[YONSATU] Kita menikmati Subsidi BBM

2001-07-09 Terurut Topik SP ITB

Ass. wr. wb.
WCDS
Kebetulan sekali Pak Oetomo, kami Yayasan Cerdas Bangsa bermaksud mengadakan
seminar dalam rangka sosialisasi pencabutan subsidi BBM pada 2004. Untuk itu
kami sudah mengajukan proposal kepada SAM ESDM (Hardi Prasetyo), menurut Ibu
Farida (sekretaris Pak Hardi), Bapak setuju dan mendukung gagasan tersebut.
Masalahnya, kami dari Yayasan tidak memiliki dana untuk penyelenggaraan
seminar. Untuk tempat kami sudah ada, bekerjasama dengan Universitas
Siliwangi. sedangkan biaya operasional termasuk honor pembicara belum ada.
Barangkali Pak Oetomo bisa membantu, misalnya dengan mendorong Pak Hardi
agar membantu kami, termasuk kalau ada alokasi di EAPO dalam rangka
chanelling dengan LSM, tentu kami sangat berterima kasih sekali kalau bisa
dibantu.

Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya.
Wass. wr. wb.



Ass.wwb.
WCDS
Silakan menggunakan tulisan tsb. Bahkan kalau masih perlu tambahan
informasi,
saya siap bantu.
Salah satu tugas saya di EAPO adalah menangani subsidi BBM dan channelling
dengan LSM. Kami mendorong LSM-LSM untuk membuat kegiatan yang
berkaitan dengan kebijakan subsidi BBM. Barangkali pak Doedoeng belum tahu,
LSM-LSM dapat mengajukan proposal tsb. ke CSSP-USAID.
Saat ini, yang sudah akan jalan adalah Koalisi LSM Jakarta yang diketuai
oleh
JARI.

Wass.wwb.
Oetomo Tri Winarno


- Original Message -
From: SP ITB [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, July 03, 2001 9:31 AM
Subject: [YONSATU] Kita menikmati Subsidi BBM


 Assalamu'alaikum wr. wb.
 WCDS
 Pak Oetomo, saya kebetulan aktif di LSM, namanya Yayasan Cerdas Bangsa
 (WayCiBi) di Tasikmalaya. Sekarang ini sedang bergiat mengkampanyekan
 pencabutan subsidi BBM, karena dampaknya yang luar biasa melenakan
bangsa,
 dan menguntungkan orang kaya (terus terang saja karena saya bukan orang
kaya
 sehingga saya bersemangat, he he he, just joke).
 Untuk itu saya mohon izin menggunakan tulisan Pak Tomo dalam kampanye
 Yayasan kami. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih. Sesama ulama
(plesetan
 dari oe) dilarang saling menjegal, saguru saelmu ulah ganggu.
 Wassalam. Doedoeng Z. Arifin.

 --
 --[YONSATU - ITB]--
 On-line arsip : http://yonsatu.mahawarman.net
 Moderator : mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Unsubscribe   : mailto:[EMAIL PROTECTED]
 ---




--
--[YONSATU - ITB]--
On-line arsip : http://yonsatu.mahawarman.net
Moderator : mailto:[EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe   : mailto:[EMAIL PROTECTED]
---




-- 
--[YONSATU - ITB]--
On-line arsip : http://yonsatu.mahawarman.net
Moderator : mailto:[EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe   : mailto:[EMAIL PROTECTED]
---


Anda terdaftar di List ini dg alamat : archive@jab.org





[YONSATU] Kita menikmati Subsidi BBM

2001-06-24 Terurut Topik Budiono

Hi ... Bang Rizal

Soal, pencabutan subsidi, dibalik cerita, sebenarnya  kehendak negara yang
kuat ekonominya. Ini sebagai pra kondisi untuk pasar terbuka yang sangat
didorong terbentuknya,  dan menjadi salah satu kepentingan nasional-nya,
selain mendorong terciptanya demokrasi dan kontrol sipil atas militer
 baca: National Security Strategy for the Next Century yang dikeluarkan
White House tiap tahun  sebagai GBHN nya mereka). Alasannya untuk menjaga
eksport Amerika dikawasan sini yang sebesar 36% dari total eksport
negaranya. Kalau terganggu, akan menimbulkan pengangguran 2,7 juta tenaga
kerja. jadi cukup serius juga.

Bagi kita, saya pikir, lihat posif dan negatifnya saja, bukankah atas suatu
kejadian, ambil hikmahnya. Positifnya, saya pikir, bisa mendorong sikap
berdagang yang sehat, utamanya untuk menghadapi persaingan di pasar global
yang sangat ketat dan tidak mungkin dihindari.Disamping itu, tentunya,
mendorong terciptanya kekuatan kemandirian,  yang keliatannya sudah mulai
luntur saat ini.Negatifnya, menimbulkan gejolak sosial karena daya beli
rakyat yang rendah. Gejolak sosial ini ada ongkosnya. Bisa besar, bisa juga
kecil, tergantung wibawa pimpinan nasional. Kalau sampai rusuh dan bakar2
..ya ... mahal. Jadi harus arif dalam menentukan momentumnya. Kalau,
penentuan momentum, didasarkan atas  kepentingan politik kekuasaan, maka
bisa runyam.

Soal korupsi, ini akhlak, jadi tidak usah konglomerat atau pemerintah. Di
organisasi keagamaan atau tempat ibadah juga banyak, tentunya dengan
kadarnya masing 2. Jadi, kalau ada perbuatan  tidak baik, diri sendiri saja
lah dulu  jangan lakukan. Kalau bisa mencegah orang lain tidak melakukan,
itu lebih baik. Kalau bisa menghapuskannya secara nasional, itu istimewa.
Sebab perbuatan korupsi tergantung akhlak dan bisa terjadi pada siapa saja
selama dia masih disebut manusia. Tidak ada urusannya dengan kaya miskin,
pintar bodoh, kuat lemah, sarjana atau bukan, Ulama atau bukan ... dsb ...
dsb.
Jadi... untuk menghapuskannya,  tingkatkan pendidikan akhlak, pemimpin yang
bisa dipanuti lahir batin dan hukum yang tegas dan kokoh.

ah .. udah dulu .. ada gawean.

wassalam


Budiono.K
A64.0183



- Original Message -
From: Rizal [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, June 22, 2001 7:13 PM
Subject: [YONSATU] Kita menikmati Subsidi BBM


 Setuju banget subsidi BBM dicabut. Wong, yang banyak menikmati adalah
 rakyat gede. Tapi (ada tapinya, kebiasaan orang indonesia :)) harus
 dilihat secara keseluruhan, dianalisa, diputuskan, dan dilaksanakan dengan
 penuh tanggung jawab dan kejujuran (pelajaran dari YON-I).
 Kelemahan utama kita dalam penyelenggaraan negara ini adalah yaitu: moral
 yang rendah, tidak bisa ngeliat duit, jabatan itu sebagai suatu anugerah
 dsb.
 Subsidi itu harus dicabut tetapi bukan saat sekarang ini, dimana rakyat
 kecil (walaupun yang menikmati adalah rakyat besar) sedang dalam
 terimpit2nya. Ditambah lagi secara riil, subsidi ini dicabut untuk
 menolong konglomerat yang telah meng-khianati negara ini dan KKN yang
 telah membudaya.

 Perlu diketahui untuk mencabut subsidi ini harus melibatkan berbagai
faktor,
 bukan hanya untuk menghemat uang negara. Masih banyak orang
mempertanyakan
 seperti: bagaimana pertanggungjawaban tentang penggunaan uang hasil
minyak.
 Pada saat dipimpin Ibnu Sutowo, Pertamina hampir bangkrut, sekarang ini
 terjadi penyimpangan 6 milyar dollar (zaman Babe Harto).
Pertanggungjawaban
 ini tidak berarti kalau yang memeriksa pemerintah yang bobrok dan
diawasi
 oleh parlemen yang gampang melakukan dagang sapi. Nah, inilah lingkaran
 setan yang harus dibenahi secara keseluruhan.
 Pencabutan subsidi dan mengarahkannya ke subsidi lain yang rentan di korup
 sama dengan pekerjaan sia-sia.
 Sebagai orang yang pernah berhubungan dengan pemerintah untuk urusan duwit
 (pemda, departemen dsb.) kita pasti mengetahui betapa bobroknya mereka.

 rizal

 --
 --[YONSATU - ITB]--
 On-line arsip : http://yonsatu.mahawarman.net
 Moderator : mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Unsubscribe   : mailto:[EMAIL PROTECTED]
 ---




-- 
--[YONSATU - ITB]--
On-line arsip : http://yonsatu.mahawarman.net
Moderator : mailto:[EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe   : mailto:[EMAIL PROTECTED]
---





[YONSATU] Kita menikmati Subsidi BBM

2001-06-22 Terurut Topik Syafril Hermansyah

Hello Gank!


Di  hari  Jumat  jam  15:31:46 GMT +0700 ( 22/06/2001 15:31 GMT +0700)
Abdul Sodik menulis:

 Weleh-weleh  saya  kok jadinya buka-buka lagi E-mail sebelumnya dari
 Pak  Syafril, karena respon Pak Syafril menurut saya kok tabrak lari
 he..he..he..:pencabutan  subsidi  itu  tidak  menjadi  masalah,
 karena  kita  tahu bahwa itu memang layak dilakukan. Dan nampaknya
 teman-2x kita di Pertamina salah menangkap sinyal ini :-(

Mungkin  saya  yg  salah  menyatakannya, atau tidak menjelaskan posisi
saat menuliskannya ;-;
Untuk  saya  sendiri  atau  kalangan  yg  menurut  saya well educated,
pencabutan  subsidi itu tdk masalah, karena memang harusnya begitu, yg
mungkin   dipermasalahkan   cuma  cara  penyampaian  (alasan). Kalau
alasannya utk menutupi APBN, itu tidak (sepenuhnya) tepat.

Lain  halnya  dari  sudut  pandang  orang  awam  yg lain (baca : rakyat
kecil),  mereka  mempermasalahkan  saatnya  yg  tidak  tepat. Bahkan
mungkin  juga  merasa  tidak  seharusnya dinaikkan, atau merasa mereka
layak mendapatkan subsidi.

 Lho kalau kalau salah menangkap sinyal, pasti tidak akan ada diskusi
 proKontra  yang menarik ini, disamping juga untuk mengcounter
 pendapat Pak Syafril kan?.

Ini  bukan  masalah  ProKontra  pencabutan subsidi, rakyat setuju
subsidi dicabut, tp :

1. Apakah waktunya tepat ?

Kita  saat  ini  sedang  memasuki krisis tahap II, saat ini bukan lagi
krisis  Moneter  melainkan  Krisis Fiscal, yg dampaknya juga terasa di
fiscal  (cash  flow) pemerintah dan dunia usaha pada umumnya. L/C kita
tdk  lagi  berlaku,  semua  bayar  cash  in advance, bahkan belanja dg
Credit  Card  di bbr merchant di luar negeri, ditolak krn CC kita dari
Indonesia.

Tentu  kita  (baca rakyat) tdk hanya mempermasalahkan kenaikan BBM, tp
juga tarif listrik, Telephone dan PPN. Tp seperti Pak Ganapati bilang,
ya  satu-2x  lah.  Sekarang kita bicara saja dulu soal BBM, nanti pada
saatnya soal telephone dan lainnnya.

2. Apakah alasan (yg dikemukan pemerintah) tepat ?

Spt  disampaikan Rizal, apakah tidak ada cara lain diluar kenaikan BBM
untu menutup defisit APBN.

3. Apakah iming-2x pengalihan subsidi sdh direncanakan dg matang ?

 Mangkanya  ada  kawan-kawan  yang merespon a.l: Pak Kuswo (PTM), Pak
 Ganapati (PTM), Pak Henny Widaryanto (PTM  Yonsatu), Pak Oetomo Tri
 (Yonsatu), Pak Rizal (Yonsatu) dan saya sendiri (PTM  Yonsatu).
 Percayalah  pak  Syafril bahwa apa yang disampaikan oleh kawan-kawan
 PERTAMINA  yang  berintigritas  itulah  informasi  yang  ada bukan
 seperti  yang Pak Syafril sampaikan: Alasan-2x yg disampaikanlah yg
 tidak  masuk  di  akal  orang  awam  ini, terasanya seperti menutupi
 sesuatu ^-;

Itu  yg  saya dengar di radio saat pagi hari berangkat ke kantor, coba
deh  ikuti  TriJaya FM, Ramaco, RRI Pro II FM (antara jam 07-09 pagi),
Anda  bisa dengar omongan langsung dari mereka yg diwawancarai pembawa
acaranya.

 Lho kok...?
 Tetapi  bisa  dimaklumi,  lha  wong  sebagai  orang  awam dari dunia
 perminyakan yah to.
 Nah  sekedar tambahan atas pertanyaan Pak syafril: Kemana saja dana
 yg  didapat Pertamina di salurkan?. Silahkan buka attachment tentang
 Skema  PSC.  Kita lihat pada pojok kiri bawah INDONESIA/GOVERMNENT
 memperoleh  prosentase  bagi hasil 85% (untuk Minyak) dan 70% (untuk
 Gas). Dari angka tersebut PERTAMINA berperan sebagai manajemen dalam
 kerjasama  PSC  hanya  memperoleh  5% dipotong pajak migas 60%, jadi
 bersih PERTAMINA hanya terima 2% (dua persen saja), itu yang namanya
 retensi.

Bisakah dipublikasikan di Internet ?
Yg saya dengar banyak orang menyatakan begini sebenarnya harga minyak
itu  bisa ditekan lagi asalkan pengelolaannya diperbaiki... Apa benar
seperti itu ?

 Sebagai  gambaran  penjelasan saya sebelumnya, bahwa jika pendapatan
 bersih pemerintah dari sektor migas tahun 2000 sebesar US$10 milyar,
 maka  2%  (anggap  dari  angka US$10 milyar) berarti PERTAMINA dalam
 setahun  memperoleh  200juta  US$.  Nah  jika dibagi 25.000 karyawan
 dengan  kurs  1US$=Rp11.000  (misalnya), maka akan diperoleh sekitar
 7Juta rupiah/karyawan/bulan (logis nggak Pak Syafril?). Padahal yang
 namanya  perusahaan  apalagi BUMN, apa iya hanya menganggarkan untuk
 gaji  pegawai  saja,  kan  tidak. Itulah banyak yang misinterpretasi
 bahwa  PERTAMINA menelan 85% dari 10 milyar US$, wah kalau seperti
 itu PERTAMINA nggak ketinggalan dari muridnya PETRONAS-Malaysia.

Hal  ini  yg perlu dikampanyekan oleh Pertamina, krn suara-2x diluar
menyatakan tidak begitu.

 Wah saya kira cukup banyak informasi dari Diskusi Subsidi BBM ini,
 jangan-jangan Pak Syafril lagi mau bikin thesis dengan mencari input
 gratis melalui Diskusi ini, yah tak apalah ^_^ ...

Oh  untuk  kebutuhan  saya  sendiri  sih  tidak,  dan teman-2x sayapun
umumnya  tidak  membicarakan  soal ini krn bisnis kami tdk berhubungan
dg   minyak,  dan  saya umumnya paling malas bicara hal-2x yg sifatnya
uncontrollable oleh saya sendiri (buat apa, tdk ada gunanya).
Yg  saya  pikirkan  sehari-hari  adalah  bagaimana 

[YONSATU] Kita menikmati Subsidi BBM - info lagi.

2001-06-21 Terurut Topik Ardha

Hallo Geng!

 lengkapnya biaya explorasi, exploatasi s/d
 produksinya, (kalau mau) ini dapat diterapkan hanya
 untuk jenis crude yang dapat diolah pada kilang minyak
 dalam negeri
Info:
Sejak 1993 Pertamina mengklaim berhasil menurunkan biaya produksi minyak
mentah dari USD 11.70 /bbl menjadi USD 5,10/bbl.( OilGas Journal,July '99),
jadi kalau untuk masuk refinery modalnya sekitar Rp 362.9/liter minyak
mentah ( 1 USD= Rp11.313.) kalau diolah sendiri. Kalau keluarnya Rp 2,000
an, perlu banyak penjelasan.


 Untuk tahu lebih murah atau mahal yang realistis
 dari suatu kilang minyak adalah, bandingkan saja cost
 per barrel produk bbm-nya (kerosene/minyak tanah,
 solar kendaraan/ADO, solar industri/IDO, premium, fuel
 oil, decant oil) terhadap produk sejenis dari kilang
 kelas dunia (world class refinery).
 Kata orang bijak..., yang namanya membandingkan itu
 harus ada referensi/acuan sebagai pembanding yang
 diakui sebagai standard :-)
Untuk gampangnya ( termasuk distribusinya ) kita lihat saja salah satu
contoh yang saya baca masih dari Oil  Gas Journal, July'99 yaitu Amerika
Serikat.
Negara ini, karena produksi dalam negri yang hanya 6,5 juta barel tidak
mencukupi, harus  mengimpor 60% kebutuhan minyaknya sebagian besar dari
Saudi, Venezuela, China  Mexico ( logikanya harga boleh internasional, tapi
faktor jarak pasti punya pengaruh juga ), harga eceran rata2 disana USD
1,02/gallon ( bergantung negara bagian, berkisar antara USD 0,85 di Atlanta
sampai USD 1,33 di San Fransisco ) atau, dgn kurs yang sama Rp 2,978/liter
untuk bensin tanpa timbal. Dengan ini mungkin kita bisa sedikit ada bahan
untuk membandingkan dengan harga premium bertimbal  yang tanpa subsidi Rp.
2,131/liter ( barangkali lebih klop bila dibandingkan dgn SuperTT yang tanpa
subsidi ) dengan negara kita yang produksinya masih melebihi kebutuhan
minyak dalam negrinya. Tapi harap tidak usah bandingkan org sana yang dgn
penghasilan Rp 12 juta/bulan termasuk golongan orang miskin, berhak dapat
santunan.


 # Kapasitas produksi bbm seluruh kilang dalam negeri
 belum mencukupi kebutuhan bbm nasional, sehingga masih
 diperlukan import sebagian bbm untuk memenuhi
 kekurangannya.
Info:
Kilang Balikpapan mampu mengolah 241 ribu bbl/hari (sekitar 88 juta
barel/tahun ). Barangkali ada info lagi Kilang di P. Brandan, Balongan (
sekitar 130 ribuan?), Cilacap berapa? Kita kan punya 7 kilang.


 Kalau bisnis yang sebenarnya ya gitu donk, harga pasar
 yang sebenarnya yang berlaku (bukan profit marginnya
 lho tapi harganya), bukan harga subsidi, kecuali
 memang mau jadi setengah lembaga sosial.

Yang bikin geram, laporan dari Price Waterhouse-Cooper bahwasanya antara
1997-1998 Pertamina rugi USD 6,1 milyar ( berapa perak tuh ) karena
penggelapan, komisi ilegal, mark-up pembelian kontrak  ketidak-efisiensian.

Sebagai negara yang sebenarnya kaya-raya ( ini serius ), seharusnya subsidi
tidak dihilangkan, tetapi dialihkan ke , entah bagaimana caranya supaya yang
60% rakyat yang masuk kelompok miskin, jangan jauh-jauh amat lah bedanya
sama orang Amerika ( Rp170.000 vs Rp12.000.000 = satu banding tujuhpuluh ).


Sentot.
Ekek- XIII





-- 
--[YONSATU - ITB]--
On-line arsip : http://yonsatu.mahawarman.net
Moderator : mailto:[EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe   : mailto:[EMAIL PROTECTED]
---





[Yonsatu] Kita menikmati Subsidi BBM

2001-06-20 Terurut Topik Indradjaja Dalel

Sdr Utomo Yth,
Unformasi anda bagus sekali. Ini perlu sebar luaskan supaya kita mendapatkan
dan mengerti hal yang sebenarnya. Kasihan rakyat kita menjadi permainan
orang2 berkedok untuk rakyat banyak tetapi memperjuangkan kepentingan
tertenntu. Terima kasih.
Salam 
Indradjaja Dalel

-Original Message-
From: Oetomo Tri Winarno [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Wednesday, June 20, 2001 5:54 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [Yonsatu] Kita menikmati Subsidi BBM


WCDS,
Menambahkan pak Sodik, berikut saya kirimkan tulisan tentang
mitos-mitos subsidi BBM.
Kalau tidak sempat baca tulisan panjangnya, silahkan baca yang
dalam format transparannya.

Wassalam,
Oetomo Tri Winarno

- Original Message -
From: Abdul Sodik [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, June 20, 2001 8:39 AM
Subject: [Yonsatu] Kita menikmati Subsidi BBM


 Halo gankkk..Yon satuu
 Jangan kau tanya apa yang negara berikan padamu, tetapi tanyakan apa yang
 kau berikan pada negara, kata2 bijak yang sering kita dengar.
 Tetapiternyata tanpa kita sadari, kita sebagai pemakai langsung maupun
 tidak langsung BBM untuk kendaraan dan industri, telah menerima dari
negara
 sebesar sekian juta rupiah pertahun (silahkan hitung sendiri sesuai
 pemakaian dengan melihat tabel di attachment).
 Thanks.


 Salam
 Asodik
  SUBSIDI-BBM.jpg


 --
 --[YONSATU - ITB]--
 On-line arsip : http://yonsatu.mahawarman.net
 Moderator : mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Unsubscribe   : mailto:[EMAIL PROTECTED]
 ---


 Anda terdaftar di List ini dg alamat : [EMAIL PROTECTED]


-- 
--[YONSATU - ITB]--
On-line arsip : http://yonsatu.mahawarman.net
Moderator : mailto:[EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe   : mailto:[EMAIL PROTECTED]
---


Anda terdaftar di List ini dg alamat : [EMAIL PROTECTED]
-- 
--[YONSATU - ITB]--
On-line arsip : http://yonsatu.mahawarman.net
Moderator : mailto:[EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe   : mailto:[EMAIL PROTECTED]
---


Anda terdaftar di List ini dg alamat : [EMAIL PROTECTED]