[wanita-muslimah] Re: Neolib - bebas ?
Pak Janoko, Coba kita ikuti contoh yang diberikan bapak, ttg berlalu lintas. Yang pak Jan uraikan itu adalah ketika fisiknya Mbel pengendara motor melintasi lampu merah, dia berhenti, kalo terus bisa terjadi kecelakaan. Lalu bapak lupa menyebutkan bahwa fisik Mbel itu juga mbatin. Apa batin yang mesti membebaskan itu? Yaitu, niat Mbel untuk melintasi lampu trafik dengan benar supaya lancar. Itulah niat yang MEMBEBASKAN. Kalau ada niat melintasi lampu trafik dan melanggarnya, apakah itu niat yang membebaskan, pak Jano? Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko ko_j...@... wrote: --- ko_jano : E_mbel mungkin harus belajar mengerti bahwa orang lainpun punya pikiran seperti e_mbel tersebut, yaitu juga ingin bebas, nah supaya kebebasan e_mbel tidak benturan dengan kebebasan orang lain, mangkanya e_mbel dan orang lain harus belajar untuk sepakat untuk tidak bebas mutlak, jadi masing - masing harus mengurangi kebebasannya untuk hidup bersama dan bermasyarakat. Contoh yang anak TK bisa memahami : Si e_mble lagi naik motor diperempatan jalan harus mengurangi kebebasannya dengan jalan berhenti karena lampu Traffic lights (also known as traffic signals, stop lights, traffic lamps) berwarna merah dan mempersilahkan pihak yang lain yang naik motor atau mobil untuk jalan karena lampu Traffic lights-nya sudah berwarna hijau. Seandainya si e_mbel hanya mendewakan kebebasannya dan sakenak dhewe dan tetap jalan pada saat Traffic LIghts berwarna merah maka yang terjadi adalah benturan / tabrakan kebebasan dengan pihak yang lain. Demikian -o0o-
Re: [wanita-muslimah] Re: Neolib - bebas ?
Embel : Poin yang bagus Mia! Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. --- ko_jano : E_mbel mungkin harus belajar mengerti bahwa orang lainpun punya pikiran seperti e_mbel tersebut, yaitu juga ingin bebas, nah supaya kebebasan e_mbel tidak benturan dengan kebebasan orang lain, mangkanya e_mbel dan orang lain harus belajar untuk sepakat untuk tidak bebas mutlak, jadi masing - masing harus mengurangi kebebasannya untuk hidup bersama dan bermasyarakat. Contoh yang anak TK bisa memahami : Si e_mble lagi naik motor diperempatan jalan harus mengurangi kebebasannya dengan jalan berhenti karena lampu Traffic lights (also known as traffic signals, stop lights, traffic lamps) berwarna merah dan mempersilahkan pihak yang lain yang naik motor atau mobil untuk jalan karena lampu Traffic lights-nya sudah berwarna hijau. Seandainya si e_mbel hanya mendewakan kebebasannya dan sakenak dhewe dan tetap jalan pada saat Traffic LIghts berwarna merah maka yang terjadi adalah benturan / tabrakan kebebasan dengan pihak yang lain. Demikian -o0o- --- On Fri, 5/6/09, eyang_mbelgedes eyang_mbelge...@yahoo.com wrote: From: eyang_mbelgedes eyang_mbelge...@yahoo.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Neolib To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Friday, 5 June, 2009, 8:42 AM Poin yang bagus Mia! Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. Ini sangat mencerahkan, encouraging dan mencerdaskan. Sebaliknya, kalau urusan batin harus didikte oleh 'larangan-larangan' , hasilnya adalah 'ketakutan massal'. --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, Mia al...@... wrote: Seingatku suka baca di buku ulasan2 sejarah, bahwa perubahan selalu datang dari lapisan middle class. Dan ingat, seperti mba Herni bilang, kelas menengah itu bukan cuma level ekonomi, tapi juga yang berorientasi ke masa depan. Pak Ariel, kupikir kelas menengah adalah demarkasi populasi yang bisa diidentifikasi dengan kriteria2 tertentu. Sedangkan pemikiran konservatif dan liberal adalah nuansa pemikiran/filosofi, adapun kelas menengah yang berkembang bisa saja jadi cenderung konservatif, seperti yang ditenggarai mba Herni. Pak Ariel bilang kelas menengah mestinya mampu menciptakan kubu sendiri yang independen, yang bukan konservatif- fundamentalis atau liberal itu, mungkin maksudnya progressif. Kelas menengah adalah populasi yang teridentifikasi, sedangkan progressif menunjukkan aksi perubahan. Nah perubahan dalam pemikiran keagamaan (kita lagi ngomongin pemikiran keagamaan kan?), bisa saja ke arah konservatif bisa saja liberal. Menurut pengertian saya, conservatism dalam pemikiran/filosofi agama itu nggak pernah menyehatkan, karena agama pada intinya adalah urusan batin atau urusan akhirat, menurut orang agamis, atau urusan psikologis menurut orang sekuler. Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. Dalam sufism ini disebut tindakan 'pengosongan' , dan setelah itu 'diisi' lagi. Jadi semangat batin agama itu liberal yang bertujuan membebaskan batin kita, mental kita mesti abundant - namun dalam mengadakan aksi perubahan kita kudu progressif dan prudent, karena dunia fisik kita memang terbatas kok. Mba Herni, kelompok liberal yang deket dengan elit itu mungkin di perkotaan. Tapi menurut catatan saya ke beberapa daerah pedalaman yang kemiskinannya ekstrim menurut ukuran perkotaan dan nyaris nggak tersentuh modernisasi, makin 'liberal' pemahaman agamanya. salam Mia --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, herri.permana herri.permana@ wrote: Middle class people sebenarnya kebanyakan lebih suka kemapanan / status quo daripada perubahan.Justru middle class people adalah orang yang paling acuh dengan keadaan sekitar KECUALI itu mengusik dirinya. --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, ariel ariela4ever@ wrote: saya masih percaya middle class people akan menjadi motor perubahan, karena mereka terdiri dari individu yg dinamis tidak jumud dan tidak berada di awang2. tren saat ini terjadi pertentangan pemikiran antara konservatif liberal, middle class yang dinamis merupakan pasar potensial bagi ke dua kubu tsb. semestinya middle class mampu menciptakan kubu tersendiri yg independen, mungkin dibutuhkan lebih banyak tipe indvidu seperti mbak Herni untuk mewujudkan ini :-) middle class ini kelak dapat menjadi sumber daya untuk membentuk civil society pada bidang politik dan profesional militer pada bidang pertahanan. sayang saat ini belum ada political will dari pemerintah untuk membentuk middle class secara
[wanita-muslimah] Re: Neolib - bebas ?
Cape deh... 'kebebasan pemikiran batin' disandingkan dengan 'perilaku berlalu-lintas...' kenapa ya kok sulit nyambung? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko ko_j...@... wrote: Embel : Poin yang bagus Mia! Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. --- ko_jano : E_mbel mungkin harus belajar mengerti bahwa orang lainpun punya pikiran seperti e_mbel tersebut, yaitu juga ingin bebas, nah supaya kebebasan e_mbel tidak benturan dengan kebebasan orang lain, mangkanya e_mbel dan orang lain harus belajar untuk sepakat untuk tidak bebas mutlak, jadi masing - masing harus mengurangi kebebasannya untuk hidup bersama dan bermasyarakat. Contoh yang anak TK bisa memahami : Si e_mble lagi naik motor diperempatan jalan harus mengurangi kebebasannya dengan jalan berhenti karena lampu Traffic lights (also known as traffic signals, stop lights, traffic lamps) berwarna merah dan mempersilahkan pihak yang lain yang naik motor atau mobil untuk jalan karena lampu Traffic lights-nya sudah berwarna hijau. Seandainya si e_mbel hanya mendewakan kebebasannya dan sakenak dhewe dan tetap jalan pada saat Traffic LIghts berwarna merah maka yang terjadi adalah benturan / tabrakan kebebasan dengan pihak yang lain. Demikian -o0o- --- On Fri, 5/6/09, eyang_mbelgedes eyang_mbelge...@... wrote: From: eyang_mbelgedes eyang_mbelge...@... Subject: [wanita-muslimah] Re: Neolib To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Friday, 5 June, 2009, 8:42 AM Poin yang bagus Mia! Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. Ini sangat mencerahkan, encouraging dan mencerdaskan. Sebaliknya, kalau urusan batin harus didikte oleh 'larangan-larangan' , hasilnya adalah 'ketakutan massal'. --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, Mia aldiy@ wrote: Seingatku suka baca di buku ulasan2 sejarah, bahwa perubahan selalu datang dari lapisan middle class. Dan ingat, seperti mba Herni bilang, kelas menengah itu bukan cuma level ekonomi, tapi juga yang berorientasi ke masa depan. Pak Ariel, kupikir kelas menengah adalah demarkasi populasi yang bisa diidentifikasi dengan kriteria2 tertentu. Sedangkan pemikiran konservatif dan liberal adalah nuansa pemikiran/filosofi, adapun kelas menengah yang berkembang bisa saja jadi cenderung konservatif, seperti yang ditenggarai mba Herni. Pak Ariel bilang kelas menengah mestinya mampu menciptakan kubu sendiri yang independen, yang bukan konservatif- fundamentalis atau liberal itu, mungkin maksudnya progressif. Kelas menengah adalah populasi yang teridentifikasi, sedangkan progressif menunjukkan aksi perubahan. Nah perubahan dalam pemikiran keagamaan (kita lagi ngomongin pemikiran keagamaan kan?), bisa saja ke arah konservatif bisa saja liberal. Menurut pengertian saya, conservatism dalam pemikiran/filosofi agama itu nggak pernah menyehatkan, karena agama pada intinya adalah urusan batin atau urusan akhirat, menurut orang agamis, atau urusan psikologis menurut orang sekuler. Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. Dalam sufism ini disebut tindakan 'pengosongan' , dan setelah itu 'diisi' lagi. Jadi semangat batin agama itu liberal yang bertujuan membebaskan batin kita, mental kita mesti abundant - namun dalam mengadakan aksi perubahan kita kudu progressif dan prudent, karena dunia fisik kita memang terbatas kok. Mba Herni, kelompok liberal yang deket dengan elit itu mungkin di perkotaan. Tapi menurut catatan saya ke beberapa daerah pedalaman yang kemiskinannya ekstrim menurut ukuran perkotaan dan nyaris nggak tersentuh modernisasi, makin 'liberal' pemahaman agamanya. salam Mia --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, herri.permana herri.permana@ wrote: Middle class people sebenarnya kebanyakan lebih suka kemapanan / status quo daripada perubahan.Justru middle class people adalah orang yang paling acuh dengan keadaan sekitar KECUALI itu mengusik dirinya. --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, ariel ariela4ever@ wrote: saya masih percaya middle class people akan menjadi motor perubahan, karena mereka terdiri dari individu yg dinamis tidak jumud dan tidak berada di awang2. tren saat ini terjadi pertentangan pemikiran antara konservatif liberal, middle class yang dinamis merupakan pasar potensial bagi ke dua kubu tsb. semestinya middle class mampu menciptakan kubu tersendiri yg independen, mungkin dibutuhkan lebih