Ego Senang untuk Bicara, Jadilah Seorang Pendengar 
Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani
Dari Buku Melawan Ego
www.mevlanasufi.blogspot.com
   
  
BismillahhirRohman nirRohim.
   
  Dengan “bismillah” kita bisa mulai. Tanpa “bismillah” tidak ada kekuatan 
Ilahi yang bisa membantu hamba-hamba-Nya. Grandsyaikh ‘Abdullah Fa’iz 
ad-Daghestani berbicara mengenai sebuah perilaku yang baik bagi setiap orang, 
beliau mengatakan bahwa kita adalah ummat manusia. Suatu ketika seorang yang 
terpandang datang berkunjung, dalam hatinya dia merasa bahwa dia adalah 
sesuatu. Kita harus menggunakan bahasa yang lain untuk berbicara kepadanya 
daripada berbicara kepada orang yang berkata, “Saya bukan apa-apa.”
   
  Grandsyaikh Abdullah Faiz ( alm) berkata kepadanya, “Bicaralah kepada kami, 
atau izinkan kami untuk berbicara.” Dia menjawab, “Anda boleh bicara, saya 
mendengarkan. Apakah kalian pikir menjadi seorang pendengar itu adalah sesuatu 
yang mudah? Benar atau salah. Setiap orang bisa berbicara, karena itu adalah 
suatu kesenangan bagi dirinya. Ego senang untuk berbicara dan menonjolkan 
dirinya, tetapi seorang pendengar harus bersifat rendah hati. Grandsyaikh 
membalas kepada orang itu, “Wahai saudaraku, orang yang mau mendengar adalah 
orang yang tidak sombong.”
   
  Seorang pendengar selalu mendapatkan sesuatu. Seorang pembicara terlebih 
dahulu harus menjadi pendengar, kalau tidak maka kata-katanya akan menjadi 
racun dan membawa penyakit bagi yang mendengarkan. Dalam setiap agama dan 
kepercayaan, hal pertama yang diberikan kepada para pengikutnya adalah, 
“dimohon untuk tenang dan diam.” Jika seseorang tidak bisa memandang orang lain 
lebih tinggi darinya, dia tidak bisa menjadi seorang pendengar dan dengan 
demikian dia tidak bersifat rendah hati. Allah bisa memberi hikmah kepada siapa 
saja, jika kalian mendengarkan, kita bisa mendapatkannya dari orang itu.
   
  Menjadi seorang pendengar adalah karakteristik utama yang dimiliki seorang 
Rasul, karena mereka semua mendengarkan malaikat Jibril as. Pendengar adalah 
pembeli sedangkan pembicara adalah penjual. Pembeli adalah orang yang mendapat 
sesuatu. Sebuah perilaku yang baik bagi semua Rasul dan Awliya serta para ulama 
adalah memiliki paling sedikit satu orang yang bias didengarkan. Jika seseorang 
tidak menerima bahwa orang lain lebih tinggi darinya, berarti dia mempunyai 
level yang sama dengan Setan, yang berkata, “Di alam semesta ini tidak ada yang 
lebih tinggi dariku.”
   
  Seorang anak kecil yang duduk di bangkunya di sekolah bersama seorang anak di 
depannya berpura-pura mengendarai kereta kuda yang membawa mereka pergi ke 
Aleppo. Anak yang di depan bertindak sebagai kuda yang dikekang, dan seperti 
inilah orang-orang yang tidak mau mendengar, mengalami kemajuan. Bihurmati 
habib, Fatihah
   
  Wa min Allah at Tawfiq
   
  wasalam, arief hamdani
www.rumisuficafe.blogspot.com
www.ariefdani.multiply.com

       
---------------------------------
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke