[wanita-muslimah] Islam ditengah 2 titik ekstrim

2010-05-04 Terurut Topik ma_suryawan
Assalamu'alaikum,

Posisi Islam yang berada di tengah, di antara 2 titik ekstrim agama 
Yahudi dan Kristen yang dapat langsung kita rasakan adalah cara 
pandang kepada sosok kenabian, khususnya kepada sosok Nabi Isa a.s. 
(Yesus). Berangkat dari cara pandang kepada sosok Yesus inilah yang 
kemudian sejalan dengan waktu menumbuhkan berbagai macam pandangan 
ekstrim yang menjauhkan penganut 3 agama ini dari rasa persaudaraan 
dan kasih sayang di antara mereka yang sebenarnya berasal dari satu 
ayah, yaitu Ibrahim yang membawa agama monoteistik.

Profil Yesus digambarkan dengan ekstrim oleh Yahudi sebagai sosok 
yang hina, bukan nabi, bukan kesayangan Tuhan, bukan profil yang suci dan tidak 
diterima di surga - karena ia mati terkutuk di atas tiang salib. Yesus 
diletakkan di level yang sangat rendah oleh Yahudi. Ini adalah titik ekstrim 
yang pertama. 

Untuk meredam pandangan yang ekstrim tersebut serta mengangkat 
martabat Yesus dari level yang sangat rendah, Kristen kemudian 
mengklaim bahwa kematian Yesus di atas salib adalah untuk menebus 
dosa manusia dan kemudian barang siapa yang menerima Yesus dan 
pengorbanannya sebagai satu-satunya jalan maka ia akan memperoleh 
keselamatan. Lebih jauh lagi sosok Yesus dianggap sebagai tuhan, 
kepadanya manusia memanjatkan doa, tempat untuk mengadu, meminta 
pertolongan dan perlindungan. Yesus telah ditempatkan pada level yang sangat 
tinggi, sebuah titik ekstrim yang kedua setelah adanya titik ekstrim yang 
pertama.

Islam kemudian hadir di antara 2 titik ekstrim itu. Islam menawarkan 
keseimbangan. Islam menawarkan jalan tengah dengan mengatakan bahwa 
Yesus adalah seorang manusia biasa, hamba Allah yang suci, seorang 
nabi/rasul Allah yang sama seperti nabi/rasul Allah lainnya. Islam 
mengajak manusia agar menempatkan secara proporsional status/martabat sosok 
Yesus/Isa a.s. tersebut. Dibantah dengan tegas dalam al-Qur'an  bahwa sosok Isa 
tidak pernah mati terkutuk di atas tiang salib dan ditolak keras untuk dianggap 
sebagai Tuhan.

Demikian solusi yang diberikan kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan pengikutnya atas 
2 titik ekstrim tersebut. Namun kembali sejalan dengan waktu, sangat 
disayangkan bahwa kebanyakan dari penganut agama Islam kembali terjebak pada 
ekstrim yang sama, yaitu menganggap sosok Isa masih hidup dengan jasad kasarnya 
sampai detik ini. Anggapan ini muncul belakangan akibat penafsiran akan sosok 
Isa, namun seperti sunnah Allah yang selalu ada sebelumnya, Allah Ta'ala 
kembali mengutus nabi/rasul-Nya untuk menempatkan sosok Isa secara 
proporsional, membawa umat Islam kembali ke posisi jalan tengah dalam memandang 
profil Yesus/Isa a.s. - sehingga dapat membawa umat menjadi umat yang di 
tengah, umat yang terbaik, yang dapat saling mengasihi dan menyayangi di antara 
sesama manusia dan penganut agama.

Salam,
M. A. Suryawan




Bls: [wanita-muslimah] Islam ditengah 2 titik ekstrim

2010-05-04 Terurut Topik Bang Mossad

Salam,
jalan tengan yang bagus...
dan sekedar menambahkan orang Islam agaknya lupa bahwa :

Kami tidak
menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka
jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? (QS. 21:34) 






Dari: ma_suryawan ma_surya...@yahoo.com
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Terkirim: Sel, 4 Mei, 2010 23:49:16
Judul: [wanita-muslimah] Islam ditengah 2 titik ekstrim

  
Assalamu'alaikum,

Posisi Islam yang berada di tengah, di antara 2 titik ekstrim agama 
Yahudi dan Kristen yang dapat langsung kita rasakan adalah cara 
pandang kepada sosok kenabian, khususnya kepada sosok Nabi Isa a.s. 
(Yesus). Berangkat dari cara pandang kepada sosok Yesus inilah yang 
kemudian sejalan dengan waktu menumbuhkan berbagai macam pandangan 
ekstrim yang menjauhkan penganut 3 agama ini dari rasa persaudaraan 
dan kasih sayang di antara mereka yang sebenarnya berasal dari satu 
ayah, yaitu Ibrahim yang membawa agama monoteistik.

Profil Yesus digambarkan dengan ekstrim oleh Yahudi sebagai sosok 
yang hina, bukan nabi, bukan kesayangan Tuhan, bukan profil yang suci dan tidak 
diterima di surga - karena ia mati terkutuk di atas tiang salib. Yesus 
diletakkan di level yang sangat rendah oleh Yahudi. Ini adalah titik ekstrim 
yang pertama. 

Untuk meredam pandangan yang ekstrim tersebut serta mengangkat 
martabat Yesus dari level yang sangat rendah, Kristen kemudian 
mengklaim bahwa kematian Yesus di atas salib adalah untuk menebus 
dosa manusia dan kemudian barang siapa yang menerima Yesus dan 
pengorbanannya sebagai satu-satunya jalan maka ia akan memperoleh 
keselamatan. Lebih jauh lagi sosok Yesus dianggap sebagai tuhan, 
kepadanya manusia memanjatkan doa, tempat untuk mengadu, meminta 
pertolongan dan perlindungan. Yesus telah ditempatkan pada level yang sangat 
tinggi, sebuah titik ekstrim yang kedua setelah adanya titik ekstrim yang 
pertama.

Islam kemudian hadir di antara 2 titik ekstrim itu. Islam menawarkan 
keseimbangan. Islam menawarkan jalan tengah dengan mengatakan bahwa 
Yesus adalah seorang manusia biasa, hamba Allah yang suci, seorang 
nabi/rasul Allah yang sama seperti nabi/rasul Allah lainnya. Islam 
mengajak manusia agar menempatkan secara proporsional status/martabat sosok 
Yesus/Isa a.s. tersebut. Dibantah dengan tegas dalam al-Qur'an  bahwa sosok Isa 
tidak pernah mati terkutuk di atas tiang salib dan ditolak keras untuk dianggap 
sebagai Tuhan.

Demikian solusi yang diberikan kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan pengikutnya atas 
2 titik ekstrim tersebut. Namun kembali sejalan dengan waktu, sangat 
disayangkan bahwa kebanyakan dari penganut agama Islam kembali terjebak pada 
ekstrim yang sama, yaitu menganggap sosok Isa masih hidup dengan jasad kasarnya 
sampai detik ini. Anggapan ini muncul belakangan akibat penafsiran akan sosok 
Isa, namun seperti sunnah Allah yang selalu ada sebelumnya, Allah Ta'ala 
kembali mengutus nabi/rasul-Nya untuk menempatkan sosok Isa secara 
proporsional, membawa umat Islam kembali ke posisi jalan tengah dalam memandang 
profil Yesus/Isa a.s. - sehingga dapat membawa umat menjadi umat yang di 
tengah, umat yang terbaik, yang dapat saling mengasihi dan menyayangi di antara 
sesama manusia dan penganut agama.

Salam,
M. A. Suryawan


 



[Non-text portions of this message have been removed]