[yonsatu] FW: [BUMN] FW: [anggota] Re: Tanggapan hot issues Yon I

2002-12-29 Terurut Topik Abdul Sodik
[ copy darat dilaksanakan 4-5 Januari 2003, lihat footer Milis anggota ]

Diskusi lanjut

Salam
Asodik

 -Original Message-
 From: Revrisond Baswir [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
 Sent: Friday, 27 December 2002 11:09 PM
 To:   [EMAIL PROTECTED]
 Subject:  Re: [BUMN] FW: [anggota] Re: Tanggapan hot issues Yon I
 
  
 Serba-serbi RAMPOKISASI:
  
 Sebagian besar hasil privatisasi Indosat  besar kemungkinan dipakai untuk
 membiayai pembentukan Bank Permata. 
  
 @ Revrisond Baswir 2002
 
  
 The Jakarta Post, August 29, 2002
  
 Govt to inject Rp 4t into merged Bank Bali
  
 The government will inject some Rp 4 trillion (US$450 million) into
 BankBali after the bank is merged with four weaker banks, according to
 theIndonesian Bank Restructuring Agency (IBRA).
  
 IBRA said in a statement on Wednesday that the publicly-listed Bank Bali
 would issue new shares at the end of September, while the government would
 act as the underwriter.
 
 The capital injection is needed to keep Bank Bali's capital adequacy ratio
 (CAR) above the 8 percent minimum level set by the central bank.
  
 CAR is the ratio between capital and risk-weighted assets. The higher the
 CAR, the healthier the bank is.
 The government is planning to merge Bank Bali with four other banks,
 including
  
 Bank Universal, Bank Prima Express, Bank Arthamedia and Bank Patriot. The
 newly-merged bank will use the Bank Bali name.
  
 Of the five banks, only Bank Bali has a relatively strong CAR level, while
 the others are poorly capitalized. As of March, Bank Patriot's CAR stood
 at 1 percent, while Bank Universal's and Bank Prima Express' CAR stood at
 minus 16.6 percent and minus 49.4 percent respectively.
  
 Merging the weaker banks   with Bank Bali will cause the latter's CAR
 level to plunge to below the minimum 8 percent level. That is why the
 government needs to recapitalize Bank Bali after the merger.
  
 The five banks to be merged are among 11 private banks under the control
 of IBRA, which is in charge of leading the banks back into good financial
 shape before returning them to the private sector.
  
 Merging local banks is seen as part of the effort to restructure the
 country's troubled banking industry.
  
 A healthy banking sector is crucial to accelerating the country's economic
 recovery process.
  
 IBRA was set up in 1998 to manage assets and loans it took over from the
 collapsed banking system after a $60 billion financial sector bailout
 following the 1997-1998 Asian financial crisis.
  
 
 Yahoo! Groups Sponsor  
 ADVERTISEMENT
 HYPERLINK
 http://rd.yahoo.com/M=219695.2777699.4140939.1927555/D=egroupweb/S=170500
 1380:HM/A=1375612/R=2/id=noscript/*http://ad.doubleclick.net/ad/N879.ameri
 trade.yahoo/B1054521.22;sz=1x1;adc=lir;ord=1041005198897891? 
  HYPERLINK
 http://us.adserver.yahoo.com/l?M=219695.2777699.4140939.1927555/D=egroupm
 ail/S=:HM/A=1375612/rand=689706123   
 
 To unsubscribe from this group, send an email to:
 [EMAIL PROTECTED]
 
 
 
 Your use of Yahoo! Groups is subject to the HYPERLINK
 http://docs.yahoo.com/info/terms/Yahoo! Terms of Service. 
 
 ---
 Incoming mail is certified Virus Free.
 Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com).
 Version: 6.0.427 / Virus Database: 240 - Release Date: 6/12/02
  
 
---
Outgoing mail is certified Virus Free.
Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com).
Version: 6.0.427 / Virus Database: 240 - Release Date: 6/12/02
 

--[YONSATU - ITB]--
Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net
Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED]
Vacation   : mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu





[yonsatu] FW: [BUMN] FW: [anggota] Re: Tanggapan hot issues Yon I

2002-12-27 Terurut Topik Abdul Sodik
Diskusi lanjut.

Salam
Asodik

 -Original Message-
 From: Ganapati Sjastri Satyani 
 Sent: Friday, 27 December 2002 11:08 AM
 To:   '[EMAIL PROTECTED]'; '[EMAIL PROTECTED]'
 Subject:  RE: [BUMN] FW: [anggota] Re: Tanggapan hot issues Yon I
 
 Pak Pandji,
 Mohon digaris bawahi pendapat Pak Pandji secara jelas. Maklum di sini
 banyak yang belum bisa read between the lines, termasuk saya sendiri.
  
 Yang terjadi sekarang ini kan jual beli (bisnis) namun yang dijual dan
 dibeli adalah asset Negara (baca: BUMN). Jadi ya sami mawon hukum privat
 tampak mukanya, namun di balik itu yang pantas ditangani dengan hukum
 publik dijadikan kontennya.
  
 Wassalam,
  
 Ganapati Sjastri Satyani
  
 -Original Message-
 From: Abdul Sodik 
 Sent: Friday, December 27, 2002 10:20 AM
 To: '[EMAIL PROTECTED]'
 Subject: [BUMN] FW: [anggota] Re: Tanggapan hot issues Yon I
  
 Mumpung topik masih hangat..diskusi lanjut...
 
 Salam
 Asodik
 
  -Original Message-
  From:   DR Ir Pandji R Hadinoto PE LL.M
 [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
  Sent:   Friday, 27 December 2002 10:15 AM
  To:   [EMAIL PROTECTED]
  Subject:   [anggota] Re: Tanggapan hot issues Yon I
  
  Mari Berpikir Positif, 
  
  Ini Tesis dan/atau Hipotesa bagus, barangkali ada yang mau bikin Tesis
 S2
  atau Disertasi S3 ? Ini baru namanya Jiwa Kejuangan. 
  
  Apalagi muncul beragam AntiTesis seperti : 
  
  Tajuk Rencana Kompas 26 Des 02 a.l. ekses ekonomi pasar yang mengacu
  kepada NeoLiberal menghasilkan kemakmuran tetapi disertai kesenjangan
 dan
  ketidakadilan. 
  
  Penjualan PT Indosat kepada STT tidak transparan, merugikan ekonomi
 serta
  pertahanan dan keamanan (hankam) negara, Proses Divestasi Jalan Terus,
  Kompas 26 Des 02; 
  
  Siapapun yang secara serampangan menjual aset nasional kepada pihak
 luar,
  apalagi pihak luar diberi hak menguasai saham mayoritas, maka orang
  tersebut telah melakukan ultimate crime against the nation, Amien Rais,
  Kompas 27 Des 02; 
  
  WindFall Profit Minyak Tahun 2002 Rp 6 Trilyun, Kompas 27 Des 02 (semoga
  aja mendorong pembatalan pelepasan saham PT Indosat senilai Cash-In Rp
  5,62 Trilyun itu, kalau diterapkan model Management by CashFlow semata
  lho); 
  
  Penguasaan Sektor Telekomunikasi oleh Asing Rugikan Kepentingan
 Nasional,
  Kompas 27 Des 02; 
  
  Komentar saya pribadi : 
  
  Urusan Bisnis itu berkenaan dengan Hukum Privat dan Urusan Aset Negara
 itu
  terkait Hukum Publik. Campuran nte aya alias tidak dikenal. Tempo Doeloe
  memang ada model Pedagang-Penguasa yang digelar VOC di Nusantara ini,
 masa
  sekarang muncul lagi model Penguasa-Pedagang ? 
  
  Membaca relevansi Nasionalisme dengan Ekonomi Praktis model Divestasi
  secara Black  White semata justru menurut saya Tidak Akal Sehat, karena
  Urusan Non-Teknis seringkali melekat banyak grey-area dan justru di
  spektrum inilah yang merasa pakar dibidangnya sepantasnya menjabarkan
  sampai dapat diterima oleh Akal Sehat masyarakat banyak (ngomong2 Akal
  Sehat, saya jadi teringat Gerakan Akal Sehat, Desember 1971 yang tutup
  buku Januari 1972, Bung Wimoko Gardjito barangkali bisa membantu
  memberikan informasi). 
  
  Bagaimanapun, biar tidak OmDo (ini katanya Bung Djanaka AD lho)
 bagaimana
  kalau Keluarga Besar Yon-1 ini memprakarsai model Legal Policy Watch
 atau
  apa-lah namanya, selain sebagai prasarana wacana memperkaya wawasan juga
  tempat pembuktian produktif atau kontra-produktif suatu Kebijakan Publik
  yang berkaitan dengan Ketahanan Nasional misalnya. Sepengetahuan saya,
  Keluarga Besar Yon-2 sudah menggelar BBMWatch. 
  
  Salam Pejuang Merah Putih, 
  
  Pandji R. Hadinoto 
  
  
  
Abas F Soeriawidjaja [EMAIL PROTECTED] wrote: 
  
  Sebagai orang awam, mau mencoba menanggapi, sbb:

  1. Penjualan Telkom kepada Singtel dan Nasionalisme katak dalam
 tempurung.
   Menurut saya menyangkut pautkan
  penjualan tersebut dengan Nasionalisme dapat misleading terhadap Nation
  Character Building kita.
  Business is business.
  Kalau mau national security, ya luncurkan satelit tersendiri yang
 melayani
  untuk itu.
  Takut harga pulsa etc. \ditentukan oleh fihak asing ? Sejauh
  perhitungannya transparan, apa salahnya ? Hitungan suatu bisnis harus
  feasible dan viable kan jelas, apanya yang salah ? Hukum bisnis kan
  berlaku, kalau terlalu mahal, ya enggak ada yang beli ? Apa maunya
  disubsidi terus ?? Kapan dewasanya bangsa ini ?? 
  Kalau pun perlu adanya subsidi, prinsip-prinsip bisnis jangan
  ditinggalkan.Yaitu memberikan subsidi dari kemampuan kita mewujudkan
  pertumbuhan ekonomi. Economic Growth yang hanya 3.5% untuk tahaun 2002
  ini, jelas tidak mungkin. Kalau hanya sebesar itukan kita hanya jalan di
  tempat. Ehberani kasih subsidi lagi, darimana ? Hutang lagi ??
  Childish !!!
  Ciptakan negara yang sejahtera, timbulkan pertumbuhan ekonomi sedikithya
  6% kalau bisa diatas 8%.
  Saham yang kita jual ke Singtel suatu waktu