http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7436:konflik-dengan-manusia-berlanjut-warga-bunuh-3-harimau-sumatera&catid=3:nasional&Itemid=128


      Konflik dengan Manusia Berlanjut, Warga Bunuh 3 Harimau Sumatera  
      Pekanbaru, (Analisa)


      Konflik manusia dengan harimau di daerah Riau terus berlanjut. Setelah 
menerkam dua warga Indragirihilir, kini giliran warga yang menjerat hewan buas 
tersebut.
      Humas World Wide Fund (WWF) Riau, Syamsidar kepada wartawan, Selasa 
(24/2), menyebutkan sejak dua minggu terakhir, warga telah menjerat mati tiga 
ekor harimau Sumatera. 
      "Warga terpaksa melakukan hal itu karena kehadiran harimau sejak lama 
menjadi ancaman bagi mereka, terutama bagi mereka yang merupakan perambah yang 
bermukim di ladang tepi hutan," terangnya.

      Syamsidar menyebutkan, kasus penyerangan harimau terhadap dua warga di 
Indragiri Hilir kemarin merupakan kasus yang terakhir. 
      Tidak ingin terus terancam keselamatannya akibat serangan harimau, 
wargapun melakukan perlawanan dengan cara memasang jerat. Cara ini cukup 
efektif. Terbukti selama tiga pekan tiga ekor raja hutan merenggang nyawa.

      Sementara itu, data Riau menyebutkan, kematian harimau terjadi di Desa 
Tanjung Pasar, Kecamatan Pelasiran, Kabupaten Indragiri Hilir. 
      Jerat pertama berhasil membunuh dua ekor harimau pada Selasa (10/2) lalu. 
Seekor lagi juga mati dibunuh warga, enam hari berikutnya. 
      "Ini merupakan konflik yang paling tinggi di Riau. Bagaimana tidak, dalam 
hitungan dua pekan saja tiga ekor harimau mati dibunuh warga. Kalau ini terus 
dibiarkan, maka ini akan menjadi ancaman tersendiri bagi populasi harimau 
Sumatera yang kian langka," tukasnya. 

      Menurut Syamsidar, pembunuhan dengan cara dijerat ini, sebenarnya tidak 
berhak dilakukan warga sekalipun di daerah tersebut terjadi konflik. Sesuai 
dengan aturan yang ada, penanganan konflik ini harus ditangani Departeman 
Kehutanan, yakni Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau. 

      "Masyarakat sama sekali tidak berhak untuk melakukan penanganan konflik 
dengan cara membunuh. Kami sangat menyayangkan kasus pembunuhan tiga ekor 
harimau ini," ujarnya.
      Terjadinya konflik di daerah tersebut, kata Syamsidar, disebabkan habitat 
harimau yang telah beralih fungsi. Sehingga harimau terpaksa mencari makan ke 
perkampungan penduduk. Apa lagi jarak hutan eks HPH dengan perkampungan itu 
tidaklah terlalu jauh. Sehingga sangat memungkinkan, harimau memasuki kawasan 
perkampungan 

Kirim email ke