Rabu Abu: Yl 2:12-18; 2Kor 5:20-6:2; Mat 6:1-6.16-18

"Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan
orang supaya dilihat mereka”

 

Pada saat ini di jalanan dapat
kita lihat aneka macam jenis bendera atau atribut partai atau tokoh politik 
terpasang
di jalanan, ada yang ditempel di pohon, pagar tembok, berupa baliho yang besar
dan ada pula yang dipasang di keinggian sebuah pohon, dst.. Tujuan atau sasaran
dari semua itu kiranya untuk menampilkan diri agar dikenal banyak orang, dengan
maksud agar banyak orang menilainya sebagai yang terbaik atau layak untuk
dipilih. Itulah gaya hidup
formalistis atau liturgis yang rasanya masih banyak dihayati oleh kebanyakan
orang, baik dalam hidup dan bekerja di masyarakat, tempat kerja, organisasi
maupun dalam hidup beragama. Yang paling memprihatinkan di Indonesia
rasanya adalah dalam hal kehidupan beragama. Kita sering mendengar aneka info
dan berita yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia
adalah bangsa yang religius, namun aneka macam kemerosotan hidup moral masih
marak di sana-sini, lebih-lebih dan terutama dalam tindakan korupsi atau
manipulasi serta kebohongan. Dalam kegiatan keagamaan pada hari raya, seperti 
Natal
atau Idul Fitri dst..nampak bahwa orang menjalankan kewajiban agamanya, tetapi
dalam hidup sehari-hari apa yang diterima dan dialami dalam ibadat-ibadat tak
berbekas sama sekali. Sebagai umat Katolik mulai hari ini, Rabu Abu, kita
memasuki masa Puasa, masa Retret Agung Umat, masa mawas diri dan refleksi, maka
marilah kita mawas diri perihal kehidupan keagamaan atau keimanan kita.

 

"Ingatlah,
jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka,
karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.”
(Mat 6:1)

 

Orang-orang Farisi memang suka melakukan kewajban agamanya di hadapan
banyak orang, supaya dilihat oleh mereka, dan mereka memujinya sebagai
orang beragama yang sungguh beribadah, padahal yang dilakukan hanyalah
permainan sandiwara.  Apa yang dikatakan
di dalam ibadat atau doa tidak sesuai dengan apa yang mereka lakukan dalam
hidup sehari-hari. “Farisi-Farisi masa kini” kiranya masih cukup banyak juga.
Sebagai murid-murid Yesus kita dingatkan agar tidak bersandiwara dalam
melakukan kewajiban agama kita, antara lain dalam Masa Puasa ini dalam hal 
kewajiban
berpuasa., berdoa serta berbuat amal kasih.”
Jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang
diperbuat tangan kananmu.Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi,
maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." "Dan
apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka
mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada
tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.Tetapi jika engkau berdoa,
masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada
di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan
membalasnya kepadamu….. "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu
seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa
mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah
mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan
cucilah mukamu,supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa,
melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang
melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu” (Mat 6:3-6.16-18).   

 

1.     
“Memberi sedekah
atau amal kasih”

 

Ada orang atau kelompok
organisasi ketika memberi sedekah, amal kasih atau sumbangan sosial minta untuk
di ‘expose’ melalu berbagai macam jenis media massa dan pada saat memberikan
juga memakai symbol atau atribut partai atau golongan. Dengan kata lain mereka
memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berkampanye atau demi ketenaran diri
sendiri atau kelompoknya. Tetapi kiranya lebih banyak orang yang melakukannya
dengan sembunyi-sembunyi serta tidak mau disebut namanya. Kita diingatkan bahwa
jika memberi sumbangan/sedekah atau amal kasih yang penting diterima oleh
yang  berhak, entah melalui cara apapun
terserah asal tidak untuk menonjolkan diri. Sebagai contoh: ketika ada banjir
banding di Jakarta ada daerah yang warganya mayoritas umat Islam yang fanatik,
dalam arti tidak mau menerima bantuan dari orang Kristen atau Katolik, maka
warga Katolik daerah yang bersangkutan menyampaikan bantuan melalui seorang
haji yang disegani.

 

2.     
“Berdoa”

 

“Doa berarti mengarahkan hati kepada Tuhan. Maka doa tidak membutuhkan
banyak kata, dan tidak tergantung pada waktu dan tempat tertentu, tidak
menuntut sikap badan atau gerak-gerik yang khusus. Yang berdoa adalah hati,
bukan badan. Maka yang berdoa sebetulnya juga bukan manusia,  melainkan Roh 
Allah sendiri (lih. Rm 8:26).
Itu berlaku untuk doa pada umumnya, dan juga untuk doa di dalam Gereja” (KWI:
IMAN KATOLIK, Buku informasi dan Referensi, Jakarta  1996, hal 393). Berdoa 
tidak terikat oleh ruang dan waktu, dapat dilakukan
dimana saja dan kapan saja serta dalam keadaan atau kondisi macam apapun juga.
Maka baiklah di masa Tobat/Retret Agung Umat ini kita tingkatkan dan perdalam
hidup doa kita.

 

3.     
“Berpuasa”

 

“Kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati
kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah
dirimu didamaikan dengan Allah. Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya
menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. Sebagai
teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi
sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.”(2Kor 5:20-6:1), demikian 
kesaksian iman dan
peringatan Paulus kepada umat di Korintus, kepada kita semua. Tujuan berpuasa
adalah agar kita senantiasa berdamai dengan Allah serta tidak membuat menjadi
sia-sia kasih karunia Allah.  Rasanya
kita semua masih jauh atau tidak sepenuhnya menghayati tujuan berpuasa tersebut,
dengan kata lain memang kita diharapkan berpuasa atau lakutapa. 

 

“Lakutapa terbagi atasa lakutapa batin dan lakutapa lahir. Batin ialah
kesusahan hati atas dosa-dosa, dan niat teguh tidak akan melakukan lagi
dosa-dosa itu ataupun dosa-dosa lainnya; lahir adalah buah dari lakutapa
batin,  misalnya menyiksa diri demi
dosa-dosa yang telah dilakukan”  (St.Ignatius Loyola, LR no 82). Ada
tiga cara dalam mempraktekkan lakutapa lahir yaitu: hal makan, hal tidur dan
menyesah badan. Dalam hal makan dan minum antara lain orang mengurangi apa yang
wajar, bukan yang berlebihan (tentu saja mengurangi yang berlebihan harus
dilaksanakan), Sebenarnya dengan mengurangi apa yang wajar dalam hal makan dan
hal tidur orang telah mengalamai penyesahan badan, namun sekiranya masih
dibutuhkan penyesahan badan kiranya baik untuk dilakukan.

 

Penyesahan badan dapat dilakukan
dengan menyakiti diri asal tidak membahayakan kehidupan, namun juga dapat
dilakukan secara sosial, sebagaimana senantiasa dilakukan selama masa
Puasa/Tobat/ Prapaskah atau Retret Agung Umat dengan kegiatan Aksi Pembangunan.
Rasanya bentuk lakutapa penyesahan diri perlu diwujudkan juga secara positif
dalam kegiatan atau gerakan Aksi Pembangunan secara konkret. Tahun 2009 yang
ditandai oleh Krisis Moneter Global, yang telah mulai tahun 2008, kiranya akan
terjadi banyak peristiwa atau kebijakan dapat 
menimbulkan gejolak atau kerawanan sosial, sebagai  dampak PHK bersar-besaran, 
dimana terjadi
pengangguran, daya beli rakyat semakin kecil, para pekerja informal pun semakin
berkurang pendapatannya, dst.. Para pemulung di kota besar seperti Jakarta
telah kena dampak Krisis Moneter Global: 1 kg (satu kilogram) gelas plastik
bekas AQUA dulu dihargai Rp.2.500,- saat ini hanya dihargai Rp.700,-  Maka 
memperhatikan aneka dampak Krisis
Moneter Global kami sampaikan usulan atau harapan bentuk kegiatan atau gerakan
Aksi Pembangunan sebagai berikut:

1). Kegiatan atau gerakan yang sudah biasa sering dilakukan adalah yang
berguna bagi warga masyarakat pada umumnya, misalnya gerakan perbaikan aneka
sarana umum bagi warga masyakat seperti perbaikan jalan dan jembatan di
desa-desa, sedangkan di kota-kota antara lain gerakan kebersihan lingkungan,
pengolahan sampah atau limbah dst.. Secara umum juga diadakan gerakan dalam
bentuk pengumpulan uang atau dana dan kemudian disumbangkan bagi mereka yang
membutuhkan seperti korban bencana alam, bantuan untuk belajar/uang sekolah
bagi yang miskin, dst..

2) Kepada mereka yang memiliki usaha atau perusahaan kami berharap
untuk berusaha seoptimal mungkin tidak terjadi PHK pegawai atau buruh. Memang
untuk itu butuh dukungan kita semua, sebagaimana dibijaki oleh pemerintah agar
kita menggunakan produk-produk dalam negeri bukan dari luar negeri atau import.
Dukungan mungkin juga dibutuhkan dari para pegawai atau buruh antara lain
kemungkinan untuk dikurangi imbal jasa/gajinya atau waktu kerja, dst…  

3)   Kepada mereka yang memiliki
wewenang atau penentu kebijakan gerakan pembangunan aneka fasilitas atau sarana
demi kepentingan umum, yaitu para pejabat atau pimpinan daerah, kami harapkan
jika ada proyek pembangunan lebih dengan jalan ‘padat karya’ bukan ‘padat
modal’, dengan harapan dapat menyediakan lapangan kerja bagi banyak orang. 

4)   ‘The last but not the least’ rasanya kita semua harus hidup
sederhana dan tidak berfoya-foya. Hindari dan jangan dilakukan aneka kegiatan
yang menghambur-hamburkan uang  “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu,
berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang
sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya” (Yl
2:13). Mungkin untuk hidup sederhana hati anda akan merasa terkoyak, apalagi
jika terbiasa hidup berfoya-foya atau bermewah-mewah tanpa aturan. “Tuhan 
adalah pengasih dan penyayang”, maka
kita semua yang beriman kepadaNya juga dipanggil untuk menjadi ‘pengasih dan 
penyayang’.  Marilah kita kasihi dan sayangi jiwa dan hati
kita masing-masing, jangan cemari atau nodai hati dan jiwa anda dengan hidup
berfoya-foya, jangan sakiti jiwa dan hati saudara-saudari anda dengan dan
melalui hidup serakah dan berfoya-foya. 

 

“Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah
pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari
kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan
pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.Terhadap Engkau, terhadap
Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat”

(Mzm  51:3-6a)

.

Jakarta, 25
Februari 2009

 
  . 




      Lebih bergaul dan terhubung dengan lebih baik. Tambah lebih banyak teman 
ke Yahoo! Messenger sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/

Kirim email ke