Misteri Keadilan Allah

By: agussyafii

Bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala Maha Adil, secara akademik tak seorangpun yang 
menolak, tetapi bahwa banyak individu-individu yang secara diam-diam
mempertanyakan keadilan Allah juga tak bisa dibantah. Pembicaraan tentang 
keadilan Allah bukanlah hal baru. Persoalan ini hadir sejak manusia mengenal 
baik buruk. Pertanyaan-pertanyaan seperti mengapa ada kejahatan, ada 
kemiskinan, ada penyakit, atau pertanyaan mengapa si A yang baik dan pintar 
nasibnya buruk sedang si B yang jahat dan bodoh selalu sukses usahanya ?

Sesungguhnya bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas menjadi sangat musykil 
jika jawabannya dimaksud untuk memuaskan semua nalar, tetapi jika ingin mencari 
hikmah dari suatu peristiwa yang tidak menyenangkan, maka boleh jadi suatu 
peristiwa yang semula dinilai negatif, lama-kelamaan akan berubah menjadi 
positif setelah kita bisa mendudukkan peristiwa itu dalam konteks yang lebih 
panjang. Suatu golongan meratap-ratap ketika ketuanya yang terpilih menjadi 
presiden dijatuhkan oleh lawan di tengah masa jabatannya. Segala macam usaha, 
bahkan doa-doa andalan istighasah pun sudah dipanjatkan untuk mempertahankan 
kedudukan sang presiden. Kecewa, sedih, marah dan dendam bercampur aduk dalam 
hati kelompok itu mengiringi jatuhnya sang presiden. Tetapi setelah setahun 
berlalu, setelah berbagai peristiwa terjadi, nampak bahwa dibalik hal yang 
mengecewakan itu terdapat hikmah yang luar biasa besarnya.

Sebagian ulama menyatakan bahwa yang dinamakan kebaikan atau keburukan dalam 
perspektif diatas sebenarnya tidak ada, atau paling tidak adanya itu hanya 
dalam nalar manusia yang memandang secara parsial, karena segala hal yang 
datang dari Allah itu pastilah kebaikan., karena sebagaimana disebutkan al 
Quran, Dialah yang membuat segala sesuatu dengan sebaik-baiknya (Q/32:7). 
Keburukan itu ada hanya karena keterbatasan pandangan manusia saja. Segala 
sesuatu sebenarnya tidak buruk, tetapi nalar manusia yang terbatas itulah yang 
mengiranya buruk. 

Nalar kita tidak dapat menembus semua dimensi. Seringkali ketika seseorang 
memandang sesuatu secara mikro, hal itu dinilainya buruk dan jahat, tetapi jika 
dipandang secara makro dan menyeluruh, justeru hal itu merupakan unsur 
keindahan. Tahi lalat jika dilihat secara mikro, yakni tahi lalat itu sendiri 
maka pasti ia nampak buruk, tetapi jika dilihat dalam kerangka wajah 
pemiliknya, maka tahi lalat itu justeru bisa menjadi faktor utama kecantikan 
wajah pemiliknya. Sama halnya ketika kita melihat orang yang kakinya di-potong, 
terasa ada kekejaman di dalamnya, tetapi jika kita tahu bahwa yang 
mengampputasi itu dokter sebagai upaya penyelamatan hidup orang itu, maka kita 
bisa berkata, untung ada dokter yang sempat mengamputasinya, dan di dalamnya 
ada nuansa terima kasih kepada yang memotong kaki. Oleh karena itu kita tidak 
boleh memandang kebijaksanaan Allah secara mikro, atau, sekurang-kurangnya 
ketika kita belum bisa memahami hal itu, kita harus meyakini
 bahwa dibalik itu ada hikmah tersembunyi.

Wassalam,
agussyafii
-- 
Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye program Kegiatan 'Muhasabah Amalia 
(MUSA)' Hari Ahad, Tanggal 18 April 2010 Di Rumah Amalia. Kirimkan dukungan dan 
partisipasi anda di http://www.facebook.com/agussyafii2, atau 
http://agussyafii.blogspot.com/, http://www.twitter.com/agussyafii atau sms di 
087 8777 12 431.


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke