Ulasan menarik, dari pak Muhaimin Iqbal. beliau ini pernah 
jadi Dirut PT Asuransi Bintang Tbk. 

dari liputanku tentang ekonomi-bisnis, aku sepakat dgn 
apa yang dia katakan. peta finansial dunia yang dibangun 
di atas sistem fiat ini sungguh keji.

uang dolar AS yang beredar nilainya 80 USD triliun/tahun, 
20
kali lipat melebihi nilai perdagangan dunia yang jumlah
nya sekitar 4
triliun USD pertahun.

pemerintah AS mencetak uang untuk menanggung utang
dia per tahun, namun nilai pasar uang itu tak pernah turun 
karena kitalah yang menanggung utang tersebut dengan
cara memegang dolar dan bertransaksi hanya dengan 
dolar.

bandingkan jika indon mencetak uang baru untuk bayar
surat utang di pasar domestik atau nebus utang bermata
uang dolar, hasilnya pasti: inflasi dan depresiasi kurs.

setahuku, nilai dolar diback up dengan senjata, bukan 
nilai intrinsik perekonomian AS semata. itulah mengapa
saddam hussein didongkel sejak memilih pake euro di
tiap perdagangan minyaknya. 

dan itu pula yang menjelaskan kenapa ahmadinejad di 
iran dan chavez di venezuela, yang keliatannya berani 
ngelawan AS, tak berani memakai mata uang lain 
dalam menjual produk migas mereka. 

buat AS, dihujat ga apa. yang penting, tetap pake dolar 
dalam ekonomi dunia. kalo berani pake mata
 uang lagi, 
siap-siap aja diserang or digulingkan. .

sistem keuangan dunia sekarang berprinsip "money 
makes money", inflasi menjadi konsekuensinya, dan 
mata uang negara berkembang tak ada nilainya.

itulah yang membuatku berpindah ke bank syariah, 
untuk menghindari riba (bunga) di bank-bank umum. i'd 
say bunga bank is haram:

"Hai orang-orang yang beriman! Takutlah kepada
            Allah, 
dan tinggalkanlah apa yang tertinggal dari riba jika kamu 
benar-benar beriman." (QS. 2:278)

"Riba adalah 70 dosa; dosanya yang paling ringan adalah 
seperti dosa orang yang berzina dengan ibunya." (HR ibn
Majah)

jadi, mari "kembali ke masjid", fafirru il-Allah..


salam,
*rif

------------ --------- --------- --------- --------- ---





Tempat 
Yang Aman Ketika Musibah Terjadi… 









Written by Muhaimin Iqbal    

Sunday, 29 March 2009 10:20 


Berandai-andai bukan hal yang dianjurkan dalam Islam, tetapi mengambil 
pelajaran atas segala musibah yang terjadi adalah hal yang sudah sepatutnya 
dilakukan.
 
Sepuluh 
tahun terakhir saja sesungguhnya umat manusia di Dunia (bukan hanya di 
Indonesia 
!) setidaknya diberi pelajaran yang sama minimal tiga kali dalam tiga musibah 
yang berbeda. Lihat foto-foto di samping, yang teratas adalah Masjid yang 
selamat dari air bah Situ 
Gintung tiga hari lalu. Yang ditengah adalah Masjid yang selamat dari tsunami 
Aceh 5 tahun lalu, dan yang paling bawah adalah Masjid yang selamat dari gempa 
bumi hebat di Turki 10 tahun lalu.
 
Kebetulankah ? Tidak !, tidak ada 
yang kebetulan di muka bumi ini. “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di 
bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab 
(Lohmahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah 
mudah bagi Allah.” (QS 57 :22)
 
Mengapa Allah selamatkan 
masjid-masjid tersebut padahal bangunan-bangunan di sekitarnya luluh lantak ?. 
Masjid selain tempat sholat juga lambang dari ketaatan kita memenuhi 
panggilannya, dengan tiga contoh visual dan konkrit tersebut barangkali Allah 
bener-bener ingin menyampaikan kebenaran atas ayat-ayatNya.
 
Lantas kalau kita bisa mengambil 
pelajaran dari Masjid-masjid yang diselamatkan Allah ditengah musibah-musibah 
yang melanda; maka seyogyanya kitapun bisa menjadikan pelajaran untuk 
menghadapi 
berbagai musibah lainnya.
 
Untuk menyelamatkan diri dari 
musibah finansial yang sekarang menimpa dunia misalnya, kita-pun bisa lari 
mengungsi ke ‘masjid-masjid’ atau rumah-rumah Allah dimana hukum Allah ditaati, 
perintahNya dilaksanakan dan laranganNya dijauhi.
 
Musibah finansial dunia saat ini 
masih jauh dari usai; majalah Time edisi pekan ini menurunkan laporan akan 
ancaman bom finansial yang jauh lebih besar yang siap meledak. Saking besarnya 
bom tersebut oleh Time dikategorikan sebagai WMD (Weapon of Mass Destruction ) 
atau Senjata Pemusnah Massal.
 
Salah 
satu contoh WMD yang diangkat time adalah kasus AIG. AIG saat ini masih 
menurut Time ‘hanya’ memiliki asset senilai US$ 50 Milyar. Sedangkan risiko 
yang 
ditanggungnya dari kasus CDS saja saat ini sudah rugi US$ 40.4 Millyar, yang 
sedang antri untuk menagih janji berikutnya adalh US$ 300 Milyar. Artinya 
perusahaan raksasa kebanggaan Amerika tersebut secara teknis akan bangkrut 
sampai 6 kali, kecuali bila pemerintah melakukan bailout  besar-besaran.


 
Buah simalakamnya adalah bila 
ingin diselamatkan, tidak akan mudah bagi pemerintah AS untuk 
mem-bailout 
AIG dengan sekian ratus milyar dollar lagi – sedangkan baru-baru ini mereka 
membuat jengkel seluruh negeri itu dalam kasus bagi-bagi bonus.
 
Bila tidak diselamatkan, efek 
domino dari kebangkrutan AIG sungguh tidak terperikan. AIG menjamin 180,000 
entity 
dengan total lapangan kerja 106 juta di Amerika saja. Diantara yang dijamin 
adalah puluhan ribu tanah pertanian, rumah 
sakit, dana 
pensiun, infrasruktur, industri property, industri penerbangan, industri 
perminyakan dst.dst. Pendek kata di AS saja keruntuhan AIG akan menyeret 
keruntuhan ekonomi dalam skala sangat besar – makanya dikategorikan Weapon 
of Mass destruction oleh Time tersebut.
 
Apa dampaknya kalau ekonomi 
Amerika runtuh oleh kasus AIG dan yang sejenisnya ?. Seperti yang sudah terjadi 
setengah tahun terakhir, seluruh dunia juga akan terseret dalam pusaran krisis 
yang sama – termasuk Indonesia.
 
Bagaimana kita bisa selamat ?, 
belajarlah dari kasus musibah-musibah tersebut diatas – larilah ke 
‘rumah-rumah’ 
Allah. Dalam aplikasi ekonomi ini berarti adalah lari ke ekonomi yang tidak 
melibatkan riba; tidak mengandalkan hutang. Ekonomi yang adil, yang memberi 
makan (menciptakan lapangan kerja) orang  miskin. Ekonomi yang 
dibangun dengan tolong-menolong dalam kasih 
sayang, bukan ekonomi yang dibangun atas dasar ekspoitasi yang kuat 
terhadap yang lemah.
 
Untuk selamat, ayo kita kembali 
ke ‘masjid’ dalam arti yang seluas-luasnya…Shalom,Tawangalun.
 





      
 

      

    
    


        
         
        
        




        




        
        


        
        
        




      

Kirim email ke