Pendidikan Anak, Re: [wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP

2006-03-21 Terurut Topik Herni Sri Nurbayanti
Mas Wida, maaf saya nyamber lagi :-)

Usaha utk mengimpor 'budaya baik dari barat' juga ada :-) Saya setuju
bahwa proses itu harus dimulai dari dalam, tapi jangan lupa pula bahwa
tidak ada sesuatu hal yg bergerak dlm ruang yg vakum. Sehingga jangan
lupa bahwa 'barat' juga punya peran dalam proses 'reformasi' dan
proses development pada umumnya yg dikomandani oleh world bank (yg
sering kita plesetkan jadi world blank, hehehe...) dan juga proses
internal di negara kita sendiri yg membuat proses perubahan/reformasi
jadi tersendat-sendat. 

Soal budaya, juga sempat dibahas, kritikan thd 'modernisasi' dan
'westernisasi' juga saya rasa sama ketika kritik diajukan pada mereka
yg mengajukan budaya 'arabisasi' dlm bungkus 'Islam'. Dan protes
muncul, karena kita terjebak diantara dua titik ekstrem ini,
westernisasi dan arabisasi (menurut saya :P) Sehingga, proses
pencarian (atau lebih tepatnya pembentukan) budaya 'kita' secara tidak
langsung dipengaruhi oleh dua mainstream besar tadi (yg juga membuat
budaya 'asli' kita sendiri semakin terjepit :P) Ketika kita bicara
budaya 'kita' tentu tidak semudah itu proses pembentukannya, karena
memang terkait dng 'identitas' dan juga bias2 (thd apa yg dianggap sbg
'barat', 'islam', 'budaya asli' dll). Ini memang proses identity
building yg belum selesai. 

Soal anak, saya sepakat bahwa kita perlu melihat mereka sbg subyek yg
aktif, bukan pasif... termasuk anak-anak yg secara sosial dianggap
anak yg yg tidak baik :-) apakah kita masih menganggapnya sbg 'korban'
dari ketidakberesan masyarakat ataukah mereka sebagai subyek yg aktif
yg hidup dan berinteraksi dalam lingkungan yg dinamis dan membuat
pilihan2.

Sementara dlm level pribadi, konon katanya, tantangan terbesar bagi
para orang tua adalah ketika si anak bertransformasi menjadi manusia
dewasa yg membuat pilihan2 sendiri dan menanggung konsekuensi2nya
sendiri. Ini juga beda, antara konsep 'barat' dng konsep masyarakat di
developing countries, katanya. Di masyarakat kita, umumnya yg
ditekankan adalah anak baru lepas dari orang tua... ketika dia
menikah... padahal kenyataannya tidak harus selalu begitu kan? :-)
Kali2 aja menurut si anak, menikah itu tidak penting. Nah loh..:-)


wassalam,



--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:

Tanggapan saya bagi dua mas Ayeye, sebab masing-masing bisa menjadi
topik yang menarik. 8-)
 
Mengenai kondisi negara berkembang yang mungkin lebih parah, karena
negara berkembang itu sudah memiliki berbagai penyakit sosial akibat
kekurang disiplinan, masih silau dengan harta, korupsi, ketidak
teraturan, pengangguran yang miskin, dlsb. Sehingga budaya seks bebas
akan semakin memperparah penyakit sosial yang ada. Dibandingkan negara
maju yang mungkin penyakit2 yang lain sudah selesai sebelum budaya
seks bebas itu muncul. Dan mengenai bagaimana merubah proporsi itu
menurut saya faktor pendidikan sangat memegang peranan penting.
Masyarakat yang mempunyai pola pendidikan yang baik akan bisa lebih
teratur. Akan lebih menggunakan otak dibandingkan otot (preman). Dan
masyarakat akan cenderung lebih sopan dan teratur serta disiplin. Kita
ini khan baru merdeka sekitar 60 tahun. 

Pembentukan masyarakat yang berpendidikan masih cukup panjang. Belum
lagi menyembuhkan trauma dari penjajahan dan perasaan minder kepada
negara yang lebih maju. Sehingga penyakit sosial kita masih cukup
parah. Nah kalau masih ditambah dengan pornografie dan budaya seks
bebas serta kekerasan seksual, kita akan semakin sukar sembuh dan
semakin susah maju. Kita mengambil dari Barat hanya gaya hidup
kulitnya saja (mode, hura-hura). Tidak mengambil kedisiplinannya,
keteraturannya, kebersihannya, dan hal-hal yang baik yang lain. Apakah
hal ini memang masih sulit bagi masyarakat kita untuk mempunyai budaya
yang baik seperti itu? Walaupun agama menyebut kebersihan adalah
bagian dari iman. Mendorong masyarakat untuk hidup teratur, sopan,
saling menghargai, toh hal itu masih sulit untuk diwujudkan di
masyarakat kita. Mungkin memang membutuhkan waktu yang panjang untuk
mewujudkan masyarakat yang baik seperti itu.
 
Mengenai pola pendidikan anak, kami ingin terbuka dengan anak-anak
kami. Diskusi dan mencoba memberikan pemahaman. Tentu saja kami
mempunyai batas-batas yang tidak boleh mereka langgar. Tetapi kami
ingin agar perbuatan baik mereka itu muncul dari dalam diri mereka
sendiri. Bukan karena kami ancam. Saya setuju dengan konsep Steven
Covey, perubahan dari dalam ke luar. Jadi yang dirubah itu haruslah
dalamnya dulu, paradigmanya dulu, pemahamannya dulu, baru nanti sikap
mereka akan berubah dengan sendirinya. Dan untuk ini harus dengan
diskusi, tidak bisa lagi dengan ancaman atau kata pokoknya. Saya
sering berkata ke istri saya, ibu harus anggap dia itu sekarang teman
ibu, sahabat ibu, bukan lagi anak kecil yang bisa ibu perintah dan
ancam. Coba ajak pergi keluar untuk ngobrol seperti teman dengan
teman. Jadilah sahabatnya sekarang. Supaya dia tetap terbuka dengan
ibu dan ibu bisa memberikan pengertian ke dia. 

[wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP

2006-03-21 Terurut Topik ritajkt
Memang betul rekan Sarinesia,di barat itu beba banget tapi tetap 
ada batasan2nya yang diiringi dengan law enforcement yang jauh lebih 
baik dari kita. Ini kita harus akui lah. 

Setahu saya perkawinan sesama jenis itu hanya dianggap legal di 
beberapa negara aja, begitu juga aborsi saya kira di beberapa state 
di amerika masih dianggap ilegal (PCMIIW)

Selain itu anak dibawah umur dijaga dengan ketat (gak boleh beli 
minuman keras sebelum umur 18 tahun dan dibuktikan dengan KTP dsb), 
majalah playboy juga gak boleh dijual bebas, harus ditutup sampul 
segala dan tidak boleh diletakkan di newsstand loh. Contoh lain ya 
yang kita angap sepele ya MTV itu. Soalnya MTV itu justru sangat 
ketat sebenarnya, coba aja kalo ada kata f..k pasti disensor diganti 
dengan bunyi beep, begitu juga adegan kekerasan tidak bakal lolos 
diputer di MTV. Sebuah video klip Roxette berjudul Anyone yang 
menggambarkan perempuan yang bunuh diri (menenggelamkan diri) 
dilarang diputar di MTV eropa, juga tarian MAdona yang dianggap 
terlalu eksplisit juga ditolak (batasannya jelas, hukumnya jelas)

salam,
rita

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, sarinesia [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 kalau Barat itu remnya blong, jadi apapun boleh sampe kawin sesama
 jenis juga dilegalkan. Dalam Islam, kawin sesama jenis jelas 
dilarang.
 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ni londo ni_londo@ wrote:
 
  --- ayeye1 ayeye1@ schrieb:
  
  ---cut---
  
   Mas Wida, terminologi seks bebas sering menjadi
   misleading,
   khususnya apabila dikaitkan dengan perilaku seksual
   generasi muda di
   Barat. Sudah sering saya pernah menyinggung soal
   itu dalam milis ini :-)
  
  ikut nimbrung ya...
  tentang free sexnya orang Barat yang begitu dashyat
  dalam fantasi banyak orang Indonesia: baru tadi pagi
  saya baca dalam majalah Der Spiegel (majalah
  mingguan terkemuka di Jerman), menurut salah satu
  penelitian oleh seorang seksolog, di Jerman malah
  rata2 seorang istri yang umurnya 60 tahun lebih sering
  melakukan seks (dengan suaminya) daripada seorang
  laki2 berumur 30 tahun yang berstatus
  single/jomblo 
  
  padahal menurut klise tentang jomblo bule, apalagi
  cowok, pasti sex lifenya serba wah dan hot... pasti
  gonta-ganti pasangan... kapan saja kalau lagi butuh
  ya one-night-stand... gampang ah... pasti rajin affair
  sini affair sana... abis gak ada batasnya, wong
  hidupnya dalam budaya free sex... begitu fantasinya
  kan? Bad news: rupanya fantasinya jauh lebih asyik dan
  hot daripada realitas di lapangan... :-)
  
  salam,
  Ni Londo
 







 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~- 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




RE: [wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP

2006-03-20 Terurut Topik ni londo
--- ayeye1 [EMAIL PROTECTED] schrieb:

---cut---

 Mas Wida, terminologi seks bebas sering menjadi
 misleading,
 khususnya apabila dikaitkan dengan perilaku seksual
 generasi muda di
 Barat. Sudah sering saya pernah menyinggung soal
 itu dalam milis ini :-)

ikut nimbrung ya...
tentang free sexnya orang Barat yang begitu dashyat
dalam fantasi banyak orang Indonesia: baru tadi pagi
saya baca dalam majalah Der Spiegel (majalah
mingguan terkemuka di Jerman), menurut salah satu
penelitian oleh seorang seksolog, di Jerman malah
rata2 seorang istri yang umurnya 60 tahun lebih sering
melakukan seks (dengan suaminya) daripada seorang
laki2 berumur 30 tahun yang berstatus
single/jomblo 

padahal menurut klise tentang jomblo bule, apalagi
cowok, pasti sex lifenya serba wah dan hot... pasti
gonta-ganti pasangan... kapan saja kalau lagi butuh
ya one-night-stand... gampang ah... pasti rajin affair
sini affair sana... abis gak ada batasnya, wong
hidupnya dalam budaya free sex... begitu fantasinya
kan? Bad news: rupanya fantasinya jauh lebih asyik dan
hot daripada realitas di lapangan... :-)

salam,
Ni Londo
 






___ 
Telefonate ohne weitere Kosten vom PC zum PC: http://messenger.yahoo.de


 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~- 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP

2006-03-20 Terurut Topik ayeye1
Mas Wida tadi menyebut bahwa masyarakat negara berkembang yang
menganut budaya seks bebas, akan jauh lebih rusak dan banyak penyakit
sosialnya, dibandingkan negara maju yang menganut budaya seks bebas.
Saya rasa ini penting sekali untuk dipahami, mungkin formulasi bisa
diubah sedikit dengan membedakan dengan orang yang belum bisa
bertanggung jawab, belum diberdayakan, serta belum berdisiplin versus
orang yang bertanggung jawab, berdaya, serta berdisiplin. Boleh
dikatakan bahwa masing-masing masrakyat Indonesia maupun masrakyat
negara lain memiliki semua karakteristik tersebut, tetapi mungkin
masih ada perbedaan dalam proporsi. Pertanyaan adalah bagaimana bisa
mengubah proporsi itu, sehingga bagian besar masrakyat dan khususnya
generasi muda akan menjadi orang berdaya. Tentu ini perdebatan yang
panjang, tetapi salah satu aspek yang saya sering sempat memperhatikan
di berbagai keluarga Indonesia adalah komunikasi antara orang tua dan
anak yang kurang menyambung. Misalnya posisi orang tua sering berada
di level atas dibanding posisi anak. Ketika anak menghadapi suatu
permasalahan ataupun pertanyaan, khususnya seputar pacaran dan
seksualitas, sepertinya tidak berani untuk terlalu terbuka sama orang
tua. Apalagi jika melihat bahwa sikap orang tua rada kaku dan lebih
berusaha untuk menghindari perdebatan dengan alasan anak masih terlalu
kecil, sehingga anak juga merasa tidak dianggap dengan serius oleh
orang tua. Akhirnya anak bisa jadi lebih membuka diri kepada
lingkungan luar karena merasa lebih dimengerti di sana, tidak melulu
ditanggapi dengan perkataan itu dosa atau perkataan kamu masih kecil.
Sedangkan dengan orang tua, anak semakin tertutup karena komunikasi
tidak pernah se-level. Nanti bisa sampai orang tua masih menjelaskan
kepada anaknya bahwa tidak boleh berduaan sama lawan jenis, apalagi
berciuman. Sementara anak sudah mempunyai pengalaman seksual, tetapi
tidak berani untuk dibahas dengan orang tua, karena takut dimarahin.
Salah satu modus operandi yang masih populer di sebagian kalangan
remaja adalah berbohong sama orang tua bahwa akan menginap di rumah
teman, padahal calling dulu dan nanti ketemu sama pacarnya. Apalagi
kalau remaja mempunyai teman yang sudah akrab dengan orang tuanya,
sehingga orang tua semakin percaya.

Mengenai perilaku seksual di negara-negara Barat, memang sulit untuk
dipukulratakan sebagaimananya sulit pula untuk Indonesia, tergantung
juga kita bergaul dalam lingkungan mana. Kebudayaan di Barat tidak
seragam pula. Italy Utara sama Italy Selatan saja beda :-) Dari
pengalaman pribadi, saya melihat bahwa banyak yang memilih untuk
bercinta dengan pacarnya saja. Ketika misalnya baru kenalan dengan
seseorang yang baru, masih suka ada proses berkenalan lebih dalam,
sehingga tidak langsung berhubungan intim. Tergantung juga ketemu
dimana. Tetapi adalah suatu hal yang biasa kalau kita mengadakan
dinner dengan lawan jenis yang baru kenal, tujuannya sama sekali tidak
mesti seks, tetapi ngobrol. Bahkan kalau menginap di rumah teman lawan
jenis sering tidak mesti bertujuan untuk berhubungan intim. Pasti ada
juga yang istilah one-night stand dan sebagian orang memiliki phase
dalam kehidupan dimana mereka tidak terikat dengan satu partner saja.
Namun, menurut saya, adalah salah alamat jika perilaku seks bebas
dialokasikan secara pukul-rata ke budaya Barat. Saya memahami seks
bebas seperti perilaku seksual tanpa batas apapun dan seandainya
perilaku seperti itu menjadi norma di Barat, tidak mungkinlah orang
bisa bekerja dengan serius. Saya saja yang saat ini sedang berada di
Barat tidak mungkin bisa membalas tanggapan Mas Wida dengan serius
seandainya mitos seks bebas itu benar. Seharusnya saya lagi
berorgy-ria dengan paling sedikit 10 perempuan sambil mabuk-mabukan,
apalagi 2 minggu lagi mau balik ke Jakarta. Maka tinggal pakai logika
saja sedikit :-)

Salam,
ayeye


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Tanggapan saya disisipkan di bawah.
 
 
 
 
 ayeye1 [EMAIL PROTECTED] 
 Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 03/20/2006 05:55 AM
 Please respond to
 wanita-muslimah@yahoogroups.com
 
 
 To
 wanita-muslimah@yahoogroups.com
 cc
 
 Subject
 [wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP
 
 
 
 
 
 
 Terima kasih atas tanggapan, Mas Wida.
 
 Saya sependapat bawah mendisiplinkan para pedagang kaki lima yang
 menjual majalah/VCD pornografi tidak realistis dilakukan dalam sesaat
 serta dalam kondisi seperti sekarang. Disiplin tumbuh melalui proses
 dan tidak datang secara instan. Manusia juga memerlukan motivasi untuk
 menjadi berdisiplin. Sedangkan saya tidak tahu darimana seorang
 pedagang kaki lima mendapat motivasi untuk berdisiplin jika ia sudah
 berkesulitan untuk mempertahankan diri serta alternatif lain semakin
 tertutup. Bagaimana mungkin ingin berdisiplin ketika ada ketidakadilan
 di depan mata kita yang jauh lebih besar? Sampai orang kaya menjadi
 tebal hukum dan hanya orang kecil tersentuh oleh hukum dan itupun
 sering secara arbitrer. Maka saya pikir

Pendidikan Anak, Re: [wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP

2006-03-20 Terurut Topik Wida . Kusuma
Tanggapan saya bagi dua mas Ayeye, sebab masing-masing bisa menjadi topik 
yang menarik. 8-)

Mengenai kondisi negara berkembang yang mungkin lebih parah, karena negara 
berkembang itu sudah memiliki berbagai penyakit sosial akibat kekurang 
disiplinan, masih silau dengan harta, korupsi, ketidak teraturan, 
pengangguran yang miskin, dlsb. Sehingga budaya seks bebas akan semakin 
memperparah penyakit sosial yang ada. Dibandingkan negara maju yang 
mungkin penyakit2 yang lain sudah selesai sebelum budaya seks bebas itu 
muncul. Dan mengenai bagaimana merubah proporsi itu menurut saya faktor 
pendidikan sangat memegang peranan penting. Masyarakat yang mempunyai pola 
pendidikan yang baik akan bisa lebih teratur. Akan lebih menggunakan otak 
dibandingkan otot (preman). Dan masyarakat akan cenderung lebih sopan dan 
teratur serta disiplin. Kita ini khan baru merdeka sekitar 60 tahun. 
Pembentukan masyarakat yang berpendidikan masih cukup panjang. Belum lagi 
menyembuhkan trauma dari penjajahan dan perasaan minder kepada negara yang 
lebih maju. Sehingga penyakit sosial kita masih cukup parah. Nah kalau 
masih ditambah dengan pornografie dan budaya seks bebas serta kekerasan 
seksual, kita akan semakin sukar sembuh dan semakin susah maju. Kita 
mengambil dari Barat hanya gaya hidup kulitnya saja (mode, hura-hura). 
Tidak mengambil kedisiplinannya, keteraturannya, kebersihannya, dan 
hal-hal yang baik yang lain. Apakah hal ini memang masih sulit bagi 
masyarakat kita untuk mempunyai budaya yang baik seperti itu? Walaupun 
agama menyebut kebersihan adalah bagian dari iman. Mendorong masyarakat 
untuk hidup teratur, sopan, saling menghargai, toh hal itu masih sulit 
untuk diwujudkan di masyarakat kita. Mungkin memang membutuhkan waktu yang 
panjang untuk mewujudkan masyarakat yang baik seperti itu.

Mengenai pola pendidikan anak, kami ingin terbuka dengan anak-anak kami. 
Diskusi dan mencoba memberikan pemahaman. Tentu saja kami mempunyai 
batas-batas yang tidak boleh mereka langgar. Tetapi kami ingin agar 
perbuatan baik mereka itu muncul dari dalam diri mereka sendiri. Bukan 
karena kami ancam. Saya setuju dengan konsep Steven Covey, perubahan dari 
dalam ke luar. Jadi yang dirubah itu haruslah dalamnya dulu, paradigmanya 
dulu, pemahamannya dulu, baru nanti sikap mereka akan berubah dengan 
sendirinya. Dan untuk ini harus dengan diskusi, tidak bisa lagi dengan 
ancaman atau kata pokoknya. Saya sering berkata ke istri saya, ibu harus 
anggap dia itu sekarang teman ibu, sahabat ibu, bukan lagi anak kecil yang 
bisa ibu perintah dan ancam. Coba ajak pergi keluar untuk ngobrol seperti 
teman dengan teman. Jadilah sahabatnya sekarang. Supaya dia tetap terbuka 
dengan ibu dan ibu bisa memberikan pengertian ke dia. Sharinglah 
pengalaman ibu waktu seusia dengannya. Namun memang sulit untuk merubah 
pola pendidikan yang sudah kita kenal dari orang tua kita. Kita cenderung 
untuk memakai pola yang sama dengan orang tua kita dalam mendidik anak. 
Ini alam bawah sadar kita. Yah, semoga kami bisa memulai konsep baru mulai 
dari diri kami sendiri.

Masalah seksual ini adalah masalah yang sangat penting bagi kami untuk 
putri-putri kami. Kami sangat tidak ingin mereka sampai salah melangkah. 
Apapun akan kami lakukan agar mereka selamat sampai memasuki pintu 
pernikahan mereka masing-masing.

Salam,




ayeye1 [EMAIL PROTECTED] 
Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
03/21/2006 06:18 AM
Please respond to
wanita-muslimah@yahoogroups.com


To
wanita-muslimah@yahoogroups.com
cc

Subject
[wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP






Mas Wida tadi menyebut bahwa masyarakat negara berkembang yang
menganut budaya seks bebas, akan jauh lebih rusak dan banyak penyakit
sosialnya, dibandingkan negara maju yang menganut budaya seks bebas.
Saya rasa ini penting sekali untuk dipahami, mungkin formulasi bisa
diubah sedikit dengan membedakan dengan orang yang belum bisa
bertanggung jawab, belum diberdayakan, serta belum berdisiplin versus
orang yang bertanggung jawab, berdaya, serta berdisiplin. Boleh
dikatakan bahwa masing-masing masrakyat Indonesia maupun masrakyat
negara lain memiliki semua karakteristik tersebut, tetapi mungkin
masih ada perbedaan dalam proporsi. Pertanyaan adalah bagaimana bisa
mengubah proporsi itu, sehingga bagian besar masrakyat dan khususnya
generasi muda akan menjadi orang berdaya. Tentu ini perdebatan yang
panjang, tetapi salah satu aspek yang saya sering sempat memperhatikan
di berbagai keluarga Indonesia adalah komunikasi antara orang tua dan
anak yang kurang menyambung. Misalnya posisi orang tua sering berada
di level atas dibanding posisi anak. Ketika anak menghadapi suatu
permasalahan ataupun pertanyaan, khususnya seputar pacaran dan
seksualitas, sepertinya tidak berani untuk terlalu terbuka sama orang
tua. Apalagi jika melihat bahwa sikap orang tua rada kaku dan lebih
berusaha untuk menghindari perdebatan dengan alasan anak masih terlalu
kecil, sehingga anak juga merasa tidak dianggap dengan serius

Barat dan Free Sex, RE: [wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP

2006-03-20 Terurut Topik Wida . Kusuma
Bukan fantasi ni Londo. Kira-kira begitulah gambaran yang diberikan 
melalui film2 Holywood dan film seri dari Barat. Tidak salah juga kan 
kalau kemudian kita menarik kesimpulan demikian? 8-) Juga keberadaan VCD 
Porno, situs porno dan majalah porno di Barat sana yang seolah-olah 
mendewakan kehidupan seks? Saya pernah secara tidak sengaja mendapat 
kiriman e-mail dari teman yang memuat gambar sekelompok demonstran yang 
melakukan demo dalam keadaan telanjang bulat! Dan itu jumlahnya ribuan! 
Dan itu -bad newsnya- di Barat! Seolah-olah Barat memang pelopor dalam 
hal-hal yang berbau ketelanjangan dan seks. Nah, bagaimana itu?

Tapi saya rasa benarlah ni Londo, kegilaan itu tidak dianut oleh seluruh 
masyarakat Barat. Dan semoga sebagian besar masyarakat Barat tidak 
demikian. Atau itu hanya di sebuah negara Barat yang liberal saja, tidak 
di semua negara Barat yang masih menjunjung tinggi nilai agama dan 
kesopanan. Tapi diatas semua fakta itu, sulit untuk tidak menyimpulkan 
demikian bagi budaya Barat dari Indonesia sini yang dibanjiri oleh film 
Holywood, situs porno dan VCD porno. 8-)

Sedihnya, sudah ada generasi muda Indonesia yang ketularan membuat VCD 
porno seperti Bandung Lautan Asmara itu. 8-( Lalu Majalah Playboy 
Indonesia dengan model gadis Indonesia telanjang bulat? 8-((

Salam,




ni londo [EMAIL PROTECTED] 
Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
03/21/2006 05:13 AM
Please respond to
wanita-muslimah@yahoogroups.com


To
wanita-muslimah@yahoogroups.com
cc

Subject
RE: [wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP






--- ayeye1 [EMAIL PROTECTED] schrieb:

---cut---

 Mas Wida, terminologi seks bebas sering menjadi
 misleading,
 khususnya apabila dikaitkan dengan perilaku seksual
 generasi muda di
 Barat. Sudah sering saya pernah menyinggung soal
 itu dalam milis ini :-)

ikut nimbrung ya...
tentang free sexnya orang Barat yang begitu dashyat
dalam fantasi banyak orang Indonesia: baru tadi pagi
saya baca dalam majalah Der Spiegel (majalah
mingguan terkemuka di Jerman), menurut salah satu
penelitian oleh seorang seksolog, di Jerman malah
rata2 seorang istri yang umurnya 60 tahun lebih sering
melakukan seks (dengan suaminya) daripada seorang
laki2 berumur 30 tahun yang berstatus
single/jomblo 

padahal menurut klise tentang jomblo bule, apalagi
cowok, pasti sex lifenya serba wah dan hot... pasti
gonta-ganti pasangan... kapan saja kalau lagi butuh
ya one-night-stand... gampang ah... pasti rajin affair
sini affair sana... abis gak ada batasnya, wong
hidupnya dalam budaya free sex... begitu fantasinya
kan? Bad news: rupanya fantasinya jauh lebih asyik dan
hot daripada realitas di lapangan... :-)

salam,
Ni Londo
 


 

 
 
___ 
Telefonate ohne weitere Kosten vom PC zum PC: http://messenger.yahoo.de



Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  

Yahoo! Groups Links



 





[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~- 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP

2006-03-20 Terurut Topik sarinesia
kalau Barat itu remnya blong, jadi apapun boleh sampe kawin sesama
jenis juga dilegalkan. Dalam Islam, kawin sesama jenis jelas dilarang.

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ni londo [EMAIL PROTECTED] wrote:

 --- ayeye1 [EMAIL PROTECTED] schrieb:
 
 ---cut---
 
  Mas Wida, terminologi seks bebas sering menjadi
  misleading,
  khususnya apabila dikaitkan dengan perilaku seksual
  generasi muda di
  Barat. Sudah sering saya pernah menyinggung soal
  itu dalam milis ini :-)
 
 ikut nimbrung ya...
 tentang free sexnya orang Barat yang begitu dashyat
 dalam fantasi banyak orang Indonesia: baru tadi pagi
 saya baca dalam majalah Der Spiegel (majalah
 mingguan terkemuka di Jerman), menurut salah satu
 penelitian oleh seorang seksolog, di Jerman malah
 rata2 seorang istri yang umurnya 60 tahun lebih sering
 melakukan seks (dengan suaminya) daripada seorang
 laki2 berumur 30 tahun yang berstatus
 single/jomblo 
 
 padahal menurut klise tentang jomblo bule, apalagi
 cowok, pasti sex lifenya serba wah dan hot... pasti
 gonta-ganti pasangan... kapan saja kalau lagi butuh
 ya one-night-stand... gampang ah... pasti rajin affair
 sini affair sana... abis gak ada batasnya, wong
 hidupnya dalam budaya free sex... begitu fantasinya
 kan? Bad news: rupanya fantasinya jauh lebih asyik dan
 hot daripada realitas di lapangan... :-)
 
 salam,
 Ni Londo
  






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~- 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP

2006-03-19 Terurut Topik ayeye1
Terima kasih atas tanggapan, Mas Wida.

Saya sependapat bawah mendisiplinkan para pedagang kaki lima yang
menjual majalah/VCD pornografi tidak realistis dilakukan dalam sesaat
serta dalam kondisi seperti sekarang. Disiplin tumbuh melalui proses
dan tidak datang secara instan. Manusia juga memerlukan motivasi untuk
menjadi berdisiplin. Sedangkan saya tidak tahu darimana seorang
pedagang kaki lima mendapat motivasi untuk berdisiplin jika ia sudah
berkesulitan untuk mempertahankan diri serta alternatif lain semakin
tertutup. Bagaimana mungkin ingin berdisiplin ketika ada ketidakadilan
di depan mata kita yang jauh lebih besar? Sampai orang kaya menjadi
tebal hukum dan hanya orang kecil tersentuh oleh hukum dan itupun
sering secara arbitrer. Maka saya pikir pengaturan yang lebih baik
terhadap produk pornografi hanya bisa dilakukan dalam jangka lebih
panjang dan sejalan dengan perbaikan lingkungan secara umumnya. Kita
selalu gampang berkhayal yang idealistis dan berpikir dengan
menciptakan suatu UU yang bombastis, masalah sosial sudah langsung
selesai. Sama merepotkan kalau ada politikus yang ikut dalam proses
pembentukan hukum guna mensekor poin politik, tetapi nanti tidak
terlibat lagi dalam proses pelaksanaan hukum. Presiden SBY saja harus
mempelajari bahwa ternyata masalah korupsi tidak semudah dihilangkan
seperti [mungkin] dibayangkan sebelum menjadi presiden.

Memang sebagai orang tua, kita selalu harus memperhitungkan bahwa
suatu saat anak-anak kita akan terkonfrontasi dengan pornografi.
Seperti kata Mas Wida, bahan pornografi muda diperoleh dari internet
jika memang dicari, karena selalu dapat ditemukan lubang meskipun
pakai adult software dan segala. Maka sudah adalah tugas dan tanggung
jawab kita untuk mempersiapkan dan memberdayakan anak-anak kita agar
siap menghadapi dunia yang tidak sesteril rumah kita. Saya juga sadar
ini lebih gampang diucapkan daripada direalisasikan. Banyak orang tua
tidak merasa sanggup untuk menjelaskan seksualitas kepada anak-anak
mereka. Terutama di lingkungan dimana seksualitas masih dianggap
sebagai tabu untuk dibicarakan. Di sisi lain, anak-anak yang berasal
dari keluarga baik masih bisa terjun ke dunia narkoba dan kriminal.
Jadi tidak ada kepastian yang seratus persen.

Memang usaha sangat berpotensial untuk menaruh keuntungan materi di
depan moralitas. Jangankan usaha, orang individual saja yang demikian
pula. Moralitas enak untuk dibicarakan dan sulit dilaksanakan,
terutama dalam situasi tertentu. Maka saya pribadi sudah capek kalau
mendengar orang bicara soal moral, apalagi soal moral seksual :-)

Soal perbedaan antara Barat dan Timur dalam persepsi terhadap
seksualitas, saya rasa perubahan yang diakibatkan oleh proses
modernisasi sudah lama mempengaruhi moral seksual di Indonesia,
apalagi perilaku seksual generasi muda. Itu dikarenakan oleh kondisi
yang telah berubah secara signifikan, ambil saja umur nikah yang
rata-rata telah meningkat drastis atau perubahan struktur keluarga dan
lingkungan sosial, dengan nilai-nilai seksual yang masih tetap
(setidaknya dalam lingkungan resmi), sehingga terjadi penyimpanan yang
semakin besar antara realita lingkungan dan moral seksual. Kalau tidak
ada alternatif untuk mengantisipasi perbedaan ini, hubungan seksual
pra-nikah cenderung akan semakin ditolerir oleh generasi-generasi yang
akan datang. Atau alternatif lain untuk kalangan Islam misalnya, bisa
menjadi perkawinan secara agama saja dulu, sehingga tidak akan
dianggap zina dan sekaligus melibatkan keluarga, meskipun ada batas
umur minimal juga agar tidak melanggar hukum. Setelah pasangan sudah
merasa sanggup selayaknya orang yang ingin membentuk keluarga,
perkawinan dilakukan secara resmi negara.

Kebetulan di tahun 80-an saya juga sempat berada di Indonesia dan
waktu itu, seingat saya, sebagian generasi muda sudah melakukan
hubungan seks pra-nikah dan pelacuran sudah banyak, bukan hanya di
kota-kota besar. Cuman di era ORBA, masalah sosial tidak pernah
dibahas dengan kritis. Gaya bahasa pun berbeda seperti sempat
diceritakan oleh Mbak Meilany di milis ini. Contohnya, di jaman ORBA
ditulis harga disesuaikan, sedangkan sekarang ditulis harga
dinaikkan :-) Kata-kata yang vulger pun masih jarang digunakan. Waktu
itu saya hanya mengenal kata kawin dan bersetubuh untuk hubungan
seks. Baru di akhir tahun 80-an dan awal 90-an variasi menjadi lebih
luas. Yang tetapi banyak berubah adalah umur PSK setelah krisis
moneter dan politik. Hingga sekarang masih banyak anak-anak seumur
anak SMA dan SMP yang melacurkan diri di jalan. Juga suasana di
klab-klab malam setelah krismon menjadi lebih komersial.

Mas Wida, terminologi seks bebas sering menjadi misleading,
khususnya apabila dikaitkan dengan perilaku seksual generasi muda di
Barat. Sudah sering saya pernah menyinggung soal itu dalam milis ini :-)

Salam,
ayeye

**

- Forwarded by Wida Kusuma/JJ0269/JOC/ID on 03/17/2006 08:09 AM -

Ide jika pornografie dihalangi dari 

Re: [wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP

2006-03-19 Terurut Topik Wida . Kusuma
Tanggapan saya disisipkan di bawah.




ayeye1 [EMAIL PROTECTED] 
Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
03/20/2006 05:55 AM
Please respond to
wanita-muslimah@yahoogroups.com


To
wanita-muslimah@yahoogroups.com
cc

Subject
[wanita-muslimah] Fw: Re: PENOLAKAN RUU APP






Terima kasih atas tanggapan, Mas Wida.

Saya sependapat bawah mendisiplinkan para pedagang kaki lima yang
menjual majalah/VCD pornografi tidak realistis dilakukan dalam sesaat
serta dalam kondisi seperti sekarang. Disiplin tumbuh melalui proses
dan tidak datang secara instan. Manusia juga memerlukan motivasi untuk
menjadi berdisiplin. Sedangkan saya tidak tahu darimana seorang
pedagang kaki lima mendapat motivasi untuk berdisiplin jika ia sudah
berkesulitan untuk mempertahankan diri serta alternatif lain semakin
tertutup. Bagaimana mungkin ingin berdisiplin ketika ada ketidakadilan
di depan mata kita yang jauh lebih besar? Sampai orang kaya menjadi
tebal hukum dan hanya orang kecil tersentuh oleh hukum dan itupun
sering secara arbitrer. Maka saya pikir pengaturan yang lebih baik
terhadap produk pornografi hanya bisa dilakukan dalam jangka lebih
panjang dan sejalan dengan perbaikan lingkungan secara umumnya. Kita
selalu gampang berkhayal yang idealistis dan berpikir dengan
menciptakan suatu UU yang bombastis, masalah sosial sudah langsung
selesai. Sama merepotkan kalau ada politikus yang ikut dalam proses
pembentukan hukum guna mensekor poin politik, tetapi nanti tidak
terlibat lagi dalam proses pelaksanaan hukum. Presiden SBY saja harus
mempelajari bahwa ternyata masalah korupsi tidak semudah dihilangkan
seperti [mungkin] dibayangkan sebelum menjadi presiden.

===

WD: Setuju mas Ayeye. Proses perbaikan lingkungan memang tidak bisa 
instant. Dan antara hukum dan kondisi sosial masyarakat sebaiknya tetap 
terkait. Itulah sebabnya Umar tidak memotong tangan seorang pencuri karena 
kondisi saat itu sedang memprihatinkan dan seorang mencuri karena 
terpaksa. Seorang pedagang kaki lima mungkin menjual VCD itu karena 
perutnya. Yang mungkin terpikir oleh dia, tidak apa berjualan barang 
seperti ini, toh saya terpaksa, dan toh dunia ini tidak suci-suci amat. 
Pola fikirnya memang telah terhalangi dari idealisme yang lebih tinggi 
seperti barang seperti ini akan merusak moral pembelinya, atau secara 
pasti dilarang oleh agama (seluruh agama). Dan dia mungkin tidak bisa 
melarang anak berseragam SMP yang ingin membelinya. Apa urusan moral 
baginya sekarang? Kondisi pedagang kaki lima seperti ini pasti ada. Orang 
yang terpaksa menjual barang haram karena kemiskinan itu pasti ada. 
Makanya yang harus dijerat itu adalah produsennya. Yang memanfaatkan 
kemiskinan si pedagang kaki lima untuk memasarkan produk haramnya itu. 
Sudah pasti si produsen itu sangat rusak itikad dan moralnya. Dialah yang 
seharusnya dijerat oleh hukum bukan si pedagang kaki lima. Sedangkan si 
pedagang kaki lima insya Allah dia masih bisa berjualan produk lainnya 
jika produk haram itu tidak tersedia. Sebelum barang haram itu muncul, toh 
si pedagang kaki lima tetap bisa berjualan barang lain? Tetapi dia tidak 
kuasa menahan dirinya ketika melihat barang haram itu. Sudah pasti dia 
juga menikmatinya di rumah sebelum dia jual. Juga terhadap keuntungan yang 
mungkin lebih besar dari menjual barang haram itu dari produk yang dia 
jual sebelumnya. Barang VCD porno seperti itu, pasti akan menarik keingin 
tahuan orang, bahkan tetap akan menggoda orang yang imannya kuat. 
Pornografie sebagai bisnis memang menguntungkan. Karena ia memanfaatkan 
basic insting yang ada di dalam diri manusia. Kenikmatan jasmani manusia 
yang tertinggi. 

Setuju juga jika kita hukum itu disesuaikan dengan perbaikan lingkungan. 
Itulah yang terjadi dengan pengharaman minuman keras di zaman nabi. 
Masyarakat pra Islam yang gemar membunuh bayi perempuan, gemar 
mabuk-mabukan, gemar berpetualang cinta (zina), telah berhasil dirubah 
menjadi masyarakat yang menghargai harkat wanita, menjauhi minuman keras 
dan mencintai kesucian. Bagaimana itu dapat terjadi? Perubahan masyarakat 
ke arah yang baik? Sedangkan kita, jika kita mempersoalkan penerapan suatu 
hukum, tetapi masyarakat kita tidak menjadi lebih baik. Bahkan bertambah 
rusak? Jadi bagaimana itu membuat suatu hukum, menerapkan suatu hukum, 
yang secara nyata membawa masyarakat kita sedikit demi sedikit ke arah 
yang lebih baik? Rombaklah RUU APP itu, asalkan ia bisa menjadi 1 langkah 
pasti menuju kondisi yang lebih baik.

===

Memang sebagai orang tua, kita selalu harus memperhitungkan bahwa
suatu saat anak-anak kita akan terkonfrontasi dengan pornografi.
Seperti kata Mas Wida, bahan pornografi muda diperoleh dari internet
jika memang dicari, karena selalu dapat ditemukan lubang meskipun
pakai adult software dan segala. Maka sudah adalah tugas dan tanggung
jawab kita untuk mempersiapkan dan memberdayakan anak-anak kita agar
siap menghadapi dunia yang tidak sesteril rumah kita. Saya juga sadar
ini lebih gampang diucapkan daripada direalisasikan