Pak Wijanarko Janoko, sebagai orang Islam, kita tentu tahu bahwa dalam Islam
TIDAK ADA DOSA TURUNAN! Jadi, nasehat atau sindiran ente ke saya itu NGAWUR.
Saya nggak nuduh dan menghakimi anaknya si Nurdin Teroris, soal anak jelas off
limit, tapi istri-istrinya!
Makanya Pak, BACA dong, BACA!
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko ko_j...@... wrote:
Kini Munfiatun tinggal di rumah ibunya, Harojum, di Desa Pecangaan Kulon,
Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Sehari-hari ia memberikan
les mata pelajaran sekolah kepada anak-anak tetangga. Ia juga belajar
menjahit bordir. Kepada Bandelan Amarudin dari Tempo, yang mengunjunginya
pekan lalu, Munfiatun mengaku tidak trauma dengan masa lalunya. Namun ia
enggan menceritakan kisah asmaranya dengan Abdurrachman. Maaf, Mas, biarlah
itu menjadi bagian dari pengalaman hidup kami.
---
Janoko :
Seandainya dan kalau cerita diatas itu benar, hm...betapa kasihan anak-anak
yang tidak tahu apa2 tersebut, bisa saja mereka akan mengalami KDRT oleh
orang - orang yang tidak bertanggung jawab karena anak itu akan seseorang
yang dibenci oleh orang - orang.
Mungkin penulis dan penerus penulis ingin menunjukkan kepeduliannya kepada
kaum wanita, tapi harap diingat, perlu juga memperhitungkan konsekwensi dari
cerita tersebut yang mungkin merugikan anak-anak yang tidak berdosa
tersebut anak..
Salam
Janoko
-o0o-
--- On Mon, 3/8/09, ritajkt rita...@... wrote:
From: ritajkt rita...@...
Subject: [wanita-muslimah] Istri-istri si Nurdin Teroris (bagian 2)
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Monday, 3 August, 2009, 11:13 PM
sumber :http://www.tempoint eraktif.com/ khusus/selusur/ memburu.noor.
din/3a.php
PADA mulanya adalah sebuah pertanyaan, Apakah kamu bersedia menjadi istri
saya? Yang bertanya adalah seorang lelaki yang mengaku bernama Abdurrachman.
Yang ditanya, perempuan lugu bercadar bernama Munfiatun, menjawab bahwa ia
butuh waktu satu pekan untuk berkonsultasi dengan keluarga.
Keduanya baru berjumpa satu jam di rumah Hasan, perantara pertemuan, di
Kabupaten Malang, Jawa Timur. Hasan adalah suami Yati, teman Munfiatun.Dalam
pertemuan itu, Abdurrachman yang putih, rambut ikal seleher, dengan tinggi
badan sekitar 170 sentimeter, mengaku sebagai mujahid, pejuang di jalan
Tuhan. Ia sempat mendekatkan wajahnya agar tampak lebih jelas oleh calon
istrinya. Wajah saya sama dengan yang di koran-koran ya? kata lelaki
berlogat Melayu ini. Kepada calon suaminya, Munfiatun mengatakan tak percaya
kepada koran. Sumber Tempo bercerita, guru taman kanak-kanak kelahiran Jepara
itu mengaku bahwa media dan polisi bisa saja keliru.
Singkat cerita, Munfiatun dan Abdurrachman menikah di Surabaya pada 22 Juni
2004. Bertindak sebagai penghulu Ustad Adung, yang kini ditahan polisi karena
menjadi bagian dari gerakan Jamaah Islamiyah. Dari pihak Munfiatun hadir sang
ibu, Harojum, 56 tahun, serta Yati dan Hasan.
Sehari menikah, Abdurrachman mengajak sang istri ke Kabupaten Pasuruan, Jawa
Timur, menggunakan mobil Kijang tua milik Hasan. Keduanya lalu menginap di
sebuah penginapan di daerah Tretes. Saat inilah Abdurrachman membuka kedok
bahwa dirinya sudah menikah dengan Rahma dan memiliki tiga anak di Johor,
Malaysia. Tiga hari kemudian, Noor Din menghilang dan menitipkan istri
keduanya di rumah seorang teman. Sebelumnya, ia membelikan sang istri telepon
genggam Nokia 3310.
Keduanya kembali bertemu sebulan kemudian untuk berangkat ke Cikampek, Jawa
Barat. Di sana mereka menginap di rumah seseorang. Tak berapa lama,
Abdurrachman kembali menghilang. Saat suaminya raib, Munfiatun sempat
berkirim pesan singkat menyatakan ingin menelepon. Abdurrachman menjawab,
Boleh tapi teleponnya dibuka jam 13.00 sampai 17.00.
Dua hari kemudian, Munfiatun mendapat kiriman surat plus uang Rp 400 ribu.
Dalam surat itu, sang suami mengatakan kondisi belum memungkinkan mereka
bertemu. Di akhir surat Abdurrachman menulis namanya Abu Hafs al-Muhajir
alias Noor Din M. Top. Keduanya sempat berkirim surat dua kali lagi sebelum
polisi menahan Munfiatun pada 22 September 2004. Ia didakwa memberikan
bantuan terhadap teroris dan divonis pengadilan tiga tahun penjara. Saat
itulah Munfiatun memutuskan cerai dari Abdurrachman.
Kini Munfiatun tinggal di rumah ibunya, Harojum, di Desa Pecangaan Kulon,
Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Sehari-hari ia memberikan
les mata pelajaran sekolah kepada anak-anak tetangga. Ia juga belajar
menjahit bordir. Kepada Bandelan Amarudin dari Tempo, yang mengunjunginya
pekan lalu, Munfiatun mengaku tidak trauma dengan masa lalunya. Namun ia
enggan menceritakan kisah asmaranya dengan Abdurrachman. Maaf, Mas, biarlah
itu menjadi bagian dari pengalaman hidup kami.
***
ARINA Rahma, 26 tahun, berhenti sekolah bahasa Arab di Ma'had Ali,
Yogyakarta, ketika ayahnya memintanya pulang ke