What! kebocoran tetap menjadi tanggungan Pemerintah? Saya kira pak Hatta cukup 
berani menyampaikan ini setelah bertahun2!! wow..berapa yang nguap ya?

Oka




Pengaturan Subsidi BBM 
Hatta: Pertamina, Contohlah AKR
Laporan wartawan KOMPAS Orin Basuki
Jumat, 23 April 2010 | 15:49 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Pengaturan subsidi bahan bakar minyak atau BBM yang 
dilakukan oleh PT Aneka Kimia Raya atau AKR Corporindo Tbk sebaiknya dicontoh 
oleh PT Pertamina sehingga beban kebocoran BBM bersubsidi tidak perlu 
ditanggung pemerintah. AKR menerapkan sistem perhitungan BBM bersubsidi dengan 
menjadikan volume minyak yang benar-benar masuk ke tangki kendaraan konsumen 
akhir sebagai basis penetapan klaim anggaran subsidi ke pemerintah. 

"Itu belum dilakukan Pertamina. Sekarang, Pertamina memperhitungkan subsidi BBM 
dari jumlah BBM yang dimasukkan ke mobil-mobil tangki di depo-depo, bukan di 
konsumen akhir, sehingga jika terjadi kebocoran pada saat distribusi dari depo 
ke konsumen akhir menjadi tanggung jawab pemerintah," ungkap Menteri 
Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di Jakarta, Jumat (23/4/2010). 

Menurut Hatta, distribusi BBM bersubsidi kini tidak lagi didominasi Pertamina 
karena sudah ada dua perusahaan lain yang masuk dalam bisnis ini, yakni AKR dan 
Shell. Kedua perusahaan ini bersedia menjalankan pengawasan superketat pada 
distribusi BBM bersubsidi karena merekalah yang harus menanggung kebocoran BBM 
bersubsidi. 

"Dengan cara ini, subsidi BBM akan diperketat dengan adanya pengawasan ketat 
dari distributornya sendiri. Dengan demikian, pemerintah tidak perlu dibebani 
subsidi BBM terus-menerus," ungkapnya. 

Saat ini, jumlah volume BBM yang dipasarkan di Indonesia mencapai sekitar 64 
juta kiloliter per tahun. Sekitar 34 juta kiloliter di antaranya merupakan BBM 
bersubsidi. 

Hatta menginginkan agar pengaturan BBM bersubsidi ini dilakukan dengan 
sosialisasi agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat. Sosialisasi ini 
diharapkan akan mengembangkan budaya malu kepada pemilik kendaraan di atas 
3.000 cc, misalnya, yang masih saja mengonsumsi BBM bersubsidi. 

"Pengawasan masyarakat dan media akan membuat malu orang yang sudah mampu. 
Seharusnya orang yang sudah mampu membeli mobil mewah malu jika menggunakan 
premium. Seharusnya mereka memakai Pertamax," tutur Hatta. 

Sebelum ini, PT Aneka Kimia Raya (AKR) Corporindo Tbk dan Royal Vopak asal 
Belanda mengoperasikan terminal bahan bakar minyak berkapasitas 250.800 
kiloliter di Pelabuhan Tanjung Priok. Pembangunan terminal BBM yang menelan 
investasi 105 juta dollar AS itu memiliki 17 tangki untuk menampung impor dan 
distribusi produk minyak dalam rangka mendukung kebutuhan komoditas itu di 
dalam negeri ataupun internasional.



Kirim email ke