi anak. Ketika anak menghadapi suatu permasalahan ataupun pertanyaan, khususnya seputar pacaran dan seksualitas, sepertinya tidak berani untuk terlalu terbuka sama orang tua. Apalagi jika melihat bahwa sikap orang tua rada kaku dan lebih berusaha untuk menghindari perdebatan dengan alasan anak masih terlalu kecil, sehingga anak juga merasa tidak dianggap dengan serius oleh orang tua. Akhirnya anak bisa jadi lebih membuka diri kepada lingkungan luar karena merasa lebih dimengerti di sana, tidak melulu ditanggapi dengan perkataan itu dosa atau perkataan kamu masih kecil. Sedangkan dengan orang tua, anak semakin tertutup karena komunikasi tidak pernah se-level. Nanti bisa sampai orang tua masih menjelaskan kepada anaknya bahwa tidak boleh berduaan sama lawan jenis, apalagi berciuman. Sementara anak sudah mempunyai pengalaman seksual, tetapi tidak berani untuk dibahas dengan orang tua, karena takut dimarahin. Salah satu modus operandi yang masih populer di sebagian kalangan remaja adalah berbohong sama orang tua bahwa akan menginap di rumah teman, padahal calling dulu dan nanti ketemu sama pacarnya. Apalagi kalau remaja mempunyai teman yang sudah akrab dengan orang tuanya, sehingga orang tua semakin percaya. Mengenai perilaku seksual di negara-negara Barat, memang sulit untuk dipukulratakan sebagaimananya sulit pula untuk Indonesia, tergantung juga kita bergaul dalam lingkungan mana. Kebudayaan di Barat tidak seragam pula. Italy Utara sama Italy Selatan saja beda :-) Dari pengalaman pribadi, saya melihat bahwa banyak yang memilih untuk bercinta dengan pacarnya saja. Ketika misalnya baru kenalan dengan seseorang yang baru, masih suka ada proses berkenalan lebih dalam, sehingga tidak langsung berhubungan intim. Tergantung juga ketemu dimana. Tetapi adalah suatu hal yang biasa kalau kita mengadakan dinner dengan lawan jenis yang baru kenal, tujuannya sama sekali tidak mesti seks, tetapi ngobrol. Bahkan kalau menginap di rumah teman lawan jenis sering tidak mesti bertujuan untuk berhubungan intim. Pasti ada juga yang istilah one-night stand dan sebagian orang memiliki phase dalam kehidupan dimana mereka tidak terikat dengan satu partner saja. Namun, menurut saya, adalah salah alamat jika perilaku seks bebas dialokasikan secara pukul-rata ke budaya Barat. Saya memahami seks bebas seperti perilaku seksual tanpa batas apapun dan seandainya perilaku seperti itu menjadi norma di Barat, tidak mungkinlah orang bisa bekerja dengan serius. Saya saja yang saat ini sedang berada di Barat tidak mungkin bisa membalas tanggapan Mas Wida dengan serius seandainya mitos seks bebas itu benar. Seharusnya saya lagi berorgy-ria dengan paling sedikit 10 perempuan sambil mabuk-mabukan, apalagi 2 minggu lagi mau balik ke Jakarta. Maka tinggal pakai logika saja sedikit :-) Salam, ayeye --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote: Tanggapan saya disisipkan di bawah. ayeye1 [EMAIL PROTECTED] Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com 03/20/2006 05:55 AM Please respond to wanita-muslimah@yahoogroups.com To wanita-muslimah@yahoogroups.com cc Subject [wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP Terima kasih atas tanggapan, Mas Wida. Saya sependapat bawah mendisiplinkan para pedagang kaki lima yang menjual majalah/VCD pornografi tidak realistis dilakukan dalam sesaat serta dalam kondisi seperti sekarang. Disiplin tumbuh melalui proses dan tidak datang secara instan. Manusia juga memerlukan motivasi untuk menjadi berdisiplin. Sedangkan saya tidak tahu darimana seorang pedagang kaki lima mendapat motivasi untuk berdisiplin jika ia sudah berkesulitan untuk mempertahankan diri serta alternatif lain semakin tertutup. Bagaimana mungkin ingin berdisiplin ketika ada ketidakadilan di depan mata kita yang jauh lebih besar? Sampai orang kaya menjadi tebal hukum dan hanya orang kecil tersentuh oleh hukum dan itupun sering secara arbitrer. Maka saya pikir
Pendidikan Anak, Re: [wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP
Tanggapan saya bagi dua mas Ayeye, sebab masing-masing bisa menjadi topik yang menarik. 8-) Mengenai kondisi negara berkembang yang mungkin lebih parah, karena negara berkembang itu sudah memiliki berbagai penyakit sosial akibat kekurang disiplinan, masih silau dengan harta, korupsi, ketidak teraturan, pengangguran yang miskin, dlsb. Sehingga budaya seks bebas akan semakin memperparah penyakit sosial yang ada. Dibandingkan negara maju yang mungkin penyakit2 yang lain sudah selesai sebelum budaya seks bebas itu muncul. Dan mengenai bagaimana merubah proporsi itu menurut saya faktor pendidikan sangat memegang peranan penting. Masyarakat yang mempunyai pola pendidikan yang baik akan bisa lebih teratur. Akan lebih menggunakan otak dibandingkan otot (preman). Dan masyarakat akan cenderung lebih sopan dan teratur serta disiplin. Kita ini khan baru merdeka sekitar 60 tahun. Pembentukan masyarakat yang berpendidikan masih cukup panjang. Belum lagi menyembuhkan trauma dari penjajahan dan perasaan minder kepada negara yang lebih maju. Sehingga penyakit sosial kita masih cukup parah. Nah kalau masih ditambah dengan pornografie dan budaya seks bebas serta kekerasan seksual, kita akan semakin sukar sembuh dan semakin susah maju. Kita mengambil dari Barat hanya gaya hidup kulitnya saja (mode, hura-hura). Tidak mengambil kedisiplinannya, keteraturannya, kebersihannya, dan hal-hal yang baik yang lain. Apakah hal ini memang masih sulit bagi masyarakat kita untuk mempunyai budaya yang baik seperti itu? Walaupun agama menyebut kebersihan adalah bagian dari iman. Mendorong masyarakat untuk hidup teratur, sopan, saling menghargai, toh hal itu masih sulit untuk diwujudkan di masyarakat kita. Mungkin memang membutuhkan waktu yang panjang untuk mewujudkan masyarakat yang baik seperti itu. Mengenai pola pendidikan anak, kami ingin terbuka dengan anak-anak kami. Diskusi dan mencoba memberikan pemahaman. Tentu saja kami mempunyai batas-batas yang tidak boleh mereka langgar. Tetapi kami ingin agar perbuatan baik mereka itu muncul dari dalam diri mereka sendiri. Bukan karena kami ancam. Saya setuju dengan konsep Steven Covey, perubahan dari dalam ke luar. Jadi yang dirubah itu haruslah dalamnya dulu, paradigmanya dulu, pemahamannya dulu, baru nanti sikap mereka akan berubah dengan sendirinya. Dan untuk ini harus dengan diskusi, tidak bisa lagi dengan ancaman atau kata pokoknya. Saya sering berkata ke istri saya, ibu harus anggap dia itu sekarang teman ibu, sahabat ibu, bukan lagi anak kecil yang bisa ibu perintah dan ancam. Coba ajak pergi keluar untuk ngobrol seperti teman dengan teman. Jadilah sahabatnya sekarang. Supaya dia tetap terbuka dengan ibu dan ibu bisa memberikan pengertian ke dia. Sharinglah pengalaman ibu waktu seusia dengannya. Namun memang sulit untuk merubah pola pendidikan yang sudah kita kenal dari orang tua kita. Kita cenderung untuk memakai pola yang sama dengan orang tua kita dalam mendidik anak. Ini alam bawah sadar kita. Yah, semoga kami bisa memulai konsep baru mulai dari diri kami sendiri. Masalah seksual ini adalah masalah yang sangat penting bagi kami untuk putri-putri kami. Kami sangat tidak ingin mereka sampai salah melangkah. Apapun akan kami lakukan agar mereka selamat sampai memasuki pintu pernikahan mereka masing-masing. Salam, ayeye1 [EMAIL PROTECTED] Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com 03/21/2006 06:18 AM Please respond to wanita-muslimah@yahoogroups.com To wanita-muslimah@yahoogroups.com cc Subject [wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP Mas Wida tadi menyebut bahwa masyarakat negara berkembang yang menganut budaya seks bebas, akan jauh lebih rusak dan banyak penyakit sosialnya, dibandingkan negara maju yang menganut budaya seks bebas. Saya rasa ini penting sekali untuk dipahami, mungkin formulasi bisa diubah sedikit dengan membedakan dengan orang yang belum bisa bertanggung jawab, belum diberdayakan, serta belum berdisiplin versus orang yang bertanggung jawab, berdaya, serta berdisiplin. Boleh dikatakan bahwa masing-masing masrakyat Indonesia maupun masrakyat negara lain memiliki semua karakteristik tersebut, tetapi mungkin masih ada perbedaan dalam proporsi. Pertanyaan adalah bagaimana bisa mengubah proporsi itu, sehingga bagian besar masrakyat dan khususnya generasi muda akan menjadi orang berdaya. Tentu ini perdebatan yang panjang, tetapi salah satu aspek yang saya sering sempat memperhatikan di berbagai keluarga Indonesia adalah komunikasi antara orang tua dan anak yang kurang menyambung. Misalnya posisi orang tua sering berada di level atas dibanding posisi anak. Ketika anak menghadapi suatu permasalahan ataupun pertanyaan, khususnya seputar pacaran dan seksualitas, sepertinya tidak berani untuk terlalu terbuka sama orang tua. Apalagi jika melihat bahwa sikap orang tua rada kaku dan lebih berusaha untuk menghindari perdebatan dengan alasan anak masih terlalu kecil, sehingga anak juga merasa tidak dianggap dengan serius
Barat dan Free Sex, RE: [wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP
Bukan fantasi ni Londo. Kira-kira begitulah gambaran yang diberikan melalui film2 Holywood dan film seri dari Barat. Tidak salah juga kan kalau kemudian kita menarik kesimpulan demikian? 8-) Juga keberadaan VCD Porno, situs porno dan majalah porno di Barat sana yang seolah-olah mendewakan kehidupan seks? Saya pernah secara tidak sengaja mendapat kiriman e-mail dari teman yang memuat gambar sekelompok demonstran yang melakukan demo dalam keadaan telanjang bulat! Dan itu jumlahnya ribuan! Dan itu -bad newsnya- di Barat! Seolah-olah Barat memang pelopor dalam hal-hal yang berbau ketelanjangan dan seks. Nah, bagaimana itu? Tapi saya rasa benarlah ni Londo, kegilaan itu tidak dianut oleh seluruh masyarakat Barat. Dan semoga sebagian besar masyarakat Barat tidak demikian. Atau itu hanya di sebuah negara Barat yang liberal saja, tidak di semua negara Barat yang masih menjunjung tinggi nilai agama dan kesopanan. Tapi diatas semua fakta itu, sulit untuk tidak menyimpulkan demikian bagi budaya Barat dari Indonesia sini yang dibanjiri oleh film Holywood, situs porno dan VCD porno. 8-) Sedihnya, sudah ada generasi muda Indonesia yang ketularan membuat VCD porno seperti Bandung Lautan Asmara itu. 8-( Lalu Majalah Playboy Indonesia dengan model gadis Indonesia telanjang bulat? 8-(( Salam, ni londo [EMAIL PROTECTED] Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com 03/21/2006 05:13 AM Please respond to wanita-muslimah@yahoogroups.com To wanita-muslimah@yahoogroups.com cc Subject RE: [wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP --- ayeye1 [EMAIL PROTECTED] schrieb: ---cut--- Mas Wida, terminologi seks bebas sering menjadi misleading, khususnya apabila dikaitkan dengan perilaku seksual generasi muda di Barat. Sudah sering saya pernah menyinggung soal itu dalam milis ini :-) ikut nimbrung ya... tentang free sexnya orang Barat yang begitu dashyat dalam fantasi banyak orang Indonesia: baru tadi pagi saya baca dalam majalah Der Spiegel (majalah mingguan terkemuka di Jerman), menurut salah satu penelitian oleh seorang seksolog, di Jerman malah rata2 seorang istri yang umurnya 60 tahun lebih sering melakukan seks (dengan suaminya) daripada seorang laki2 berumur 30 tahun yang berstatus single/jomblo padahal menurut klise tentang jomblo bule, apalagi cowok, pasti sex lifenya serba wah dan hot... pasti gonta-ganti pasangan... kapan saja kalau lagi butuh ya one-night-stand... gampang ah... pasti rajin affair sini affair sana... abis gak ada batasnya, wong hidupnya dalam budaya free sex... begitu fantasinya kan? Bad news: rupanya fantasinya jauh lebih asyik dan hot daripada realitas di lapangan... :-) salam, Ni Londo ___ Telefonate ohne weitere Kosten vom PC zum PC: http://messenger.yahoo.de Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM ~- Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP
kalau Barat itu remnya blong, jadi apapun boleh sampe kawin sesama jenis juga dilegalkan. Dalam Islam, kawin sesama jenis jelas dilarang. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ni londo [EMAIL PROTECTED] wrote: --- ayeye1 [EMAIL PROTECTED] schrieb: ---cut--- Mas Wida, terminologi seks bebas sering menjadi misleading, khususnya apabila dikaitkan dengan perilaku seksual generasi muda di Barat. Sudah sering saya pernah menyinggung soal itu dalam milis ini :-) ikut nimbrung ya... tentang free sexnya orang Barat yang begitu dashyat dalam fantasi banyak orang Indonesia: baru tadi pagi saya baca dalam majalah Der Spiegel (majalah mingguan terkemuka di Jerman), menurut salah satu penelitian oleh seorang seksolog, di Jerman malah rata2 seorang istri yang umurnya 60 tahun lebih sering melakukan seks (dengan suaminya) daripada seorang laki2 berumur 30 tahun yang berstatus single/jomblo padahal menurut klise tentang jomblo bule, apalagi cowok, pasti sex lifenya serba wah dan hot... pasti gonta-ganti pasangan... kapan saja kalau lagi butuh ya one-night-stand... gampang ah... pasti rajin affair sini affair sana... abis gak ada batasnya, wong hidupnya dalam budaya free sex... begitu fantasinya kan? Bad news: rupanya fantasinya jauh lebih asyik dan hot daripada realitas di lapangan... :-) salam, Ni Londo Yahoo! Groups Sponsor ~-- Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM ~- Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP
Terima kasih atas tanggapan, Mas Wida. Saya sependapat bawah mendisiplinkan para pedagang kaki lima yang menjual majalah/VCD pornografi tidak realistis dilakukan dalam sesaat serta dalam kondisi seperti sekarang. Disiplin tumbuh melalui proses dan tidak datang secara instan. Manusia juga memerlukan motivasi untuk menjadi berdisiplin. Sedangkan saya tidak tahu darimana seorang pedagang kaki lima mendapat motivasi untuk berdisiplin jika ia sudah berkesulitan untuk mempertahankan diri serta alternatif lain semakin tertutup. Bagaimana mungkin ingin berdisiplin ketika ada ketidakadilan di depan mata kita yang jauh lebih besar? Sampai orang kaya menjadi tebal hukum dan hanya orang kecil tersentuh oleh hukum dan itupun sering secara arbitrer. Maka saya pikir pengaturan yang lebih baik terhadap produk pornografi hanya bisa dilakukan dalam jangka lebih panjang dan sejalan dengan perbaikan lingkungan secara umumnya. Kita selalu gampang berkhayal yang idealistis dan berpikir dengan menciptakan suatu UU yang bombastis, masalah sosial sudah langsung selesai. Sama merepotkan kalau ada politikus yang ikut dalam proses pembentukan hukum guna mensekor poin politik, tetapi nanti tidak terlibat lagi dalam proses pelaksanaan hukum. Presiden SBY saja harus mempelajari bahwa ternyata masalah korupsi tidak semudah dihilangkan seperti [mungkin] dibayangkan sebelum menjadi presiden. Memang sebagai orang tua, kita selalu harus memperhitungkan bahwa suatu saat anak-anak kita akan terkonfrontasi dengan pornografi. Seperti kata Mas Wida, bahan pornografi muda diperoleh dari internet jika memang dicari, karena selalu dapat ditemukan lubang meskipun pakai adult software dan segala. Maka sudah adalah tugas dan tanggung jawab kita untuk mempersiapkan dan memberdayakan anak-anak kita agar siap menghadapi dunia yang tidak sesteril rumah kita. Saya juga sadar ini lebih gampang diucapkan daripada direalisasikan. Banyak orang tua tidak merasa sanggup untuk menjelaskan seksualitas kepada anak-anak mereka. Terutama di lingkungan dimana seksualitas masih dianggap sebagai tabu untuk dibicarakan. Di sisi lain, anak-anak yang berasal dari keluarga baik masih bisa terjun ke dunia narkoba dan kriminal. Jadi tidak ada kepastian yang seratus persen. Memang usaha sangat berpotensial untuk menaruh keuntungan materi di depan moralitas. Jangankan usaha, orang individual saja yang demikian pula. Moralitas enak untuk dibicarakan dan sulit dilaksanakan, terutama dalam situasi tertentu. Maka saya pribadi sudah capek kalau mendengar orang bicara soal moral, apalagi soal moral seksual :-) Soal perbedaan antara Barat dan Timur dalam persepsi terhadap seksualitas, saya rasa perubahan yang diakibatkan oleh proses modernisasi sudah lama mempengaruhi moral seksual di Indonesia, apalagi perilaku seksual generasi muda. Itu dikarenakan oleh kondisi yang telah berubah secara signifikan, ambil saja umur nikah yang rata-rata telah meningkat drastis atau perubahan struktur keluarga dan lingkungan sosial, dengan nilai-nilai seksual yang masih tetap (setidaknya dalam lingkungan resmi), sehingga terjadi penyimpanan yang semakin besar antara realita lingkungan dan moral seksual. Kalau tidak ada alternatif untuk mengantisipasi perbedaan ini, hubungan seksual pra-nikah cenderung akan semakin ditolerir oleh generasi-generasi yang akan datang. Atau alternatif lain untuk kalangan Islam misalnya, bisa menjadi perkawinan secara agama saja dulu, sehingga tidak akan dianggap zina dan sekaligus melibatkan keluarga, meskipun ada batas umur minimal juga agar tidak melanggar hukum. Setelah pasangan sudah merasa sanggup selayaknya orang yang ingin membentuk keluarga, perkawinan dilakukan secara resmi negara. Kebetulan di tahun 80-an saya juga sempat berada di Indonesia dan waktu itu, seingat saya, sebagian generasi muda sudah melakukan hubungan seks pra-nikah dan pelacuran sudah banyak, bukan hanya di kota-kota besar. Cuman di era ORBA, masalah sosial tidak pernah dibahas dengan kritis. Gaya bahasa pun berbeda seperti sempat diceritakan oleh Mbak Meilany di milis ini. Contohnya, di jaman ORBA ditulis harga disesuaikan, sedangkan sekarang ditulis harga dinaikkan :-) Kata-kata yang vulger pun masih jarang digunakan. Waktu itu saya hanya mengenal kata kawin dan bersetubuh untuk hubungan seks. Baru di akhir tahun 80-an dan awal 90-an variasi menjadi lebih luas. Yang tetapi banyak berubah adalah umur PSK setelah krisis moneter dan politik. Hingga sekarang masih banyak anak-anak seumur anak SMA dan SMP yang melacurkan diri di jalan. Juga suasana di klab-klab malam setelah krismon menjadi lebih komersial. Mas Wida, terminologi seks bebas sering menjadi misleading, khususnya apabila dikaitkan dengan perilaku seksual generasi muda di Barat. Sudah sering saya pernah menyinggung soal itu dalam milis ini :-) Salam, ayeye ** - Forwarded by Wida Kusuma/JJ0269/JOC/ID on 03/17/2006 08:09 AM - Ide jika pornografie dihalangi dari
Re: [wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP
Tanggapan saya disisipkan di bawah. ayeye1 [EMAIL PROTECTED] Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com 03/20/2006 05:55 AM Please respond to wanita-muslimah@yahoogroups.com To wanita-muslimah@yahoogroups.com cc Subject [wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP Terima kasih atas tanggapan, Mas Wida. Saya sependapat bawah mendisiplinkan para pedagang kaki lima yang menjual majalah/VCD pornografi tidak realistis dilakukan dalam sesaat serta dalam kondisi seperti sekarang. Disiplin tumbuh melalui proses dan tidak datang secara instan. Manusia juga memerlukan motivasi untuk menjadi berdisiplin. Sedangkan saya tidak tahu darimana seorang pedagang kaki lima mendapat motivasi untuk berdisiplin jika ia sudah berkesulitan untuk mempertahankan diri serta alternatif lain semakin tertutup. Bagaimana mungkin ingin berdisiplin ketika ada ketidakadilan di depan mata kita yang jauh lebih besar? Sampai orang kaya menjadi tebal hukum dan hanya orang kecil tersentuh oleh hukum dan itupun sering secara arbitrer. Maka saya pikir pengaturan yang lebih baik terhadap produk pornografi hanya bisa dilakukan dalam jangka lebih panjang dan sejalan dengan perbaikan lingkungan secara umumnya. Kita selalu gampang berkhayal yang idealistis dan berpikir dengan menciptakan suatu UU yang bombastis, masalah sosial sudah langsung selesai. Sama merepotkan kalau ada politikus yang ikut dalam proses pembentukan hukum guna mensekor poin politik, tetapi nanti tidak terlibat lagi dalam proses pelaksanaan hukum. Presiden SBY saja harus mempelajari bahwa ternyata masalah korupsi tidak semudah dihilangkan seperti [mungkin] dibayangkan sebelum menjadi presiden. === WD: Setuju mas Ayeye. Proses perbaikan lingkungan memang tidak bisa instant. Dan antara hukum dan kondisi sosial masyarakat sebaiknya tetap terkait. Itulah sebabnya Umar tidak memotong tangan seorang pencuri karena kondisi saat itu sedang memprihatinkan dan seorang mencuri karena terpaksa. Seorang pedagang kaki lima mungkin menjual VCD itu karena perutnya. Yang mungkin terpikir oleh dia, tidak apa berjualan barang seperti ini, toh saya terpaksa, dan toh dunia ini tidak suci-suci amat. Pola fikirnya memang telah terhalangi dari idealisme yang lebih tinggi seperti barang seperti ini akan merusak moral pembelinya, atau secara pasti dilarang oleh agama (seluruh agama). Dan dia mungkin tidak bisa melarang anak berseragam SMP yang ingin membelinya. Apa urusan moral baginya sekarang? Kondisi pedagang kaki lima seperti ini pasti ada. Orang yang terpaksa menjual barang haram karena kemiskinan itu pasti ada. Makanya yang harus dijerat itu adalah produsennya. Yang memanfaatkan kemiskinan si pedagang kaki lima untuk memasarkan produk haramnya itu. Sudah pasti si produsen itu sangat rusak itikad dan moralnya. Dialah yang seharusnya dijerat oleh hukum bukan si pedagang kaki lima. Sedangkan si pedagang kaki lima insya Allah dia masih bisa berjualan produk lainnya jika produk haram itu tidak tersedia. Sebelum barang haram itu muncul, toh si pedagang kaki lima tetap bisa berjualan barang lain? Tetapi dia tidak kuasa menahan dirinya ketika melihat barang haram itu. Sudah pasti dia juga menikmatinya di rumah sebelum dia jual. Juga terhadap keuntungan yang mungkin lebih besar dari menjual barang haram itu dari produk yang dia jual sebelumnya. Barang VCD porno seperti itu, pasti akan menarik keingin tahuan orang, bahkan tetap akan menggoda orang yang imannya kuat. Pornografie sebagai bisnis memang menguntungkan. Karena ia memanfaatkan basic insting yang ada di dalam diri manusia. Kenikmatan jasmani manusia yang tertinggi. Setuju juga jika kita hukum itu disesuaikan dengan perbaikan lingkungan. Itulah yang terjadi dengan pengharaman minuman keras di zaman nabi. Masyarakat pra Islam yang gemar membunuh bayi perempuan, gemar mabuk-mabukan, gemar berpetualang cinta (zina), telah berhasil dirubah menjadi masyarakat yang menghargai harkat wanita, menjauhi minuman keras dan mencintai kesucian. Bagaimana itu dapat terjadi? Perubahan masyarakat ke arah yang baik? Sedangkan kita, jika kita mempersoalkan penerapan suatu hukum, tetapi masyarakat kita tidak menjadi lebih baik. Bahkan bertambah rusak? Jadi bagaimana itu membuat suatu hukum, menerapkan suatu hukum, yang secara nyata membawa masyarakat kita sedikit demi sedikit ke arah yang lebih baik? Rombaklah RUU APP itu, asalkan ia bisa menjadi 1 langkah pasti menuju kondisi yang lebih baik. === Memang sebagai orang tua, kita selalu harus memperhitungkan bahwa suatu saat anak-anak kita akan terkonfrontasi dengan pornografi. Seperti kata Mas Wida, bahan pornografi muda diperoleh dari internet jika memang dicari, karena selalu dapat ditemukan lubang meskipun pakai adult software dan segala. Maka sudah adalah tugas dan tanggung jawab kita untuk mempersiapkan dan memberdayakan anak-anak kita agar siap menghadapi dunia yang tidak sesteril rumah kita. Saya juga sadar ini lebih gampang diucapkan daripada direalisasikan