Pak Noor,
Inget sejarah, akhir masa kekuasaan presiden pertama inflasi 600%, rakyat
juga susah makan antre beras jauh lebih parah dari sekarang, segelintir elit
juga tetap bermewah-mewahan. Ideologi ekonomi kirinya ngga bisa dibilang
berhasil..
On 5/30/08, Noor Haryono [EMAIL PROTECTED]
Bung Reza,
Saya tidak membantah bahwa hitungan KKG bocor, ada bocor besar dan bocor
kecil tetapi bagi saya bocor besar ada ditempat yang lain. Ada dua
masalah dasar, masalahnya terbagai dua jawaban saya bagi dua juga.
Mari kita bahas soal Naphta:
Naphta harganya dulu bisa 30% lebih mahal dari
Bung Reza,
Saya berpendapat bahwa negara kita dobbel. Artinya ada negara resmi dan
ada negara siluman.
Soalnya dilihat dari RAPBN ada dua anggaran, ada yang resmi dan ada yang
siluman.
Dilihat dari pendapatan demostik brutto (PDB) juga begitu.
Kalau percaya orang2 tua, maka di jaman Soekarno PDB
Bung Ivan,
pos siluman dan negara siluman ada di-mana2. Di Prancis dan apa lagi
Junani besar sekali.
Besarnya berhubungan dengan dukungan dan kepercayaan rakyat terhadap
sistem pajak.
Dalam negara2 dimana jarak antara negara dan rakyat jauh, negara siluman
selalu besar.
Latar belakang sistem
Kenapa sih kalo soal biaya siluman pasti TNI terseret? Mungkin ada satu dua
colonel, tiga empat jenderal yg korup, tapi toh dikalangan PNS bahkan
perusahaan swasta juga terlibat dalam akal2an, mark up penggelapan pajak
.
Sebagian besar anggota TNI makan beras jatah (yg kadang sudah bulukan).
Ngga nyambung mas,
Yang saya pertanyakan istilah BOOM yang dipakai bung
Hok An KITA ini suka latah main KLAIM
sembarangan.
kalau menurut saya BOOM itu identik dengan periode
EKSPANSI ... terus ukuran apa yg dipakai ? menurut
saya GDP growth.
Jepang dan US jelas lebih bagus dari kita ...
Bung Wawan,
Kalau dari statistik harusnya kita memang lebih boom lagi dari Brazil.
Justru itu menunjukan anomali yang sangat besar.
Bandingkan dengan laporan Herald Tribune mengenai Brasil yang saya
cantumkan dibawah.
Anomali ini dilihat dari Eropa makin aneh sebab disini pertumbuhan 1 - 2
% saja
Saya punya pendapat yg sama dari milis sebelah untuk menjelaskan apa
yg terjadi di banyak hal terutama BBM..
Bp.A Nizami berpendapat:
Kenapa Pasar Komoditas lebih mahal dan turun naik tidak karuan
ketimbang pasar tradisional?
Ini gambarannya:
Pasar Tradisional: Produsen- Distributor- Pengecer-
At 05:47 PM 5/30/2008, you wrote:
Pasar Komoditas:
B U R S A K O M O D I T A S
Produsen-Spekulan-Spekulan-Spekulan-Spekulan...(tidak terhingga
sampai jatuh tempo)-Distributor-Pengecer-Pembeli
Harusnya Pasar Komoditas dilarang memperjual-belikan Sembako dan BBM
agar harganya tidak dipermainkan
Globalization and its discontents
By Henry A. Kissinger
Published: May 29,
2008http://www.iht.com/articles/2008/05/29/opinion/edkissinger.php
For the first time in history, a genuinely
global economic system has come into being with prospects of heretofore
unimagined well-being. At the same
A New Deal for Poor Farmers
by Jeffrey D. Sachs
NEW YORK Many poor, food-importing countries around the world have become
desperate in
recent months, as global prices of rice, wheat, and maize have doubled.
Hundreds of millions of poor people, who already spend a large share of their
daily
Credit,
Housing, Commodities, and the Economy[1]
By Janet L. Yellen*
Good
morning. Im delighted to be part of the Northern California Regional
Financial Planning conference this year. Id like to thank the organizers
for inviting me and for giving me an opportunity to talk about the
Bung Oka,
Saya setuju dengan pendapat Anda.
Yang kurang memang law enforcement.
Dan ini memang kesalahan dari pelaksanaan 5 agenda reformasi.
Sesungguhnya demokratisasi tanpa penegakan hukum sama seperti obat
placebo.
Tanpa hukum masyarakat tidak bisa menjemput haknya.
Pelayanan publik menjadi
13 matches
Mail list logo