Nimbrung : mungkin tidak seperti yg diuraikan oleh Jeng Ning. Masalah halal-haram menurut yg saya ketahui adalah harus objektif. Kalo cuma masalah 'rasa2' gimana ya; nggak jelas gitu malahan nanti terjadi penyamarataan. Seperti yg terjadi akhir2 ini; perempuan yg berpenampilan seronok di tuduh perempuan gak bener.
Menarik sekali kalo kita melihat disekeliling kita. - Apakah orang yg matanya baik [ ndak buta] tidak boleh memandang lawan jenisnya? Bagaimanakah karir dokter, psikolog, orang2 pemasaran Masalah ia bisa mengontrol diri [ baca ; menjaga nafsu syahwat ] kan urusan pribadinya dia. Apakah seorang dokter tidak boleh 'terangsang' melihat pasiennya yg semlohei? Dokter juga manusia yg punya rasa. :-) -Apakah orang yg menutup auratnya langsung terbebas dari pandangan yg membuat orang lain tergoda? Kayaknya enggak. Aa Gym bisa jatuh cinta dengan seorang yg berjilbab/ yg tertutup rapat :-) Di bank syariah yg suka saya kunjungi, CSnya, tellernya adalah semua perempuan yg wangi, cakep berjilbab. Yg laki2 cuma satpam dan OB. Dan nasabahnya yg saya sering lihat berbincang-bincang lihat adalah kebanyakan laki2. Apakah pegawai bank itu bermaksud menggoda atau apakah para nasabah datang ke bank itu karena tergoda? Wallahualam bissawab. Akhirnya masalah mengontrol diri kan bukan dari sebab memandang melulu, tapi juga gimana otak, pikirannya yg mengendalikan :-) Lha wong banyak kok orang2 yg 'jatuh cinta' bukan karena memandang tapi dengar suaranya. Seperti penyiar radio itu dengan suaranya yg seksi [ menurut yg mendengar] bisa dikagumi dan membuat pendengarnya termehek-mehek. Jadi siapa yg harus disalahkan; suaranya yg indah kan berkah Gusti Allah. Apakah si penyiar bermaksud menggoda atau si pendengar menjadi tergoda; hanya pribadi masing2 yg tahu. Masa sih si penyiar akan bilang ; "halo2 pendengar jangan ya anda tergoda dengan suara saya" Ke GR-an skali :-) Begitu juga dengan berpakaian/menutup aurat. Ia bisa menggoda iman atau membuat orang lain tergoda; wallahualam bissawab. :-)) Salam l.meilany ----- Original Message ----- From: Aisha To: wanita-muslimah@yahoogroups.com ; keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Sent: Tuesday, February 06, 2007 5:06 PM Subject: [keluarga-sejahtera] Re: Kontrol Diri atau Kontrol Orang Lain? Mba Ning, Saya yang mengganti judul dengan pertanyaan kontrol diri atau mengontrol orang lain ini karena tertarik dengan pendapat mba Chae. Saya tidak mengerti kenapa tiba-tiba mba Ning memasukkan yang 5 dalam Islam untuk pengambilan keputusan saat kita ngobrol kontrol ini dengan halal haram? Coba deh kita urai sedikit-sedikit ya, kita memperbincangkan masalah laki-laki yang ingin terjaga matanya, kalau menurut HAM, dia berhak untuk mendapat pemandangan yang "bersih" yang tidak membuat dirinya terangsang dan tergoda. Di pihak lain, ada juga wanita yang ingin memamerkan tubuhnya, kalau menurut HAM, dia juga berhak bukan? Bagaimana solusinya untuk menengahi HAM masing-masing? Sebab kita tahu juga bahwa ada laki-laki yang mudah terangsang tergoda karena mungkin di lingkungannya semua tertutup, sementara ada laki-laki yang tidak gampang terangsang tergoda, atau mungkin juga terangsang tapi bisa mengendalikan dirinya untuk tidak melakukan perbuatan buruk. Solusinya bagi yang mudah terangsang tergoda itu lakukan ibadah dengan benar! Sebab dengan puasa yang benar misalnya dia akan bisa mengendalikan syahwatnya, tapiiiii ... ada juga jalan pintas yaitu dengan mengontrol pihak lain, dalam hal ini wanita yang harus dikontrol, jika laki-laki tidak bisa mengendalikan dirinya memandang yang merangsang, maka dibuatlah aturan supaya wanita semua ditutup badannya, maka dunia akan aman tentram, tidak ada laki-laki yang jadi pemerkosa dan tidak ada laki-laki yang mau beristri banyak (poligami) karena matanya terjaga bersih dan pikirannya bersih dan hanya setia dengan 1 istri, begitu ya mba Ning?:) Lalu, kenapa mba Ning tiba-tiba mengeluarkan rangkaian kalimat "hukum memandang aurat perempuan adalah HARAM bagi yang mudah tergoda, dan HALAL(MUBAH) bagi yang tidak mudah tergoda", menjadi aneh karena haram-halal itu siapa yang menentukan? Tuhan atau manusia? Itu sebabnya saya menjelaskan bahwa masalah kontrol (diri or orang lain) itu tidak bisa dibenturkan dengan halal-haram. Masalahnya adalah bahwa kita hidup di dunia yang majemuk, majemuk pemahaman agama dalam satu agama (lihat aja komunitas milis, kan beda-beda walaupun masing-masing mengaku memeluk agama Islam), belum lagi kemajemukan lainnya karena beda agama, beda budaya, dll. Jika halal-haram itu yang ngatur Tuhan, kita misalnya sudah tahu bahwa makan babi itu haram, lalu apakah semua muslim tidak makan babi? Jika ada muslim makan babi, apakah ada orang yang lalu mengejar muslim pemakan babi ini lalu menghukum atau membunuhnya? Tidak bukan? Jadi kenapa mba Ning ada ide haram-halal seperti itu? kan masalah! nya sudah jelas bahwa kita hidup di masyarakat majemuk, HAM siapa yang akan dimenangkan? HAM laki-laki yang ingin tidak berdosa? atau HAM wanita yang mau berbaju bebas? Inti beragama itu kan supaya orang bisa jadi orang yang mampu mengendalikan dirinya untuk mampu berbuat baik dan mampu untuk tidak melakukan perbuatan buruk, jadi dibuatlah aturan-aturan tertentu yang bisa melindungi HAM masing-masing, seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, misalnya aturan di kantor tentang panjang rok dan tidak memperlihatkan belahan dada atau tidak berbaju sangat ketat. Laki-laki juga harus mampu mengendalikan dirinya dan tidak memaksa semua wanita harus memakai baju sesuai dengan keinginannya. Kecuali kalau misalnya di satu pesantren, seorang laki-laki, kepala pesantren (kiai) meminta semua wanita berjilbab, itu mungkin tidak apa-apa karena santriwati ini semuanya memang ingin menerapkan semua aturan Islam dengan keyakinan bahwa berjilbab itu satu-satunya pakaian. Tapi kalau penerap! annya di negara yang tidak berbasis Islam dan penduduknya juga tidak s emuanya muslim, apa mungkin ngontrol pihak lain daripada ngontrol diri sendiri? salam Aisha --------- >From : Tri Budi Lestyaningsih Aisha : Jadi mba Ning, masalah kontrol diri vs mengontrol orang lain itu tidak bisa dibenturkan dengan "hukum memandang aurat perempuan adalah HARAM bagi yang mudah tergoda, dan HALAL(MUBAH) bagi yang tidak mudah tergoda", tapi kendalikan diri untuk tidak mudah tergoda dan aturan jelas untuk masalah aurat ini misalnya tayangan di tv, aturan berbusana di kantor, dll. Halal haram sekedar di tingkat wacana sih tidak akan berdampak selama tidak ada penegakan hukum (misalnya produsen dan distributor VCD dan bacaan porno), zina haram, mabuk haram, dll kan tetap saja ada yang melakukan. Ning: Dik Aisha, bukankah dasar pengambilan keputusan bagi Muslimin memang hukum Islam yang 5 itu ? Bukankah orang mengendalikan diri dan sebagainya juga asal muasalnya adalah dari hukum Islam yang 5 itu ? Atau menurut dik AIsha, ada dasar lain yang mengharuskan pengendalian diri tersebut ? Saya rasa hal di atas bukannya tidak bisa dibenturkan, tetapi susah menjawabnya ya ;-) Anyway, pembicaraan kita sudah agak melebar rupanya. Sebenarnya ini bermula dari pertanyaan saya, apakah laki-laki yang ingin godhul bashor itu terlanggar HAM-nya, ketika ada wanita yang mempertunjukkan auratnya di depannya. Sampai tulisan yang terakhir ini, tidak ada yang menjawab ya atau tidak. Malahan pembicaraan berbelok ke arah kontrol-mengontrol ini... salah saya juga,, tidak keep the discussion on track. Saya tidak percaya bahwa HAM seutuhnya akan bisa diterapkan. Karena pasti akan tergantung dari siapa yang menilai. Masalah wanita yang ber-HAM boleh mempertunjukkan apa yang ingin dia pertunjukkan tanpa ada yang mengganggu atau melarang, sementara lelaki yang ber-HAM mustinya boleh keluar rumah memandang berkeliling tanpa ada yang "mengganggu" yang kita discuss ini kan hanya contoh kecil saja. Wallahu'alam, -Ning ----------- From: Aisha Mba Ning, Mungkin mba Ning tidak tidak mengharamkan kontak mata, ........... [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]