BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]            
009. Qissah Nabi Nuh AS dan Epos Gilgamesy

Seperti telah dikemukakan dalam seri 003 bahwa ilmu pengetahuan yang dipelajari 
di sekolah-sekolah umum dibangun di atas landasan filsafat positivisme. Artinya 
ilmu pengetahuan itu tidaklah polos melainkan  sudah dijerumuskan berpihak 
kepada yang atheis,  tidak percaya  akan Tuhan, yang agnostik, acuh tak acuh 
tentang  Tuhan, dan  yang deist, tidak percaya akan wahyu walaupun  percaya  
akan adanya Tuhan. Ilmu pengetahuan yang demikian itu hanya  mempunyai dua 
sumber yaitu alam dan sejarah.

Para pakar yang atheist, agnotik dan deist dalam  menganalisa pergelutan 
pandangan, benak dan alam pikiran manusia, tentu  saja hanya  memakai  
pendekatan historis. Sayangnya  para  pakar  yang beragama  Islam turut pula 
terperangkap ke dalam jaring  filsafat positivisme, sebab kalau tidak demikian 
hasil analisa mereka  itu akan  dicap  tidak ilmiyah: melanggar  rambu-rambu  
dan  tatacara keilmuan.  Demikianlah para pakar dari ketiga golongan  itu  yang 
tergabung  dalam  filsafat positivisme bersama-sama  dengan  para pakar yang 
beragama Islam yang ikut terseret secara sadar ataupun tidak sadar menempatkan 
semua agama sebagai komponen atau  bagian dari  kebudayaan. Maka mereka itu 
dalam mencari  hubungan  antara agama  dengan  agama, antara agama dengan  
dongeng-dongeng  hasil imajinasi  dan  sastra bangsa-bangsa dahulu  kala,  akan 
 memakai pendekatan historis itulah.

Ilmu  pengetahuan harus dibina atas landasan  Tawhid.  Dengan demikian  sumber  
ilmu  pengetahuan itu adalah  wahyu,  alam  dan sejarah.  Wahyu berwujud Ayat 
Qawliyah, alam dan sejarah  disebut Ayat  Kawniyah.  Para pakar orang-orang  
Islam  akan  terpelihara aqidahnya  dalam berilmu. Mereka akan memilah-milah  
agama,  mana agama  yang bersumber dari wahyu yang disebut agama  wahyu,  mana 
agama  yang  akarnya dari kebudayaan yang  disebut  dengan  agama kebudayaan,  
mana  agama  wahyu  yang  mendapatkan  polusi   dari kebudayaan,  dan mana 
agama kebudayaan yang mendapat  imbas  dari agama  wahyu.  Pendekatan  yang  
dipakai  dalam  berilmu   adalah kombinasi  antara  pendekatan non-historis 
yaitu  bersumber  dari Ayat Qawliyah dengan pendekatan historis yang bersumber 
dari Ayat Kawniyah.

                              ***

Epos  Gilgamesy  adalah  sebuah epos  yang  didapatkan  dalam perpustakaan di 
Niniveh, milik seorang raja Assyria yang  bernama Assurbanipal  (669  - 626 
seb.M.). Epos itu  bertuliskan  tulisan paku  di  atas  tanah liat dalam bahasa 
Akkadia.  Di  dalam  Epos Gilgamesy  itu  diceritakan  pengalaman  Utnapisytim  
yang  mirip dengan  pengalaman  Nabi Nuh AS, seperti  yang  dikisahkan  dalam 
Tawrah  (Pentateuch,  The  Books of Moses) dan  Al  Quran.  Yaitu tentang  
bagaimana Utnapisytim diberitahu oleh dewa-dewa  tentang akan  datangnya  
banjir.  Tentang  bagaimana  dewa-dewa  menyuruh Utnapisytim  membuat  perahu  
untuk  menyelamatkan  keluarga  dan binatang  ternaknya. Tentang burung merpati 
yang  dilepaskan  dan  tentang  mendaratnya perahu Utnapisytim di sebuah  
gunung  ketika air bah telah surut.

Dengan  metode pendekatan historis para pakar  yang  atheist, agnostik,  dan  
deist akan menjelaskan dengan  sederhana  tentang kontak budaya bangsa Assyria, 
Sumaria yang berkebudayaan  tulisan paku dengan bangsa Mesir Kuno yang 
berkebudayaan tulisan ideogram yang disebut hieroglyph. Kontak budaya itu 
terjadi terutama  oleh karena  Mesir  Kuno  takluk atau  menjadi  bagian  dari  
Kerajaan Assyria.  Bahkan walaupun Mesir Kuno memakai tulisan  hieroglyph, juga 
mempergunakan tulisan paku. Bahwa kebudayaan Mesir Kuno juga mempergunakan 
tulisan paku ini dapat dilihat dari penggalian arkheologis di situs 
Tell-el-Amarna pada tahun 1894 . Di situ didapatkan alwah (keping-keping atau 
tablet) tanah liat bertuliskan  tulisan  paku  yang dikenal  dalam  sejarah  
sebagai Alwah Tell-el-Amarna, atau Dokumen Amarna. Sesungguhnya penemu awal 
dari alwah bertulisan paku itu bukanlah seorang pakar arkeologi, bukan pula 
oleh pakar sejarah, melainkan seorang perempuan  petani Mesir. Di situs itu 
didapatkan sekitar 300 alwah Dokumen Amarna, yaitu sejumlah arsip 
surat-menyurat diplomatik antara Fir'aun dengan kerajaan-kerajaan Asyiria, 
Babylonia, Anatolia, Palestina dan Syria. Patut  dicatat, yang tak kurang 
menariknya  pula  seperti Epos Gilgamesy, ialah di antara Dokumen Amarna  itu 
terdapat Nyanyi Pujian Fir'aun Akhenaton yang mirip-mirip  dengan Mazmur  
104:24-27  dari Nabi Daud AS. Insya Allah  hal  ini  akan dibahas dalam 
kesempatan yang lain. 
 
Dari  kontak  budaya tersebut para pakar yang  atheist,  yang agnostik  dan 
yang deist berkesimpulan bahwa  penulis  Pentateuch yang  hidup  lebih kemudian 
dari Epos Gilgamesy,  mendengar  epos tersebut dari cerita-cerita rakyat lalu 
dituliskannya dan menjadi bagian dari Pentateuch. Demikian pula penulis Al 
Quran  mendengar cerita  air bah itu dari para pendeta Yahudi, lalu  
dimasukkannya pula  dalam Al Quran, demikian menurut kesimpulan  para  atheist, 
agnostik dan deist itu.

***

Akan  tetapi  jika ilmu pengetahuan  itu  sudah  di-Islamkan, artinya Ilmu 
Pengetahuan itu berlandaskan Tawhid, maka dalam  hal Qissah Nabi Nuh AS dan 
Epos Gilgamesy ini cara pendekatannya  ada dua. 
  
Pertama,   metode  pendekatan  kombinasi   non-historis   dan historis  
dipergunakan dalam menganalisis proses  penulisan  Epos Gilgamesy bertulisan 
paku di atas tanah liat itu. Cerita air  bah diteruskan  dari mulut ke mulut 
mulai dari keluarga Nabi  Nuh  AS yang   ikut  berlayar  bersama  Nabi  Nuh  AS 
 di  atas   perahu. Demikianlah  secara turun-temurun dari ayah ke anak, ke 
cucu,  ke cicit  dan seterusnya hingga pada zaman Kerajaan  Assyria.  Orang 
Akkadia  yang dilatarbelakangi oleh agama  polytheist,  penyembah dewa-dewa 
menuliskan cerita yang turun-temurun itu di atas  tanah liat  dengan tulisan 
paku. Karena dilatarbelakangi dengan  budaya menyembah  dewa-dewa  itulah, maka 
Allah  Yang  memberitahu  akan datangnya banjir berubah menjadi dewa-dewa yang 
memberitahu  akan datangnya banjir. 

Kedua, pendekatan non-historis dipakai mengenai adanya cerita air  bah itu 
dalam Tawrah dan Al Quran. Nabi Musa  AS  mengetahui cerita  air  bah itu bukan 
dari  cerita  turun-temurun  melainkan langsung mendapatkan informasi dari 
Sumber Informasi, yaitu Allah SWT  dengan  perantaraan wahyu. Demikian pula 
Nabi  Muhammad  SAW mengetahui  peristiwa  air  bah itu  bukan  dari  pendeta  
Yahudi melainkan dari Sumber Yang Satu, yaitu Allah SWA melalui wahyu.
-- Nahnu  Naqushshu  'alayka  Ahsana  lQashashi  bima-  Awhayna- ilayka  Ha-dza 
 lQura-na  wa in Kunta min  qablihi  lamina  lGha-filiyna (S.Yusuf, 12:3). 
-- Kuceritakan kepadamu (hai Muhammad)  qissah-qissah yang terbaik dengan 
mewahyukan Al Quran ini kepadamu,  dan sesungguhnya  sebelumnya  (engkau 
mendapatkan wahyu  itu)  engkau belum mengetahuinya (12:3). 

Demikianlah  dari penyajian di atas itu makin jelaslah  bahwa ilmu  pengetahuan 
itu tidak mungkin otonom, tidak mungkin  polos, tidak  mungkin  tidak memihak, 
tidak mungkin tanpa  nilai.  Sebab yang  dimaksud  selama  ini dengan otonom,  
tanpa  nilai,  adalah pemihakan kepada para atheist, agnostik dan deist yang  
bergabung dalam  filsafat positivisme. Artinya pernyataan  yang  membiuskan 
para pakar yang beragama Islam tentang polosnya ilmu  pengetahuan itu adalah 
pernyataan yang palsu.

Coba  bayangkan,  betapa parah akibatnya jika  seorang  pakar Muslim  yang taat 
asas pada pernyataan otonomi  ilmu  pengetahuan itu lalu hanya mengadakan 
pendekatan historis saja terhadap  Epos Gilgamesy,   memasukkan   agama  ke  
dalam   disiplin   ilmu-ilmu kebudayaan,  berarti  ia  mengingkari wahyu,  yang 
 berarti  pula menolak AlQuran itu sebagai kumpulan wahyu yang akhirnya  
berarti mengingkari kenabian RasuluLlah SAW, maka murtadlah ia demi  taat asas  
 kepada   ilmu  pengetahuan  yang   berlandaskan   filsafat positivisme itu. 
Na'uwdzu bi Lla-hi min dzalik. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassr, 15 Desember 1991
    [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2007/06/009-qissah-nabi-nuh-as-dan-epos.html

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke