[wanita-muslimah] Re: Neolib - bebas ?

2009-06-05 Terurut Topik Mia
Pak Janoko,
Coba kita ikuti contoh yang diberikan bapak, ttg berlalu lintas.
Yang pak Jan uraikan itu adalah ketika fisiknya Mbel pengendara motor melintasi 
lampu merah, dia berhenti, kalo terus bisa terjadi kecelakaan.

Lalu bapak lupa menyebutkan bahwa fisik Mbel itu juga mbatin.  Apa batin yang 
mesti membebaskan itu?  Yaitu, niat Mbel untuk melintasi lampu trafik dengan 
benar supaya lancar.

Itulah niat yang MEMBEBASKAN.
Kalau ada niat melintasi lampu trafik dan melanggarnya, apakah itu niat yang 
membebaskan, pak Jano?

Salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko ko_j...@... wrote:


 ---
 
 ko_jano :
 
 E_mbel mungkin harus belajar mengerti bahwa orang lainpun punya pikiran 
 seperti e_mbel
 tersebut, yaitu juga ingin bebas, nah supaya kebebasan e_mbel tidak 
 benturan dengan kebebasan orang lain, mangkanya e_mbel dan orang lain harus 
 belajar untuk sepakat untuk tidak bebas mutlak, jadi masing - masing harus 
 mengurangi kebebasannya untuk hidup bersama dan bermasyarakat.
 
 Contoh  yang anak TK bisa memahami :
 
 Si e_mble lagi naik motor diperempatan jalan harus mengurangi kebebasannya 
 dengan jalan berhenti karena lampu Traffic lights (also known as traffic 
 signals, stop 
 lights, traffic lamps) berwarna merah dan
 mempersilahkan pihak yang lain yang naik motor atau mobil untuk jalan
 karena lampu Traffic lights-nya sudah berwarna hijau.
 
 Seandainya si e_mbel hanya mendewakan kebebasannya dan sakenak dhewe
 dan tetap jalan pada saat Traffic LIghts berwarna merah maka yang
 terjadi adalah benturan / tabrakan kebebasan dengan pihak yang lain.
 
 Demikian
 
 -o0o- 




Re: [wanita-muslimah] Re: Neolib - bebas ?

2009-06-04 Terurut Topik jano ko
Embel :

Poin yang bagus Mia! Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif,
nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran
memang nggak bisa dikungkung.

---

ko_jano :

E_mbel mungkin harus belajar mengerti bahwa orang lainpun punya pikiran seperti 
e_mbel
tersebut, yaitu juga ingin bebas, nah supaya kebebasan e_mbel tidak benturan 
dengan kebebasan orang lain, mangkanya e_mbel dan orang lain harus belajar 
untuk sepakat untuk tidak bebas mutlak, jadi masing - masing harus mengurangi 
kebebasannya untuk hidup bersama dan bermasyarakat.

Contoh  yang anak TK bisa memahami :

Si e_mble lagi naik motor diperempatan jalan harus mengurangi kebebasannya 
dengan jalan berhenti karena lampu Traffic lights (also known as traffic 
signals, stop 
lights, traffic lamps) berwarna merah dan
mempersilahkan pihak yang lain yang naik motor atau mobil untuk jalan
karena lampu Traffic lights-nya sudah berwarna hijau.

Seandainya si e_mbel hanya mendewakan kebebasannya dan sakenak dhewe
dan tetap jalan pada saat Traffic LIghts berwarna merah maka yang
terjadi adalah benturan / tabrakan kebebasan dengan pihak yang lain.

Demikian

-o0o- 



--- On Fri, 5/6/09, eyang_mbelgedes eyang_mbelge...@yahoo.com wrote:

From: eyang_mbelgedes eyang_mbelge...@yahoo.com
Subject: [wanita-muslimah] Re: Neolib
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Friday, 5 June, 2009, 8:42 AM
















  
  Poin yang bagus Mia! Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, 
nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang 
nggak bisa dikungkung. 



Ini sangat mencerahkan, encouraging dan mencerdaskan. Sebaliknya, kalau urusan 
batin harus didikte oleh 'larangan-larangan' , hasilnya adalah 'ketakutan 
massal'.  



--- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, Mia al...@... wrote:



 Seingatku suka baca di buku ulasan2 sejarah, bahwa perubahan selalu datang 
 dari lapisan middle class.  Dan ingat, seperti mba Herni bilang, kelas 
 menengah itu bukan cuma level ekonomi, tapi juga yang berorientasi ke masa 
 depan.  

 

 Pak Ariel, kupikir kelas menengah adalah demarkasi populasi yang bisa 
 diidentifikasi dengan kriteria2 tertentu.  Sedangkan pemikiran konservatif 
 dan liberal adalah nuansa pemikiran/filosofi, adapun kelas menengah yang 
 berkembang bisa saja jadi cenderung konservatif, seperti yang ditenggarai mba 
 Herni.  

 

 Pak Ariel bilang kelas menengah mestinya mampu menciptakan kubu sendiri yang 
 independen, yang bukan konservatif- fundamentalis atau liberal itu, mungkin 
 maksudnya progressif.  Kelas menengah adalah populasi yang teridentifikasi, 
 sedangkan progressif menunjukkan aksi perubahan.

 

 Nah perubahan dalam pemikiran keagamaan (kita lagi ngomongin pemikiran 
 keagamaan kan?), bisa saja ke arah konservatif bisa saja liberal.

 

 Menurut pengertian saya, conservatism dalam pemikiran/filosofi agama itu 
 nggak pernah menyehatkan, karena agama pada intinya adalah urusan batin atau 
 urusan akhirat, menurut orang agamis, atau urusan psikologis menurut orang 
 sekuler.  Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada 
 penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. 
 Dalam sufism ini disebut tindakan 'pengosongan' , dan setelah itu 'diisi' 
 lagi.

 

 Jadi semangat batin agama itu liberal yang bertujuan membebaskan batin kita, 
 mental kita mesti abundant - namun dalam mengadakan aksi perubahan kita kudu 
 progressif dan prudent, karena dunia fisik kita memang terbatas kok.  

 

 Mba Herni, kelompok liberal yang deket dengan elit itu mungkin di perkotaan.  
 Tapi menurut catatan saya ke beberapa daerah pedalaman yang kemiskinannya 
 ekstrim menurut ukuran perkotaan dan nyaris nggak tersentuh modernisasi, 
 makin 'liberal' pemahaman agamanya. 

 

 salam

 Mia

 

 --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, herri.permana herri.permana@  
 wrote:

 

  

  Middle class people sebenarnya kebanyakan lebih suka kemapanan / status quo 
  daripada perubahan.Justru middle class people adalah

  orang yang paling acuh dengan keadaan sekitar KECUALI itu mengusik

  dirinya.

  

  --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, ariel ariela4ever@  wrote:

  

   

   saya masih percaya middle class people akan menjadi motor perubahan, 
   karena mereka terdiri dari individu yg dinamis tidak jumud dan tidak 
   berada di awang2. tren saat ini terjadi pertentangan pemikiran antara 
   konservatif  liberal, middle class yang dinamis merupakan pasar 
   potensial bagi ke dua kubu tsb. semestinya middle class mampu menciptakan 
   kubu tersendiri yg independen, mungkin dibutuhkan lebih banyak tipe 
   indvidu seperti mbak Herni untuk mewujudkan ini :-) 

   

   middle class ini kelak dapat menjadi sumber daya untuk membentuk civil 
   society pada bidang politik dan profesional militer pada bidang 
   pertahanan. sayang saat ini belum ada political will dari pemerintah 
   untuk membentuk middle class secara 

[wanita-muslimah] Re: Neolib - bebas ?

2009-06-04 Terurut Topik eyang_mbelgedes
Cape deh... 'kebebasan pemikiran batin' disandingkan dengan 'perilaku 
berlalu-lintas...' kenapa ya kok sulit nyambung?

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko ko_j...@... wrote:

 Embel :
 
 Poin yang bagus Mia! Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif,
 nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran
 memang nggak bisa dikungkung.
 
 ---
 
 ko_jano :
 
 E_mbel mungkin harus belajar mengerti bahwa orang lainpun punya pikiran 
 seperti e_mbel
 tersebut, yaitu juga ingin bebas, nah supaya kebebasan e_mbel tidak 
 benturan dengan kebebasan orang lain, mangkanya e_mbel dan orang lain harus 
 belajar untuk sepakat untuk tidak bebas mutlak, jadi masing - masing harus 
 mengurangi kebebasannya untuk hidup bersama dan bermasyarakat.
 
 Contoh  yang anak TK bisa memahami :
 
 Si e_mble lagi naik motor diperempatan jalan harus mengurangi kebebasannya 
 dengan jalan berhenti karena lampu Traffic lights (also known as traffic 
 signals, stop 
 lights, traffic lamps) berwarna merah dan
 mempersilahkan pihak yang lain yang naik motor atau mobil untuk jalan
 karena lampu Traffic lights-nya sudah berwarna hijau.
 
 Seandainya si e_mbel hanya mendewakan kebebasannya dan sakenak dhewe
 dan tetap jalan pada saat Traffic LIghts berwarna merah maka yang
 terjadi adalah benturan / tabrakan kebebasan dengan pihak yang lain.
 
 Demikian
 
 -o0o- 
 
 
 
 --- On Fri, 5/6/09, eyang_mbelgedes eyang_mbelge...@... wrote:
 
 From: eyang_mbelgedes eyang_mbelge...@...
 Subject: [wanita-muslimah] Re: Neolib
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Date: Friday, 5 June, 2009, 8:42 AM
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
   
   Poin yang bagus Mia! Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, 
 nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang 
 nggak bisa dikungkung. 
 
 
 
 Ini sangat mencerahkan, encouraging dan mencerdaskan. Sebaliknya, kalau 
 urusan batin harus didikte oleh 'larangan-larangan' , hasilnya adalah 
 'ketakutan massal'.  
 
 
 
 --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, Mia aldiy@ wrote:
 
 
 
  Seingatku suka baca di buku ulasan2 sejarah, bahwa perubahan selalu datang 
  dari lapisan middle class.  Dan ingat, seperti mba Herni bilang, kelas 
  menengah itu bukan cuma level ekonomi, tapi juga yang berorientasi ke masa 
  depan.  
 
  
 
  Pak Ariel, kupikir kelas menengah adalah demarkasi populasi yang bisa 
  diidentifikasi dengan kriteria2 tertentu.  Sedangkan pemikiran konservatif 
  dan liberal adalah nuansa pemikiran/filosofi, adapun kelas menengah yang 
  berkembang bisa saja jadi cenderung konservatif, seperti yang ditenggarai 
  mba Herni.  
 
  
 
  Pak Ariel bilang kelas menengah mestinya mampu menciptakan kubu sendiri 
  yang independen, yang bukan konservatif- fundamentalis atau liberal itu, 
  mungkin maksudnya progressif.  Kelas menengah adalah populasi yang 
  teridentifikasi, sedangkan progressif menunjukkan aksi perubahan.
 
  
 
  Nah perubahan dalam pemikiran keagamaan (kita lagi ngomongin pemikiran 
  keagamaan kan?), bisa saja ke arah konservatif bisa saja liberal.
 
  
 
  Menurut pengertian saya, conservatism dalam pemikiran/filosofi agama itu 
  nggak pernah menyehatkan, karena agama pada intinya adalah urusan batin 
  atau urusan akhirat, menurut orang agamis, atau urusan psikologis menurut 
  orang sekuler.  Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh 
  ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa 
  dikungkung. Dalam sufism ini disebut tindakan 'pengosongan' , dan setelah 
  itu 'diisi' lagi.
 
  
 
  Jadi semangat batin agama itu liberal yang bertujuan membebaskan batin 
  kita, mental kita mesti abundant - namun dalam mengadakan aksi perubahan 
  kita kudu progressif dan prudent, karena dunia fisik kita memang terbatas 
  kok.  
 
  
 
  Mba Herni, kelompok liberal yang deket dengan elit itu mungkin di 
  perkotaan.  Tapi menurut catatan saya ke beberapa daerah pedalaman yang 
  kemiskinannya ekstrim menurut ukuran perkotaan dan nyaris nggak tersentuh 
  modernisasi, makin 'liberal' pemahaman agamanya. 
 
  
 
  salam
 
  Mia
 
  
 
  --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, herri.permana herri.permana@  
  wrote:
 
  
 
   
 
   Middle class people sebenarnya kebanyakan lebih suka kemapanan / status 
   quo daripada perubahan.Justru middle class people adalah
 
   orang yang paling acuh dengan keadaan sekitar KECUALI itu mengusik
 
   dirinya.
 
   
 
   --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, ariel ariela4ever@  wrote:
 
   
 

 
saya masih percaya middle class people akan menjadi motor perubahan, 
karena mereka terdiri dari individu yg dinamis tidak jumud dan tidak 
berada di awang2. tren saat ini terjadi pertentangan pemikiran antara 
konservatif  liberal, middle class yang dinamis merupakan pasar 
potensial bagi ke dua kubu tsb. semestinya middle class mampu 
menciptakan kubu tersendiri yg independen, mungkin dibutuhkan lebih