Manakah yang lebih kontradiktif?
(a) Merasa miskin sehingga tidak kuat beli susu u/ pertumbuhan anak, tapi
bisa beli rokok u/ diri sendiri; atau
(b) Merasa kaya sehingga kuat beli mobil bagus, tapi isi bensinnya pakai
bensin subsidi (premium)

===================================
*Orang Miskin yang Merokok Bakal Miskin Tujuh Turunan
*
Jakarta, Ngakunya nggak bisa beli susu atau telur karena nggak punya uang,
padahal di tangannya terselip sebatang rokok. Banyak orang miskin yang
berusaha melupakan kemiskinannya dengan merokok. Padahal orang miskin tidak
sadar bahwa merokok bisa membuatnya terus miskin hingga tujuh turunan.

Di pedesaan, rokok sudah menjadi menu sehari-hari selain makanan pokok dan
kopi yang selalu harus ada. Menurut hasil survei lembaga demografi Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, besarnya pengeluaran untuk rokok adalah Rp
3.545 per hari atau Rp 106.350 per bulan. Ini setara dengan 26 persen
penghasilan buruh tani tembakau per bulan. Dengan kata lain, seperempat upah
buruh habis untuk dibakar.

Hasil survei juga menunjukkan bahwa 2 dari tiga laki-laki merokok dan
perempuan juga sudah meningkat jumlahnya saat ini.

"Makanya untuk perempuan tolong cari suami yang syaratnya 'kalau mau menikah
dengan saya harus nggak boleh merokok'," ujar Dr Sonny Harry B Harmadi,
kepala Lembaga Demografi FEUI dalam acara Peningkatan Cukai Rokook: Antara
Kepentingan Ekonomi dan Kesehatan di Hotel Sahid, Jl Sudirman, Jakarta, Rabu
(17/2/2010).

Menurut Sonny, Indonesia merupakan negara yang paling terjangkau harga
rokoknya di banding negara-negara lain. Proporsi pengeluaran rumah tangga
orang Indonesia yang pertama adalah padi-padian dan yang kedua adalah
tembakau. Sementara itu susu, telur dan makanan bergizi lainnya berada di
urutan ke sekian.

"Rokok mengalahkan kebutuhan gizi pada rumah tangga miskin. Cobalah setiap
orang punya pikiran 'kalau tidak merokok pasti tidak akan mati lebih
cepat'," ujar Sonny.

Sonny juga memaparkan bahwa harga satu bungkus rokok merek terkenal setara
dengan setengah kg telur, 2 kg beras, 1 liter minyak goreng dan lainnya.
Jadi sebenarnya orang miskin bisa beli makanan bergizi jika tidak membeli
rokok.

Makanya sampai ada istilah orang miskin yang merokok akan tetap miskin 7
turunan. "Pertama dia sendiri miskin, tidak bisa menyekolahkan anak-anaknya,
tidak bisa memberi makanan bergizi, lalu anaknya jadi bodoh, tidak bisa
mendapat pekerjaan, lalu menghasilkan generasi seperti itu seterusnya hingga
tujuh turunan," ujarnya.

Asal tahu saja, sampai usia 12 tahun, seorang anak akan mencontoh dan meniru
semua perilaku orangtuanya. Jadi jika orangtua mencontohkan perilaku
merokok, perilaku itulah yang akan tertanam di otak si anak dan akhirnya
ditiru olehnya.

Untuk itu dengan meningkatnya cukai tembakau sebesar 15 persen menjadi 44
persen per harga ecerannya pada 1 Januari 2010, diharapkan keluarga miskin
dan anak-anak tidak akan membeli rokok dan teracuni oleh rokok.

"Biarlah orang-orang kaya dan yang sudah tua-tua yang merokok. Biarlah
mereka yang menyumbang pendapatan dan kekayaan untuk negara. Tidak adil
rasanya jika orang miskin dan anak-anak harus mengeluarkan biaya untuk rokok
yang seharusnya bisa dibelikan kebutuhan lain yang lebih bermanfaat. Orang
tua tidak apa-apa kalau mau merokok karena generasi mereka akan hilang
sebentar lagi, tapi kalau anak-anak sudah merokok, Indonesia bisa mengalami
lost generation," kata Sonny.(fah/ir)

Source:
http://health.detik.com/read/2010/02/17/153505/1301463/766/orang-miskin-yang-merokok-bakal-miskin-tujuh-turunan


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke