http://www.poskota.co.id/redaksi_baca.asp?id=1715&ik=32

Ketika Celana Tertinggal 


Minggu 12 Oktober 2008, Jam: 7:20:00 
Ada suami istri di Lampung berebut celana di dalam kamar. Bukan celana Jasman, 
48, selaku suami, bukan pula punya Titik, 36 selaku istri; tetapi celana oknum 
polisi Bripda Hadi, 35, yang jadi selingkuhan nyonya rumah. Nah, berkat KTP dan 
kartu anggota polisi yang tersimpan dalam dompet, akhirnya terkuaklah skandal 
asmara istri Jasman selama ini. 

Tanda-tanda perselingkuhan Titik sebetulnya sudah lama tercium, yakni ketika 
rumahtangga warga Telukbetung Utara, Bandar Lampung, ini selalu dilanda cekcok 
dalam keseharian. Masalah ekonomi, sepertinya bukan, karena Jasman sebagai PNS 
bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Hanya beberapa kali terlepas 
omelan Titik dalam pertikaian itu, di mana nadanya sangat meremehkan kemampuan 
suami. "Sampeyan kan jauh lebih muda, tapi kenapa nggak bisa rosa-rosa macam 
Mbah Maridjan dari Gunung Merapi itu?" begitu kata Titik. 

Istri Jasman ini sebetulnya sudah lama menyimpan "bom waktu" dalam 
rumahtangganya. Ketika hendak dinikahi mas PNS tersebut 13 tahun lalu, 
keluarganya sudah mengingatkan, kenapa Titik yang berusia 23 tahun kala itu, 
mau bersuami dengan bujang lapuk macam Jasman yang kala itu sudah berusia 35 
tahun? Paling ideal selisih usia perkawinan itu adalah sekitar 5-8 tahun. Dalam 
jangka pendek memang tak terasa akibatnya. Tapi sekian tahun kemudian ketika 
suami sudah digerogoti umur, pastilah Titik akan nyaho (tahu rasa) sendiri. 

Kala itu Titik tak begitu paham akan "warning" keluarganya. Dan sekarang dia 
baru merasakannya, ketika Jasman sebagai suami tak lagi rajin menjalankan 
"sunah rosul" dengan alasan capek dan sibuk. Jika Titik kemudian memintanya 
dengan setengah memaksa, pelayanan Jasman asal-asalan dan sangat tidak 
memuaskan. Ibarat membaca buku, baru sampai bab satu, sang suami sudah KO. 
Bahkan sering pula, baru sampai kata pengantar penerbit Jasman telah menyerah. 
"Maklum mah, aku sudah tua..," kata Jasman mencoba minta pengertian istrinya. 

Agaknya inilah "bom waktu" itu. Di saat kondisi Titik sebagai istri dalam beban 
puncak, Jasman selaku suami tak bisa mengimbangi lagi lantaran usia. Karena itu 
pula, soal "mbah Marijan yang rosa-rosa" itu sering diangkat ke permukaaan 
setiap mereka ribut. Dampak lainnya, bila Jasman kemudian lebih tenggelam dalam 
pekerjaan, Titik mencoba menyelesaikannya dengan caranya sendiri. Bukan 
memberikan Irex atau Viagra buat suami, tapi justru mencari tokoh alternatip 
yang bisa memberikan kepuasan batinnya. Jadi ibarat Partai Golkar dewasa ini, 
karena Ketua Umum Jusuf Kalla kurang nilai jualnya, terpaksa mengagendakan Sri 
Sultan HB X dalam pilpres 2009 mendatang. 

Hadi, seorang oknum polisi di kota itu, ternyata yang kemudian dipilihnya 
menjadi tokoh alternatip. Orangnya memang masih sangat muda dan enerjik, 
sehingga dia mampu mengimbangi permainan yang digelar Titik. Ibarat bola di 
lapangan hijau, tendangan Bripda Hadi sangat akurat. Dan setiap kena tendangan 
"dua belas pas" oknum polisi tersebut, pastilah Titik jadi merem melek 
dibuatnya. Karenanya, jika situasinya sangat aman secara mantap terkendali, 
Hadi pastilah mampir ke rumah Titik, dan kemudian terjadilah "tos-tosan" itu. 

Klimaks perselingkuhan tersebut terjadi beberapa hari lalu. Sepulang dinas luar 
kota tengah malam, Jasman mendapati kamar pribadinya dalam kondisi terkunci. 
Dia berusaha menyeruak masuk, tapi selalu dicegah bininya. Sewaktu dia nekad 
nyeplos ke dalam, dia melihat bayangan seorang lelaki loncat jendela. Sebuah 
celana panjang yang jelas bukan miliknya, kemudian menjadi arena rebutan antara 
suami istri. Tapi Jasman berhasil menguasai dan menggeledah isinya. Di situlah 
terungkap semuanya. Ternyata lelaki yang jadi tokoh alternatif Titik tersebut 
adalah Bripda Hadi, seorang oknum polisi. Jasman pun segera melapor ke Provost 
Bandar Lampung. 

Untung bisa kabur tuh oknum polisi, kalau nggak niscaya masuk liang kubur! 

(LP/Gunarso TS) 

Kirim email ke