[YONSATU] Kita menikmati Subsidi BBM
Ass. wr. wb. WCDS Kebetulan sekali Pak Oetomo, kami Yayasan Cerdas Bangsa bermaksud mengadakan seminar dalam rangka sosialisasi pencabutan subsidi BBM pada 2004. Untuk itu kami sudah mengajukan proposal kepada SAM ESDM (Hardi Prasetyo), menurut Ibu Farida (sekretaris Pak Hardi), Bapak setuju dan mendukung gagasan tersebut. Masalahnya, kami dari Yayasan tidak memiliki dana untuk penyelenggaraan seminar. Untuk tempat kami sudah ada, bekerjasama dengan Universitas Siliwangi. sedangkan biaya operasional termasuk honor pembicara belum ada. Barangkali Pak Oetomo bisa membantu, misalnya dengan mendorong Pak Hardi agar membantu kami, termasuk kalau ada alokasi di EAPO dalam rangka chanelling dengan LSM, tentu kami sangat berterima kasih sekali kalau bisa dibantu. Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya. Wass. wr. wb. Ass.wwb. WCDS Silakan menggunakan tulisan tsb. Bahkan kalau masih perlu tambahan informasi, saya siap bantu. Salah satu tugas saya di EAPO adalah menangani subsidi BBM dan channelling dengan LSM. Kami mendorong LSM-LSM untuk membuat kegiatan yang berkaitan dengan kebijakan subsidi BBM. Barangkali pak Doedoeng belum tahu, LSM-LSM dapat mengajukan proposal tsb. ke CSSP-USAID. Saat ini, yang sudah akan jalan adalah Koalisi LSM Jakarta yang diketuai oleh JARI. Wass.wwb. Oetomo Tri Winarno - Original Message - From: SP ITB [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, July 03, 2001 9:31 AM Subject: [YONSATU] Kita menikmati Subsidi BBM Assalamu'alaikum wr. wb. WCDS Pak Oetomo, saya kebetulan aktif di LSM, namanya Yayasan Cerdas Bangsa (WayCiBi) di Tasikmalaya. Sekarang ini sedang bergiat mengkampanyekan pencabutan subsidi BBM, karena dampaknya yang luar biasa melenakan bangsa, dan menguntungkan orang kaya (terus terang saja karena saya bukan orang kaya sehingga saya bersemangat, he he he, just joke). Untuk itu saya mohon izin menggunakan tulisan Pak Tomo dalam kampanye Yayasan kami. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih. Sesama ulama (plesetan dari oe) dilarang saling menjegal, saguru saelmu ulah ganggu. Wassalam. Doedoeng Z. Arifin. -- --[YONSATU - ITB]-- On-line arsip : http://yonsatu.mahawarman.net Moderator : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : mailto:[EMAIL PROTECTED] --- -- --[YONSATU - ITB]-- On-line arsip : http://yonsatu.mahawarman.net Moderator : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : mailto:[EMAIL PROTECTED] --- -- --[YONSATU - ITB]-- On-line arsip : http://yonsatu.mahawarman.net Moderator : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : mailto:[EMAIL PROTECTED] --- Anda terdaftar di List ini dg alamat : archive@jab.org
[YONSATU] Kita menikmati Subsidi BBM
Hi ... Bang Rizal Soal, pencabutan subsidi, dibalik cerita, sebenarnya kehendak negara yang kuat ekonominya. Ini sebagai pra kondisi untuk pasar terbuka yang sangat didorong terbentuknya, dan menjadi salah satu kepentingan nasional-nya, selain mendorong terciptanya demokrasi dan kontrol sipil atas militer baca: National Security Strategy for the Next Century yang dikeluarkan White House tiap tahun sebagai GBHN nya mereka). Alasannya untuk menjaga eksport Amerika dikawasan sini yang sebesar 36% dari total eksport negaranya. Kalau terganggu, akan menimbulkan pengangguran 2,7 juta tenaga kerja. jadi cukup serius juga. Bagi kita, saya pikir, lihat posif dan negatifnya saja, bukankah atas suatu kejadian, ambil hikmahnya. Positifnya, saya pikir, bisa mendorong sikap berdagang yang sehat, utamanya untuk menghadapi persaingan di pasar global yang sangat ketat dan tidak mungkin dihindari.Disamping itu, tentunya, mendorong terciptanya kekuatan kemandirian, yang keliatannya sudah mulai luntur saat ini.Negatifnya, menimbulkan gejolak sosial karena daya beli rakyat yang rendah. Gejolak sosial ini ada ongkosnya. Bisa besar, bisa juga kecil, tergantung wibawa pimpinan nasional. Kalau sampai rusuh dan bakar2 ..ya ... mahal. Jadi harus arif dalam menentukan momentumnya. Kalau, penentuan momentum, didasarkan atas kepentingan politik kekuasaan, maka bisa runyam. Soal korupsi, ini akhlak, jadi tidak usah konglomerat atau pemerintah. Di organisasi keagamaan atau tempat ibadah juga banyak, tentunya dengan kadarnya masing 2. Jadi, kalau ada perbuatan tidak baik, diri sendiri saja lah dulu jangan lakukan. Kalau bisa mencegah orang lain tidak melakukan, itu lebih baik. Kalau bisa menghapuskannya secara nasional, itu istimewa. Sebab perbuatan korupsi tergantung akhlak dan bisa terjadi pada siapa saja selama dia masih disebut manusia. Tidak ada urusannya dengan kaya miskin, pintar bodoh, kuat lemah, sarjana atau bukan, Ulama atau bukan ... dsb ... dsb. Jadi... untuk menghapuskannya, tingkatkan pendidikan akhlak, pemimpin yang bisa dipanuti lahir batin dan hukum yang tegas dan kokoh. ah .. udah dulu .. ada gawean. wassalam Budiono.K A64.0183 - Original Message - From: Rizal [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, June 22, 2001 7:13 PM Subject: [YONSATU] Kita menikmati Subsidi BBM Setuju banget subsidi BBM dicabut. Wong, yang banyak menikmati adalah rakyat gede. Tapi (ada tapinya, kebiasaan orang indonesia :)) harus dilihat secara keseluruhan, dianalisa, diputuskan, dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan kejujuran (pelajaran dari YON-I). Kelemahan utama kita dalam penyelenggaraan negara ini adalah yaitu: moral yang rendah, tidak bisa ngeliat duit, jabatan itu sebagai suatu anugerah dsb. Subsidi itu harus dicabut tetapi bukan saat sekarang ini, dimana rakyat kecil (walaupun yang menikmati adalah rakyat besar) sedang dalam terimpit2nya. Ditambah lagi secara riil, subsidi ini dicabut untuk menolong konglomerat yang telah meng-khianati negara ini dan KKN yang telah membudaya. Perlu diketahui untuk mencabut subsidi ini harus melibatkan berbagai faktor, bukan hanya untuk menghemat uang negara. Masih banyak orang mempertanyakan seperti: bagaimana pertanggungjawaban tentang penggunaan uang hasil minyak. Pada saat dipimpin Ibnu Sutowo, Pertamina hampir bangkrut, sekarang ini terjadi penyimpangan 6 milyar dollar (zaman Babe Harto). Pertanggungjawaban ini tidak berarti kalau yang memeriksa pemerintah yang bobrok dan diawasi oleh parlemen yang gampang melakukan dagang sapi. Nah, inilah lingkaran setan yang harus dibenahi secara keseluruhan. Pencabutan subsidi dan mengarahkannya ke subsidi lain yang rentan di korup sama dengan pekerjaan sia-sia. Sebagai orang yang pernah berhubungan dengan pemerintah untuk urusan duwit (pemda, departemen dsb.) kita pasti mengetahui betapa bobroknya mereka. rizal -- --[YONSATU - ITB]-- On-line arsip : http://yonsatu.mahawarman.net Moderator : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : mailto:[EMAIL PROTECTED] --- -- --[YONSATU - ITB]-- On-line arsip : http://yonsatu.mahawarman.net Moderator : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : mailto:[EMAIL PROTECTED] ---
[YONSATU] Kita menikmati Subsidi BBM
Hello Gank! Di hari Jumat jam 15:31:46 GMT +0700 ( 22/06/2001 15:31 GMT +0700) Abdul Sodik menulis: Weleh-weleh saya kok jadinya buka-buka lagi E-mail sebelumnya dari Pak Syafril, karena respon Pak Syafril menurut saya kok tabrak lari he..he..he..:pencabutan subsidi itu tidak menjadi masalah, karena kita tahu bahwa itu memang layak dilakukan. Dan nampaknya teman-2x kita di Pertamina salah menangkap sinyal ini :-( Mungkin saya yg salah menyatakannya, atau tidak menjelaskan posisi saat menuliskannya ;-; Untuk saya sendiri atau kalangan yg menurut saya well educated, pencabutan subsidi itu tdk masalah, karena memang harusnya begitu, yg mungkin dipermasalahkan cuma cara penyampaian (alasan). Kalau alasannya utk menutupi APBN, itu tidak (sepenuhnya) tepat. Lain halnya dari sudut pandang orang awam yg lain (baca : rakyat kecil), mereka mempermasalahkan saatnya yg tidak tepat. Bahkan mungkin juga merasa tidak seharusnya dinaikkan, atau merasa mereka layak mendapatkan subsidi. Lho kalau kalau salah menangkap sinyal, pasti tidak akan ada diskusi proKontra yang menarik ini, disamping juga untuk mengcounter pendapat Pak Syafril kan?. Ini bukan masalah ProKontra pencabutan subsidi, rakyat setuju subsidi dicabut, tp : 1. Apakah waktunya tepat ? Kita saat ini sedang memasuki krisis tahap II, saat ini bukan lagi krisis Moneter melainkan Krisis Fiscal, yg dampaknya juga terasa di fiscal (cash flow) pemerintah dan dunia usaha pada umumnya. L/C kita tdk lagi berlaku, semua bayar cash in advance, bahkan belanja dg Credit Card di bbr merchant di luar negeri, ditolak krn CC kita dari Indonesia. Tentu kita (baca rakyat) tdk hanya mempermasalahkan kenaikan BBM, tp juga tarif listrik, Telephone dan PPN. Tp seperti Pak Ganapati bilang, ya satu-2x lah. Sekarang kita bicara saja dulu soal BBM, nanti pada saatnya soal telephone dan lainnnya. 2. Apakah alasan (yg dikemukan pemerintah) tepat ? Spt disampaikan Rizal, apakah tidak ada cara lain diluar kenaikan BBM untu menutup defisit APBN. 3. Apakah iming-2x pengalihan subsidi sdh direncanakan dg matang ? Mangkanya ada kawan-kawan yang merespon a.l: Pak Kuswo (PTM), Pak Ganapati (PTM), Pak Henny Widaryanto (PTM Yonsatu), Pak Oetomo Tri (Yonsatu), Pak Rizal (Yonsatu) dan saya sendiri (PTM Yonsatu). Percayalah pak Syafril bahwa apa yang disampaikan oleh kawan-kawan PERTAMINA yang berintigritas itulah informasi yang ada bukan seperti yang Pak Syafril sampaikan: Alasan-2x yg disampaikanlah yg tidak masuk di akal orang awam ini, terasanya seperti menutupi sesuatu ^-; Itu yg saya dengar di radio saat pagi hari berangkat ke kantor, coba deh ikuti TriJaya FM, Ramaco, RRI Pro II FM (antara jam 07-09 pagi), Anda bisa dengar omongan langsung dari mereka yg diwawancarai pembawa acaranya. Lho kok...? Tetapi bisa dimaklumi, lha wong sebagai orang awam dari dunia perminyakan yah to. Nah sekedar tambahan atas pertanyaan Pak syafril: Kemana saja dana yg didapat Pertamina di salurkan?. Silahkan buka attachment tentang Skema PSC. Kita lihat pada pojok kiri bawah INDONESIA/GOVERMNENT memperoleh prosentase bagi hasil 85% (untuk Minyak) dan 70% (untuk Gas). Dari angka tersebut PERTAMINA berperan sebagai manajemen dalam kerjasama PSC hanya memperoleh 5% dipotong pajak migas 60%, jadi bersih PERTAMINA hanya terima 2% (dua persen saja), itu yang namanya retensi. Bisakah dipublikasikan di Internet ? Yg saya dengar banyak orang menyatakan begini sebenarnya harga minyak itu bisa ditekan lagi asalkan pengelolaannya diperbaiki... Apa benar seperti itu ? Sebagai gambaran penjelasan saya sebelumnya, bahwa jika pendapatan bersih pemerintah dari sektor migas tahun 2000 sebesar US$10 milyar, maka 2% (anggap dari angka US$10 milyar) berarti PERTAMINA dalam setahun memperoleh 200juta US$. Nah jika dibagi 25.000 karyawan dengan kurs 1US$=Rp11.000 (misalnya), maka akan diperoleh sekitar 7Juta rupiah/karyawan/bulan (logis nggak Pak Syafril?). Padahal yang namanya perusahaan apalagi BUMN, apa iya hanya menganggarkan untuk gaji pegawai saja, kan tidak. Itulah banyak yang misinterpretasi bahwa PERTAMINA menelan 85% dari 10 milyar US$, wah kalau seperti itu PERTAMINA nggak ketinggalan dari muridnya PETRONAS-Malaysia. Hal ini yg perlu dikampanyekan oleh Pertamina, krn suara-2x diluar menyatakan tidak begitu. Wah saya kira cukup banyak informasi dari Diskusi Subsidi BBM ini, jangan-jangan Pak Syafril lagi mau bikin thesis dengan mencari input gratis melalui Diskusi ini, yah tak apalah ^_^ ... Oh untuk kebutuhan saya sendiri sih tidak, dan teman-2x sayapun umumnya tidak membicarakan soal ini krn bisnis kami tdk berhubungan dg minyak, dan saya umumnya paling malas bicara hal-2x yg sifatnya uncontrollable oleh saya sendiri (buat apa, tdk ada gunanya). Yg saya pikirkan sehari-hari adalah bagaimana
[YONSATU] Kita menikmati Subsidi BBM - info lagi.
Hallo Geng! lengkapnya biaya explorasi, exploatasi s/d produksinya, (kalau mau) ini dapat diterapkan hanya untuk jenis crude yang dapat diolah pada kilang minyak dalam negeri Info: Sejak 1993 Pertamina mengklaim berhasil menurunkan biaya produksi minyak mentah dari USD 11.70 /bbl menjadi USD 5,10/bbl.( OilGas Journal,July '99), jadi kalau untuk masuk refinery modalnya sekitar Rp 362.9/liter minyak mentah ( 1 USD= Rp11.313.) kalau diolah sendiri. Kalau keluarnya Rp 2,000 an, perlu banyak penjelasan. Untuk tahu lebih murah atau mahal yang realistis dari suatu kilang minyak adalah, bandingkan saja cost per barrel produk bbm-nya (kerosene/minyak tanah, solar kendaraan/ADO, solar industri/IDO, premium, fuel oil, decant oil) terhadap produk sejenis dari kilang kelas dunia (world class refinery). Kata orang bijak..., yang namanya membandingkan itu harus ada referensi/acuan sebagai pembanding yang diakui sebagai standard :-) Untuk gampangnya ( termasuk distribusinya ) kita lihat saja salah satu contoh yang saya baca masih dari Oil Gas Journal, July'99 yaitu Amerika Serikat. Negara ini, karena produksi dalam negri yang hanya 6,5 juta barel tidak mencukupi, harus mengimpor 60% kebutuhan minyaknya sebagian besar dari Saudi, Venezuela, China Mexico ( logikanya harga boleh internasional, tapi faktor jarak pasti punya pengaruh juga ), harga eceran rata2 disana USD 1,02/gallon ( bergantung negara bagian, berkisar antara USD 0,85 di Atlanta sampai USD 1,33 di San Fransisco ) atau, dgn kurs yang sama Rp 2,978/liter untuk bensin tanpa timbal. Dengan ini mungkin kita bisa sedikit ada bahan untuk membandingkan dengan harga premium bertimbal yang tanpa subsidi Rp. 2,131/liter ( barangkali lebih klop bila dibandingkan dgn SuperTT yang tanpa subsidi ) dengan negara kita yang produksinya masih melebihi kebutuhan minyak dalam negrinya. Tapi harap tidak usah bandingkan org sana yang dgn penghasilan Rp 12 juta/bulan termasuk golongan orang miskin, berhak dapat santunan. # Kapasitas produksi bbm seluruh kilang dalam negeri belum mencukupi kebutuhan bbm nasional, sehingga masih diperlukan import sebagian bbm untuk memenuhi kekurangannya. Info: Kilang Balikpapan mampu mengolah 241 ribu bbl/hari (sekitar 88 juta barel/tahun ). Barangkali ada info lagi Kilang di P. Brandan, Balongan ( sekitar 130 ribuan?), Cilacap berapa? Kita kan punya 7 kilang. Kalau bisnis yang sebenarnya ya gitu donk, harga pasar yang sebenarnya yang berlaku (bukan profit marginnya lho tapi harganya), bukan harga subsidi, kecuali memang mau jadi setengah lembaga sosial. Yang bikin geram, laporan dari Price Waterhouse-Cooper bahwasanya antara 1997-1998 Pertamina rugi USD 6,1 milyar ( berapa perak tuh ) karena penggelapan, komisi ilegal, mark-up pembelian kontrak ketidak-efisiensian. Sebagai negara yang sebenarnya kaya-raya ( ini serius ), seharusnya subsidi tidak dihilangkan, tetapi dialihkan ke , entah bagaimana caranya supaya yang 60% rakyat yang masuk kelompok miskin, jangan jauh-jauh amat lah bedanya sama orang Amerika ( Rp170.000 vs Rp12.000.000 = satu banding tujuhpuluh ). Sentot. Ekek- XIII -- --[YONSATU - ITB]-- On-line arsip : http://yonsatu.mahawarman.net Moderator : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : mailto:[EMAIL PROTECTED] ---
[Yonsatu] Kita menikmati Subsidi BBM
Sdr Utomo Yth, Unformasi anda bagus sekali. Ini perlu sebar luaskan supaya kita mendapatkan dan mengerti hal yang sebenarnya. Kasihan rakyat kita menjadi permainan orang2 berkedok untuk rakyat banyak tetapi memperjuangkan kepentingan tertenntu. Terima kasih. Salam Indradjaja Dalel -Original Message- From: Oetomo Tri Winarno [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Wednesday, June 20, 2001 5:54 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [Yonsatu] Kita menikmati Subsidi BBM WCDS, Menambahkan pak Sodik, berikut saya kirimkan tulisan tentang mitos-mitos subsidi BBM. Kalau tidak sempat baca tulisan panjangnya, silahkan baca yang dalam format transparannya. Wassalam, Oetomo Tri Winarno - Original Message - From: Abdul Sodik [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, June 20, 2001 8:39 AM Subject: [Yonsatu] Kita menikmati Subsidi BBM Halo gankkk..Yon satuu Jangan kau tanya apa yang negara berikan padamu, tetapi tanyakan apa yang kau berikan pada negara, kata2 bijak yang sering kita dengar. Tetapiternyata tanpa kita sadari, kita sebagai pemakai langsung maupun tidak langsung BBM untuk kendaraan dan industri, telah menerima dari negara sebesar sekian juta rupiah pertahun (silahkan hitung sendiri sesuai pemakaian dengan melihat tabel di attachment). Thanks. Salam Asodik SUBSIDI-BBM.jpg -- --[YONSATU - ITB]-- On-line arsip : http://yonsatu.mahawarman.net Moderator : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : mailto:[EMAIL PROTECTED] --- Anda terdaftar di List ini dg alamat : [EMAIL PROTECTED] -- --[YONSATU - ITB]-- On-line arsip : http://yonsatu.mahawarman.net Moderator : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : mailto:[EMAIL PROTECTED] --- Anda terdaftar di List ini dg alamat : [EMAIL PROTECTED] -- --[YONSATU - ITB]-- On-line arsip : http://yonsatu.mahawarman.net Moderator : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : mailto:[EMAIL PROTECTED] --- Anda terdaftar di List ini dg alamat : [EMAIL PROTECTED]