Message of Monday – Senin, 26 April 2010
Seporsi Sate Pak Yadi
Oleh: Sonny Wibisono *

"Mother, how are you today? Mother, don't worry, I'm fine. Promise to see you 
this summer. This time there will be no delay."
-- Maywood dalam 'Mother How are You Today?' 

SELESAI meeting, Ratno pun berpamitan. Hasil yang menggembirakan. Klien setuju 
dengan proposal yang diajukan timnya. Jabat tangan erat menghangatkan malam 
yang basah. Pertemuan di restoran itu pun usai. Semua tersenyum senang. Ratno 
ingin segera pulang, dia teramat letih.
 
Namun kemana Yadi? Sopir kantor yang sedianya siap di halaman parkir. Lagi pula 
restoran ini tidak memiliki area parkir yang luas. Hanya muat enam hingga 
delapan mobil. Semestinya, Avanza hitam ada di sana. Ratno menengok ke kiri dan 
ke kanan. Tak kelihatan. Sampai akhirnya dia pun memencet tuts ponselnya. Yadi, 
sopir kantornya pun menjawab akan segera kembali dalam waktu lima menit. 
 
Lima belas menit berlalu, tak terlihat lampu mobilnya masuk. Ratno kian 
gelisah. Sempat terpikir untuk naik taksi saja ke kantor. Tapi niat itu urung 
karena mobil Avanza hitam sudah masuk ke halaman parkir. Ratno yang kesal 
langsung masuk mobil, dan hampir menumpahkan kekesalannya, bila Yadi tak segera 
menyambut dengan senyum dan permintaan maaf.
 
Mata Ratno menoleh sesuatu. Di kursi depan teronggok satu bungkus plastik 
berwarna hitam. Rupanya itu yang membuatnya datang terlambat. Tercium bau sate 
menusuk hidung dari bungkus plastik tersebut. Sepuluh tusuk sate daging ayam 
masih terasa hangat. "Buat ibu saya pak, tapi ngantrinya lama banget, maaf ya 
pak," kata Yadi sekali lagi.
 
Yadi pun berkisah tentang ibunya yang sudah tua dan susah menemukan selera 
makannya. Nah, biasanya dengan menu sate ayam seperti ini dia mau makan. 
"Biasanya lahap," kata Yadi lagi. Si Ibu yang kini tersisa. Ayahnya sudah lama 
wafat. Ibu dan ayah mertuanya pun demikian. 
 
Ratno tak mau bertanya banyak lagi. Pikirannya berkelana ke mana-mana. Kalau 
saja sate yang dibelikan Yadi untuk ibundanya ditaruh di mobil, sudah pasti 
akan dingin begitu sampai di rumah. Pertama, dia harus mengantarkannya pulang 
ke rumah. Lalu Yadi kembali ke kantor untuk mengembalikan mobil. Setelah itu 
Yadi masih harus menempuh perjalanan belasan kilometer dengan sepeda motornya. 
Sudah pasti jadi anyep nasib sepuluh sate itu. Di mobil ini saja, sate itu 
sudah ditiup pendingin udara. 
 
"Pak Yadi, AC-nya dimatikan saja. Dingin banget, saya juga pengen merokok." 
Sebenarnya dia ingin agar sate yang dibawa Yadi tak begitu dingin. Begitu AC di 
matikan, Ratno membakar rokoknya.
 
Dalam asap yang tersembur, pikirannya tiba-tiba melayang pada ibunya yang sudah 
sepuh di sudut kota Jakarta. Sudah lama dia tidak menyambangi ibunya itu. 
Kesibukan pekerjaan dan berbagai problema yang harus dihadapinya sering kali 
membuatnya lupa untuk sekadar meneleponnya. 
 
Tiba-tiba sebungkus sate daging ayam Yadi menohoknya. Yadi, yang penghasilannya 
tak seberapa bila dibandingkan dirinya, berusaha mati-matian menyisihkan 
uangnya untuk membeli seporsi sate ayam. Sedangkan dirinya? Dia nyaris 
melupakan semuanya tentang ibunya, perempuan yang melahirkan dan membesarkannya 
dengan segala suka dan dukanya. Dia tahu ibunya sangat menyukai roti bakar yang 
katanya selalu menjadi makanan romantis bersama suaminya yang telah wafat 
beberapa tahun silam.
 
Ratno membatin. Dia mengambil ponselnya untuk menelepon rumah ibunya. Sayang 
tak ada jawab. Bik Ummi, wanita yang setia menemani ibunya juga pasti telah 
terlelap. Tak lama setelah melewati pertigaan, Ratno pun menyuruh Yadi 
menghentikan mobilnya. Padahal jarak ke kantor masih jauh.
 
Ratno menyuruh sopirnya langsung ke kantor. "Nanti Pak Yadi kemalaman sampai di 
rumah." Dia sendiri memilih meneruskan perjalanan dengan menggunakan taksi.  
Betapa indahnya hidup Yadi, yang teramat menyayangi ibunya. 
 
Tak lama kemudian, Ratno menyetop taksi. Di kursi belakang taksi berwarna biru 
itu, dia menahan haru dan perasaaan bersalah. Sebuah janji dicatat dalam 
hatinya, akhir pekan ini dia akan mengunjungi ibunya. Bersama dengan anak dan 
istrinya. 

*) Sonny Wibisono, penulis buku 'Message of Monday', PT Elex Media Komputindo, 
2009

Lihat edisi lengkap MOM di:
http://www.facebook.com/pages/Message-of-Monday/107053969330621


Kirim email ke