Re: [wanita-muslimah] Hermeneutika dan Fenomena Taklid Baru

2006-04-14 Terurut Topik Ary Setijadi Prihatmanto
fakta dan opini nyampur...jadi mirip propaganda...
menurut mas prend sendiri gimana?

- Original Message - 
From: P|R|E|N|D|69 [EMAIL PROTECTED]
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Sent: Friday, April 14, 2006 6:15 AM
Subject: [wanita-muslimah] Hermeneutika dan Fenomena Taklid Baru


(deleted)

  Tafsir nyeleneh ala Hermeneutika
Sebagian perumus teori hermeneutika, mengajukan gagasan pemisahan teks dari
pengarangnya sebagai upaya untuk memahami teks dengan lebih baik. Bahkan,
orang seperti Scleiermacher mengshy;ajushy;kan gagasan tentang kemungkinan
penafsir dapat memahami lebih baik dari pengarangnya. Jika gagasan ini
diterapkan untuk al-Quran, siapakah yang mampu memashy;hami Al-Quran lebih
baik dari Allah SWT atau Rasul-Nya?

Inilah yang disesalkan banyak cendekiawan Muslim terhadap gagasan Nasr Hamid
Abu Zaid yang menyatakan bahwa al-Quran adalah produk budaya (muntaj
tsaqafy).

Dengan menganggap Al-Quran semata-mata adalah produk budaya, karya sastra
biasa, atau sekedar teks linguistik seperti teks-teks lainnya, maka itu
berarti telah memisahkan al-Quran dari Pengarangnya, yaitu Allah SWT.

Padahal, sebagai kalam Allah, Al-Quran adalah tanzil. Redaksinya pun berasal
dari Allah SWT. Dia memang bahasa Arab, tetapi bukan bahasa Arab biasa. Dia
adalah wahyu. Karena wahyu, maka manusia yang paling memashy;hami maknanya
adalah Rasul-Nya dan orang-orang yang sezaman dengannya (para sahabat).

Jika teks Al-Qur`an diceshy;rabut dari penjelasan Rasushy;lullah SAW dan
diletakkan dalam konteks paradigma Marxis, maka maknanya tentu bisa
berubah secara mendasar. Jika Allah mengshy;haramkan babi, lalu dianalisis
secara sosial-budaya ketika itu, maka akan bisa disimpulshy;kan secara
hermeneutis, bahwa babi haram karena dagingnya enak dan tidak ada di Arab.

Sekedar interupsi, Hamka pernah bercerita, pada tahun 1963 seorang pelajar
SMP di Semarang mengirim surat kepadanya. Si pelajar bercerita bahwa
gurunya, seorang pemeluk setia agama Katolik, menerangkan dalam kelas
tentang sebab diharamkannya daging babi. Kata guru itu, Nabi Muhammad sangat
suka makan daging babi, sebab terlalu enak. Pada suatu hari pelayan beliau
mencuri perseshy;diaan daging babi yang akan beliau makan.

Ketika datang waktu makan, beliau minta persediaan daging yang sangat enak
itu. Si pelayan mengaku salah, telah mencuri dan memakan daging babi itu.
Mendengar itu, Nabi Muhamshy;mad sangatlah marah karena dagingnya dicuri.
Saking marahshy;nya, mulai hari itu dijatuhkanlah hukuman: Haram atas
umatku makan daging babi. Lihat, Hamka, Studi Islam, 1985:245-246);

Selain itu, hukum potong tangan akan dikatakan sebagai hukum yang hanya
cocok untuk masyarakat baduy gurun di Arab; alasan muslimah haram kawin
dengan laki-laki non-muslim karena masyashy;rakatshy;nya didominasi
laki-laki; jilbab hanya wajib untuk daerah Arab karena iklimnya panas dan
berdebu; khamr haram hanya di daerah panas; homoseksual haram karena ketika
itu belum ada HAM; dan sebagainya.

Berbagai pemahaman nyeleneh seperti di atas, akan terus bermunculan apabila
hermeneutika digunakan dalam menginterpretasikan Al-Qur'an. hermeneutika
ilmu sesat


-
Love cheap thrills? Enjoy PC-to-Phone  calls to 30+ countries for just
2?/min with Yahoo! Messenger with Voice.

[Non-text portions of this message have been removed]



Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 



SPONSORED LINKS Women  Islam  Muslimah
  Women in islam




YAHOO! GROUPS LINKS

  a..  Visit your group wanita-muslimah on the web.

  b..  To unsubscribe from this group, send an email to:
   [EMAIL PROTECTED]

  c..  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.








 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~- 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

[wanita-muslimah] Hermeneutika dan Fenomena Taklid Baru

2006-04-13 Terurut Topik P|R|E|N|D|69
  Hermeneutika dan Fenomena Taklid Baru
  
Oleh : Adian Husaini 
Hermeneutika kini telah menjadi begitu populer di Indonesia dan diajukan oleh 
berbagai pihak sebagai alternatif pengganti metode tafsir ‘klasik’ dalam 
memahami Al-Quran.

Sejumlah nama pemikir modernis, neo-modernis, atau post-modernis –seperti 
Fazlur Rahman, Mohammed Arkoen, al-Jabiri, Hassan Hanafi, Nasr Hamid Abu Zeid, 
Farid Essac, dan lainnya– kini menjadi idola baru dalam memahami al-Quran dan 
Sunnah Rasul. Mereka begitu populer dan dikagumi di berbagai institusi 
pendidikan dan ormas Islam, menggantikan tokoh-tokoh pemikir besar Islam, 
seperti Syafii, Maliki, Hanafi, Ahmad bin Hanbal, al-Ghazali, Ibn Taimiyah, 
Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan yang lainnya. Kaum Muslimin Indonesia kini 
digerojok dengan ratusan –mungkin ribuan– buku, makalah, dan artikel tentang 
hermeneutika, dengan satu pesan yang sama: “Tinggalkan (paling tidak, kritisi!) 
tafsir lama. 

Jangan percaya begitu saja pada penafsirnya, bahwa mereka adalah tulus dan 
tidak punya maksud apa-apa. Mereka juga manusia, mereka punya kepentingan, 
punya wawasan yang terpengaruh oleh faktor sosial budaya ketika itu”. 

Prof Amin Abdullah, misalshy;nya, menulis dalam satu buku hermeneutika: 
“Metode penafshy;siran Al-Quran selama ini senantiasa hanya mempershy;hatikan 
hubungan penafsir dan teks Al-Quran tanpa pernah mengshy;eksplisitshy;kan 
kepentishy;ngan audiens terhadap teks. Hal ini mungkin dapat dimaklumi, sebab 
para mufasir klasik lebih menganggap tafsir Al-Quran sebagai hasil kerja-kerja 
kesalehan, yang dengan demikian harus bersih dari kepentingan mufasirnya. 

Atau barangkali juga karena trauma mereka pada penafsiran-penafsiran teologis 
yang pernah melahirkan pertarushy;ngan politik yang maha dahsyat pada 
masa-masa awal Islam. Terlepas dari alasan-alasan tersebut, tafsir-tafsir 
klasik Al-Quran tidak lagi memberi makna dan fungsi yang jelas dalam kehidupan 
umat Islam.” 

Dalam buku yang sama juga disebutkan bahwa, Hassan Hanafi menawarkan cara baru 
dalam membaca al-Quran. Metode Hassan Hanafi, seperti juga Arkoen, dikatakan 
telah menghindarkan diri dari penafsiran yang subjektif dan menjadikan teks 
sebagai sekedar justifikasi dan dalih bagi kepentingan penafsir. Kini sudah 
saatnya ada panduan metodologis yang dapat menjadi “pencerahan” bagi 
mufasir-mufasir muda Muslim dalam menjembatani antara al-Quran dan kemanusiaan. 

Ditulis juga dalam buku ini: “Apalagi sebagian besar tafsir dan ilmu penafsiran 
yang diwarisi umat Islam selama ini, sadar atau tidak, telah turut 
melanggengkan status quo dan kemerosotan umat Islam secara moral, politik, dan 
budaya. ” (Lihat, Ilham B. Saenong, Hermeneutika Pembeshy;basan, 2002, hal. 
xxv-xxvi, 10). 

Umat Islam tentu tidak boleh apriori dengan satu informasi. (QS Al-Hujurat:6). 
Jika dikatakan kaum Muslim perlu menggunakan hermeshy;neutika sebagai 
pengganti tafsir klasik, karena sebagian besar tafsir klasik dianggap 
melanggengkan status quo, menyebabkan kemunduran, dan sebagainya, maka perlu 
dipertanyakan, tafsir yang mana? dan “sebagian besar” itu berapa banyak? 
Sekarang ada ribuan tafsir Al-Qur`an. Yang mana yang sudah dibaca para 
pengritik tafsir lama itu? 

Tafsir al-Azhar ditulis Hamka dalam penjara. Begitu juga Tafsir Fii Zhilal 
al-Quran. Bahkan penulisshy;nya, Sayyid Quthub, akhirnya meninggal digantung 
penguasa. Selama ratusan tahun, dunia Islam mengeshy;nyam kemajuan dan 
perkemshy;bangan di berbagai bidang ilmu pengetahuan, padahal tidak 
menggunakan metode hermeshy;neutika yang gencar dipromoshy;sishy;kan 
belakangan ini. Imam Ahmad, Ibn Taymiyah, dan lainnya adalah para penentang 
penguasa, dan telah menunjukshy;kan diri sebagai ilmuwan besar dalam sejarah 
Islam. 

 
  Fenomena Taqlid baru   
Sebenarnya praktek “belah bambu” semacam ini merushy;pakan gejala yang 
memprishy;hatinkan dalam dunia ilmiah dan akademis. Klaim bahwa Hassan Hanafi, 
Fazlur Rahman, Arkoen, Nasr Hamid, dan sebagainya “bebas dari kepentingan” 
dibandingkan dengan mufassir klasik, sangatlah tidak ilmiah. Tanpa bersikap 
apriori, pemikiran Hassan Hanafi dan lain-lain itu perlu dikaji dengan kritis. 
Namun, seyogyanya, tidak disertai dengan memberikan prasangka kepada 
pemikir-pemikir Muslim besar lain sebelumnya, sebelum memshy;baca karya mereka 
sendiri. 

Malah, yang lebih memprishy;hatinkan, analisis-analisis Jabiri, Nasr Hamid 
tershy;hadap pemikiran al-Syafii, al-Ghazali, dan sebagaishy;nya, terkadang 
diimani begitu saja, bahkan dijadikan rujukan tanpa mengecek dan membaca 
kitab-kitab para imam itu secara langsung. Padahal, kitab-kitab para imam besar 
itu berjumlah ratusan. Tapi kemudian dirumuskan dan disimpulkan dalam satu atau 
dua kalimat oleh analis. Sikap seperti ini adalah sebuah bentuk taklid buta. 

Jadi, ketika mereka menolak taklid kepada para imam besar, di saat yang sama 
mereka justru melakukan taklid kepada pemikir modernis atau post-modernis, 
Muslim atau non-Muslim. 

Dalam hal hermeneutika juga