Karena saya tidak mau menjadi manusia yag sia-sia... Mereka yang sia-sia
Setelah kita mengetahui sedikit tentang apa yang disebut dengan kebaikan perbuatan dan apa pula yang disebut dengan kebaikan pelaku perbuatan sebagaimana yang kita lihat dipostingan sebelumnya [ Menjawab mereka kaum intelektual,red]. Sekarang kita akan bertanya apakah jika seseorang melakukan perbuatan baik secara utuh sebagaimana yang disyaratkan tersebut, yakni melakukan perbuatan baik dan dengan niat yang baik pula maka amalannya tersebut secara otomatis akan diterima oleh Tuhan? Mari kita lihat… Adalah sangat mungkin bagi suatu perbuatan memiliki tubuh dan ruh, dengan kata lain adalah mungkin saja suatu perbuatan memiliki kebaikan perbuatan dan kebaikan pelaku namun pada saat yang sama ia menjadi rusak dari sudut pandang alam malakut karena pengingkaran terhadap kebenaran. Pengingkaran berarti bahwa seseorang merasakan kebenaran melalui rasio dan akalnya, tapi pada saat yang sama dia menentangnya. Dengan kata lain pengingkaran adalah suatu situasi dimana sesungguhnya pemikiran seseorang melalui akal dan logika telah tunduk terhadap kebenaran dan telah bisa menerima kebenaran melalui akal dan logikanya, tetapi ruh dan egonya masih menentangnya karena perasaan sombong dan keengganannya untuk tunduk karena pengaruh eksternal seperti gengsi dan reputasi. Mereka yang walapun telah melakukan perbuatan baik dengan kebaikan perbuatan dan kebaikan pelaku, namun jika pada saat yang sama hati mereka masih mengingkari kebenaran maka semua perbuatannya akan menajadi percuma atau sia-sia belaka. Kemalangan atau kesia-siaan ini seperti panen yang tidak jadi akibat diserang hama atau force major lainnya. Kesia-siaan sering dirusak oleh faktor lain diluar kebaikan perbuatan dan kebaikan pelaku. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukakan hal-hal yang percuma atau siai-sia. Misalnya setelah memberikan sedekah lalu kita bergumam sesuatu yang bisa menyakiti hati sipenerimanya. Sungguh perbuatan yang tadinya baik dan mempunyai niat yang baik seperti itu sekalipun maka ia akan menjadi sia-sia sebagaimana petani yang gagal panen. Contoh kesia-siaan yang lain, katakanlah seorang Guru Besar Prof.DR. ‘X’ yang mempunyai keahlian yang sudah kesohor dan ditambah reputasi yang bagus menetapkan suatu hukum atau teori yang sudah diakui dunia, kemudian ada diantara orang-orang muda yang tidak terkenal dan yang tidak mempunyai reputasi menentang teorinya sekaligus menunjukkan kelemahan-kelemahan teori si Guru Besar dan Si Guru Besar mengakui didalam hatinya kebenaran teori yang baru dikemukakan oleh anak muda tersebut, sehingga akalnya tunduk terhadap argumen-argumen anak muda yang tidak terkenal itu, tetapi karena menjaga reputasi internasionalnya dan demi menjaga gengsinya maka dia menolak untuk mengakui kebenaran fakta-fakta yang diajukan oleh anak muda itu. Pengingkaran terhadap kebenaran yang serupa contoh diataslah yang dikenal dengan istilah kafir didalam Islam. Walaupun hukum atau teori yang dikemukakan oleh Guru besar tersebut adalah hukum yang baik dan dibuat dengan niat yang baik tetapi penolakannya atas kebenaran yang baru ditemuinya menyebabkan semua yang diperbuatnya akan menjadi sia-sia sebagaimana yang diisyaratkan didalam al-quran sebagai debu yang tertiup angin kencang dan lenyap. Jenis atau contoh kesia-siaan yang lain adalah pengingkaran karena fanatisme buta. Sering diantara kita karena terlalu percaya diri dan atau karena terlalu fanatik terhadap kelompok atau golongan maka kita akan menganggap diri kitalah yang selalu benar dan menutup kemungkinan ada kebenaran diluar diri atau kelompok kita. Merasa benar sendiri dan menolak kebenaran dari pihak yang lain adalah sama dengan pengingkaran [kafir] dan pengingkaran yang disengaja dengan cara demikian itu tak pelak lagi akan memusnahkan segala amal perbuatan baik yang telah diperbuat. Kesia-siaan berikutnya adalah kesia-siaan akibat acuh tak acuh terhadap kebenaran dan keadilan. Kita sering diam dan hanya diam melihat semua persoalan yang berseliweran didepan kita, terutama kita-kita yang hidup dikota besar. Kita sering cuek melihat ketidak adilan yang terjadi didepan mata kita. Membiarkan pembantaian yang dilakukan oleh Israil didepan mata kita. Membiarkan ketidak adilan terjadi dipelupuk mata sama dengan mengingkari kebenaran, dan pengingkaran terhadap kebenaran akan berujung kepada kesia-siaan amal perbuatan. Sia-sia sebagaimana petani yang gagal panen akibat lalai terhadap hama. Iman K. www.parapemikir.com Yahoo! Toolbar is now powered with Search Assist.Download it now! http://sg.toolbar.yahoo.com/