[Keuangan] Lima Alasan Kenapa Century Berdampak Sistemik
Lima Alasan Kenapa Century Berdampak Sistemik http://www.infobanknews.com/index.php?mib=mib_news.detailid=960 Tanggal: 10 Desember 2009 Sumber: infobanknews.com Jangan sampai, politisasi terhadap penyehatan bank akan membuat pengambil keputusan takut mengambil keputusan jika ada bank yang ukurannya lebih besar mengalami kegagalan. Biro Riset Infobank Kasus Bank Century menimbulkan pertanyaan apakah berdampak sistemik atau tidak jika diputuskan untuk ditutup pada November 2008 lalu? Kita lihat dampak pertama, yaitu kondisi sistem pembayaran. Sistem pembayaran boleh jadi berjalan normal, namun dengan gejala segmentasi di pasar uang antarbank (PUAB) yang makin meluas. Bukan hanya itu. Terdapat potensi kerentanan apabila terjadi flight to quality atau capital outflow yang mengakibatkan bank-bank menengah-kecil akan mengalami kesulitan likuditas. Bahkan, terdapat 18 bank yang berpotensi mengalami kesulitan likuiditas bila hal tersebut terjadi. Di sisi lain, ada lima bank yang memiliki karakteristik mirip Bank Century diduga akan mengalami kesulitan likuiditas. Kepanikan seperti itu membuat bank-bank cenderung menahan likuiditas, baik rupiah maupun valuta asing (valas), untuk keperluan likuiditasnya masing-masing. Kondisi seperti ini akan membahayakan bank-bank yang tidak memiliki kekuatan likuiditas yang cukup. Lebih mengerikan lagi, jika kemudian muncul rumor atau berita negatif mengenai kegagalan bank dalam settlement kliring/real time gross settlement (RTGS), hal ini akan dengan cepat memicu terjadinya kepanikan di kalangan masyarakat dan berpotensi menimbulkan bank run. Disebut-sebut, dari 23 bank tersebut ada Rp30 triliun yang berpotensi fligt to quality. Dari jumlah itu, ada sekitar Rp18 triliun yang akan menjadi beban LPS jika dilakukan penutupan. Kedua, dampak terhadap pasar keuangan. Ketika itu, situasi pasar keuangan masih relatif labil dalam menyerap berita-berita negatif. Waktu itu terdapat potensi sentimen negatif di pasar keuangan, terutama dalam kondisi pasar yang sangat rentan terhadap berita-berita yang dapat merusak kepercayaan terhadap pasar keuangan. Ketiga, dampak kepercayaan publik atau psikologis pasar. Penutupan bank dapat menambah ketidakpastian pada pasar domestik dan diyakini dapat berakibat fatal pada psikologi pasar yang sedang sensitif. Pada waktu itu rumor kalah kliring dan situasi rawan fligt to quality sedang terjadi dengan isu-isu bank kekurangan likuiditas dan negera-negara tetangga menerapkan kebijkan penjaminan 100%. Psikologi pasar inilah yang bisa memorak-porandakan sistem keuangan, kendati bank tersebut berukuran kecil. Keempat, berdampak pada bank lain. Jujur, harus diakui, jika dilihat dari peran bank memang tidak signifikan dalam hal fungsinya sebagai lembaga intermediasi atau pemberian kredit, ukuran bank, substitutability, dan keterkaitan dengan bank atau lembaga keuangan lain. Namun, dari sisi jumlah nasabah dan jaringan kantor cabang, bank ini termasuk memiliki jumlah nasabah yang cukup besar (65.000 nasabah) dan jaringan cukup luas di seluruh Indonesia dengan 65 kantor. Itu artinya, dalam kondisi pasar yang normal, jika bank ini ditutup, diperkirakan relatif tidak akan menimbulkan dampak sistemik bagi bank lain. Namun, dalam kondisi pasar yang saat itu cenderung rentan terhadap berita-berita negatif, penutupan bank berpotensi menimbulkan contagion effect berupa upaya rush terhadap bank-bank lain, terutama peer banks atau bank yang lebih kecil. Situasinya ketika itu sedang terjadi penurunan kepercayaan masyarakat akibat psikologi pasar yang tidak menentu. Bahkan, akan menimbulkan kekacauan yang lebih besar dan dapat menyeret bank-bank lain. Kelima, kondisi sektor riil dan sistem keuangan. Saat itu, menurut data-data, kondisi sistem keuangan mengalami tekanan sejalan dengan kondisi ekonomi dan keuangan global yang terus memburuk. Hal yang sama juga terjadinya penurunan cadangan devisa dan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Namun, karena perannya pada pemberian kredit terhadap sektor riil tidak signifikan, kegagalan bank ini memiliki dampak yang relatif terbatas terhadap sektor riil Nah, jika memperhatikan kenyataan pada November 2008, permasalahan yang terjadi pada Bank Century berpotensi menimbulkan dampak sistemik, terutama melalui jalur psikologi pasar, sistem pembayaran, dan pasar keuangan. Psikologi pasar bisa merembet ke bank-bank yang lebih besar sehingga menimbulkan kekacauan (rush). Itu artinya, kondisi saat pengambilalihan perlu diperhatikan. Tidak bisa dilihat dari kacamata sekarang ini. Hanya, sialnya, dalam situasi yang sistemik dengan psikologi pasar yang tak menentu, celakanya terjadi pada Bank Century, yang sebelum diambil alih dikelola dengan penuh moral hazard. Penulis yakin, hal yang sama juga akan dilakukan jika terjadi pada bank lain karena memang situasi pada setahun lalu sangat rawan rush. Psikologi masyarakat sangat rentan akan terjadinya bank run.
[Keuangan] Keprihatinan dalam pengambilan kebijakan Bank Century
Oleh H Halide, Guru Besar emeritus (Media Indonesia) Bailout Bank Century dan Akibatnya Selasa, 01 Desember 2009 00:01 WIB 0 Komentar Perhatian publik kini tertuju ke kasus Bank Century. Publik tidak hanya menunggu kiprah Dewan Perwakilan Rakyat untuk menguak misteri kasus Bank Century lewat hak angket, tetapi juga menunggu akankah kasus tersebut bisa dituntaskan. Hal itu penting mengingat kasus itu telah melibatkan sejumlah petinggi negara, bahkan sudah mengakibatkan fragmentasi antarlembaga negara. Sebagai guru besar emeritus yang telah masuk usia tujuh puluhan (club of seventies), saya sangat prihatin terhadap pengambil kebijakan negara dewasa ini. Seyogianya mereka harus tahu bagaimana proses pengelolaan negara yang fokusnya adalah kesejahteraan dan kepentingan rakyat banyak: adil dan makmur. Sebagai pengambil keputusan (decision maker) mereka kadang tidak konsisten dan keputusannya lebih banyak ditentukan oleh faktor intuisi yang subjektif. Padahal bila suatu keputusan dilandasi oleh pengalaman dan fakta, ia akan menjadi lebih objektif apalagi bila dibantu oleh statistical techniques yang sekarang ini makin canggih. Hasil kajian Tim Pencari Fakta bentukan presiden dan hasil investigasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menunjukkan beberapa 'kejanggalan' pada proses keputusan bailout Bank Century. Dasar keputusannya Bank Century adalah bank gagal yang dapat menimbulkan dampak sistemik sehingga menyebabkan instabilitas sistem keuangan nasional dan memerlukan penalangan. Pertanyaannya: apa benar? Bank hasil akuisisi dan merger dari Bank Danpac, CIC, dan Pikko dengan nasabah sebanyak 65.000 orang apakah dapat menimbulkan instabilitas keuangan nasional? Kalaupun terjadi rush, rush ini tentu disebabkan oleh nasabah bank itu sendiri. Logikanya, risiko ditanggung sendiri. Apalagi kerugian yang diderita adalah akibat pelanggaran dan mismanagement pengurus dan pemegang saham. Walaupun demikian, BI (Bank Indonesia) sebagai lender of the last resort harus mencari upaya lebih dahulu. Yang lemah selama ini adalah 'pengawasan BI' antara lain (a) mengapa bank Century tidak dimasukkan ke pengawasan khusus 2005-2008 padahal CAR-nya -132,5%; (b) sewaktu ada pelanggaran BMPK, kenapa BI tidak memberi sanksi pidana bahkan ia malah memberi keringanan sanksi denda atas pelanggaran posisi denda neto. Apa sumbangsih mereka pada perekonomian nasional sehingga mendapat perlakuan khusus? BI seharusnya belajar atas kebijakan BLBI sebesar ñ Rp650 triliun yang belum terselesaikan hingga kini, bahkan BPPN pun tidak berhasil. Apa bank ini memiliki peran penting dan strategis sehingga tim KSSK (BI, Departemen Keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan) yang mengadakan rapat secara intensif pada 13, 14, 17, dan 18 November dan bahkan pada 20 November melakukan rapat hingga pukul 05.30 WIB dan meminta LPS mengucurkan dana sebelum 21 November seolah-olah terjadi keadaan darurat karena terjadi krisis keuangan nasional? Apa kita tidak prihatin pada peristiwa Syahril Sabirin dan Burhanuddin Abdullah akibat kebijakan yang mereka tempuh?
Re: [Keuangan] Century Bailout Higher than Presumed
At 11:36 AM 12/10/2009, you wrote: O iya saya hampir lupa bilang bahwa KALAU Bank Century ditutup maka biaya yang harus dikeluarkan untuk menalangi uang nasabah + administrasi menutup kantor dan mem-PHK pegawai dan lain-lain -- akan memakan biaya sebesar Rp. 5,5 Trilyun. Jadi pertimbangannya begini: - DITUTUP : LPS keluar biaya Rp. 5,5 Trilyun. Tidak ada perolehan asset apa-apa. - DIBAILOUT : LPS keluar biaya Rp. 6,7 Trilyun. Dapat bank yang sudah bersih dan sehat dengan CAR 8% dan sudah bisa mencetak laba, bebas pajak badan hingga 5 tahun, dan sudah bisa dijual LPS dalam 4 tahun ke depan. Bank Mutiara (d/h Bank Century) saat ini memiliki Book Value Rp. 600 Milyar dan Laba Tahunan kira-kira Rp. 200+ Milyar yang tidak perlu dikeluarkan sebagai dividen dan akan diplow back dalam posisi equity. Saya kira secara kalkulasi bisnis, kesimpulannya sudah cukup jelas. http://english.kompas.com/read/xml/2009/12/10/1113085/Century.Bailout.Highehttp://english.kompas.com/read/xml/2009/12/10/1113085/Century.Bailout.Highe r.than.Presumed / Saya bodoh jadi bingung, LPS bilang dengan menyuntik Rp 6,7 T, sebenarnya LPS melakukan penghematan. Saya bodoh karena gagal memahami, bahwa diawal Bank Century konon hanya butuh injeksi Rp. 600 M, tetapi terus membengkak menjadi Rp, 6,7 T, tetapi tetap diaggap sebagai penghematan karena yang dibutuhkan sebenarnya Rp. 7,3T? http://english.kompas.com/read/xml/2009/12/10/1113085/Century.Bailout.Higherhttp://english.kompas.com/read/xml/2009/12/10/1113085/Century.Bailout.Higher .than.Presumed http://www.kontan.co.id/http://www.kontan.co.id/ http://www.kompas.com/data/photo/logo/logo_kontan.gif Thursday, 10 December 2009 | 11:13 AM JAKARTA, KOMPAS.com - The Deposit Insurance Agency (LPS) claimed that the temporary capital funding for PT Bank Century Tbk. was Rp. 6.7 trillion, which was lower than what the bank actually needed.
Re: [Keuangan] Sistemik Versi BPK atau BI yang Benar?
On 10 Dec 2009 at 19:48, Wong Cilik wrote: yang nebelas juga mulainya satu demi satu pak... 1 November 1997 Likuidasi serempak terhadap 16 bank ref: http://www.tempo.co.id/ang/min/02/36/utama3.htm http://www.mail-archive.com/forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com/msg31415.html 2009/12/10 si Nung sinung4mi...@yahoo.com.sg On 10 Dec 2009 at 15:00, Poltak Hotradero wrote: Berbagai kesimpulan inilah yang dibantah keras oleh Darmin dan Sri Mulyani. Dalam tanggapannya ke BPK, BI menegaskan ditambahkannya aspek psikologi pasar mengacu pada pengalaman krisis 1997/1998. Saat itu, penutupan 16 bank yang pangsa pasarnya hanya 2,3 persen dari total aset perbankan, ternyata mengakibatkan dampak berantai yang memicu krisis perbankan. apa apple to apple membndingkan penutupan 1 bank dengan 16 bank ? tia sinung /*-sig- http://www.radarjogja.co.id/berita/internasional/5218-pseudo-democracy-demokrasi-kedoknya-demokrator-muaranya.html http://www.republika.co.id/koran/14/60867/Hari_Jilbab_Dunia_Mengenang_wafatnya_Sahidah_Pembela_Jilbab -sig-*/
Re: [Keuangan] Lima Alasan Kenapa Century Berdampak Sistemik
On 10 Dec 2009 at 1:09, Infobank infobanknews.com wrote: Namun, dari sisi jumlah nasabah dan jaringan kantor cabang, bank ini termasuk memiliki jumlah nasabah yang cukup besar (65.000 nasabah) dan jaringan cukup luas di seluruh Indonesia dengan 65 kantor. nasabah dapat diartikan nasabah DPK (kreditur) dan nasabah debitur 65000 nasabah dibagi 65 kantor rata-rata 1000 nasabah per kantor ? dari total 65000 nasabah, apa berarti sama dengan 65000 rekening DPK ? atau jumlah nomor rekeningnya lebih dari 65000 ? katakanlah ada 65000 nomor rekening DPK, bagaimana struktur nominal per cluster saldo debetnya, (data distribusi simpanan) 0. [saldonihil] s/d [saldo rekening pasif] 1. [saldo rekening pasif] s/d 100 Jt 2. 100 Jt s/d 200 Jt 3. 200 Jt s/d 1 M 4. 1 M s/d 2 M 5. 2 M s/d 5 M 6. 5 M tia sinung ref : http://www.lps.go.id/v2/home.php?link=newsnews_id=76 http://www.lps.go.id/v2/home.php?link=publikasitp=Data%20Distribusi%20Simpanan http://www.tempo.co.id/hg/ekbis/2004/04/25/brk,20040425-13,id.html /*-sig- http://www.radarjogja.co.id/berita/internasional/5218-pseudo-democracy-dem okrasi-kedoknya-demokrator-muaranya.html http://www.republika.co.id/koran/14/60867/Hari_Jilbab_Dunia_Mengenang_wafa tnya_Sahidah_Pembela_Jilbab -sig-*/ On 10 Dec 2009 at 1:09, Infobank infobanknews.com wrote: Namun, dari sisi jumlah nasabah dan jaringan kantor cabang, bank ini termasuk memiliki jumlah nasabah yang cukup besar (65.000 nasabah) dan jaringan cukup luas di seluruh Indonesia dengan 65 kantor. nasabah dapat diartikan nasabah DPK (kreditur) dan nasabah debitur 65000 nasabah dibagi 65 kantor rata-rata 1000 nasabah per kantor ? dari total 65000 nasabah, apa berarti sama dengan 65000 rekening DPK ? atau jumlah nomor rekeningnya lebih dari 65000 ? katakanlah ada 65000 nomor rekening DPK, bagaimana struktur nominal per cluster saldo debetnya, (data distribusi simpanan) 0. 0 s/d [saldo rekening pasif] 1. [saldo rekening pasif]s/d 100 Jt 2. 100 Jt s/d 200 Jt 3. 200 Jt s/d 1 M 4. 1 M s/d 2 M 5. 2 M s/d 5 M 6. 5 M tia sinung ref : http://www.lps.go.id/v2/home.php?link=newsnews_id=76 http://www.lps.go.id/v2/home.php?link=publikasitp=Data%20Distribusi%20Sim panan /*-sig- http://www.radarjogja.co.id/berita/internasional/5218-pseudo-democracy-dem okrasi-kedoknya-demokrator-muaranya.html http://www.republika.co.id/koran/14/60867/Hari_Jilbab_Dunia_Mengenang_wafa tnya_Sahidah_Pembela_Jilbab -sig-*/
[Keuangan] Waduh, Investor Ternyata Hindari Indonesia
kalau investor (asing) menghindari indonesia, padahal menurut berita di kontan investasi adalah kunci kemajuan ekonomi, maka apakah itu artinya ekonomi indonesia ngga bakal maju ? apakah sesimpel itu, masalah dan kesimpulannya ? *BR, ari.ams* artikel asli: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/12/09/05154697/waduh.investor.ternyata.hindari.indonesia /Home/Bisnis Keuangan/Ekonomi Waduh, Investor Ternyata Hindari Indonesia RABU, 9 DESEMBER 2009 | 05:15 WIB *JAKARTA, KOMPAS.com *- Uni Eropa meluncurkan hasil studi yang mengungkapkan hambatan- hambatan sekaligus peluang dalam peningkatan hubungan ekonomi UE-Indonesia. Untuk meningkatkan relasi ekonomi, UE akan menghibahkan 30 juta euro untuk Indonesia. Demikian terungkap dalam jumpa pers dengan Duta Besar/Kepala Delegasi Uni Eropa, Julian Wilson di Jakarta, Selasa (8/12). Ketua Kamar Dagang Eropa (EuroCham) Clifford D Rees dan Wakil Ketua Kadin Chris Kanter juga hadir dalam kesempatan itu. Hasil kajian tersebut menyimpulkan bahwa hambatan dalam perluasan hubungan perdagangan EU-Indonesia, antara lain, kurangnya fasilitas penunjang perdagangan. Hal ini antara lain terlihat dari lambatnya sistem administrasi di Bea dan Cukai. Indonesia juga memiliki sistem tarif yang tidak menentu dan berpotensi membawa ketidakpastian. Masalah lain adalah standar dan regulasi teknis yang belum memenuhi standar internasional. Aturan-aturan dari pemerintah juga tidak jelas. Ini belum bicara tentang infrastruktur di Indonesia yang lemah, yang justru amat perlu untuk menunjang perkembangan perdagangan. Investor asing sebelumnya juga mengeluhkan aliran listrik yang sering hidup-mati. Pelabuhan-pelabuhan di Indonesia juga tergolong ketinggalan jika dibandingkan dengan pelabuhan di negara tetangga yang sudah berstandar internasional. Sejumlah jaringan jalan di Indonesia berada dalam kondisi berlubang-lubang, demikian pula akses ke pelabuhan yang sarat dengan jejalan angkutan peti kemas. Masalah lain adalah pembatasan peran investor asing untuk berbisnis di sektor tertentu. Ada juga masalah pengontrolan atas impor komoditas tertentu. *Bisa diubah* Berbagai kendala itu barangkali bisa menjelaskan mengapa Eropa justru memiliki hubungan dagang dan perdagangan yang lebih besar dengan negara-negara tetangga Indonesia, kata Wilson. Situasi itu bisa diubah. Masalah Uni Eropa tetap melihat prospek Indonesia ke depan, apalagi jika Indonesia bersedia melakukan reformasi dalam aturan main bisnis dan bersedia memperbaiki iklim investasi. Ini diperlukan untuk memperdalam basis perdagangan, jasa, dan Investasi antara UE dan Indonesia, kata Wilson. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dalam kesempatan tersebut mengatakan, Pemerintah akan memfokuskan upaya menyelesaikan isu-isu yang ada serta hambatan-hambatan. Sementara itu, Chris Kanter mengatakan, eksportir belum sepenuhnya mengkaji apa sebenarnya hambatan-hambatan yang merintangi kemajuan perdagangan EU dan Indonesia. Clifford D Rees mengatakan, dengan adanya banyak dialog dan pertemuan di antara kedua pihak akan dapat memberikan informasi lebih banyak kepada para investor di Eropa yang terkadang merasa kekurangan informasi mengenai Indonesia. *Mitra dagang* UE adalah mitra dagang Indonesia terbesar keempat. Nilai perdagangan kedua pihak sebesar 20 miliar euro pada tahun 2008 atau 10 persen dari jumlah perdagangan eksternal Indonesia. Untuk produk nonmigas, EU adalah mitra dagang kedua terbesar setelah Jepang. Porsinya mencapai 13 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia pada tahun 2008. EU juga merupakan sumber investasi asing langsung terbesar ketiga di Indonesia. Untuk meningkatkan hubungan ekonomi dengan Indonesia, UE akan memberi hibah 30 juta euro untuk empat tahun mendatang kepada Indonesia. Sebesar 15 juta euro akan dialokasikan untuk meningkatkan kemampuan ekspor Indonesia dalam mengakses pasar UE dan pasar penting lainnya. Pendanaan ini akan membiayai peningkatan kapasitas Indonesia soal standar-standar kebersihan, teknis dan lainnya. Sebanyak 15 juta euro lagi akan digunakan untuk memfasilitasi kerja sama UE-Indonesia agar bisa mendukung proses reformasi ekonomi yang berkesinambungan di Indonesia, ujar Wilson. UE juga ingin agar Indonesia meningkatkan transparansi serta memperbaiki peraturan soal kekayaan intelektual, ilmu pengetahuan dan teknologi. *(JOE)* *Editor: tof* *Sumber : Kompas Cetak* * artikel media lain yang setipe* okezone http://economy.okezone.com/read/2009/12/09/20/283535/kepercayaan-investor-di-ri-memudar kontan http://www.kontan.co.id/index.php/nasional/news/26514/Boediono-Investasi-Kunci-Kemajuan-Ekonomi -- - save a tree.. please don't print this email unless you really need to [Non-text portions of this message have been removed] = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join
Re: [Keuangan] Sistemik Versi BPK atau BI yang Benar?
Yup, 16 bank dilikuidasi serempak karena desakan IMF (kulminasi). Sebelumnya ada PROSES bantuan KLBI maupun rumor-rumor kongkalikong Bank-bank yang 'dekat' dengan penguasa (baik pelanggaran BMPK, sampai juga KLBI yang gara-gara valas). Siapa yang berani jamin bahwa penutupan satu CIC di tahun 2008 tidak akan menjadikan penutupan 16 bank lainnya secara serempak di tahun 2009? Yang jelas penutupan 16 bank di tahun 97 justru menambah kepanikan dan rush masyarakat sampai meningkatkan jumlah BLBI bank-bank lainnya. 2009/12/10 si Nung sinung4mi...@yahoo.com.sg On 10 Dec 2009 at 19:48, Wong Cilik wrote: yang nebelas juga mulainya satu demi satu pak... 1 November 1997 Likuidasi serempak terhadap 16 bank ref: http://www.tempo.co.id/ang/min/02/36/utama3.htm http://www.mail-archive.com/forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com/msg31415.html 2009/12/10 si Nung sinung4mi...@yahoo.com.sg [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Waduh, Investor Ternyata Hindari Indonesia
Ada kasus yang bener2 lagi hangat mas,mengenai pelaksanaan PerDJP No. 61 dan 62 kalau tidak salah ingat nomornya. Di dalam peraturan tersebut, disebutkan bahwa untuk dapat menikmati tarif berdasarkan tax treaty, investor wajib menyerahkan Form DGT1 dan DGT2 yang sudah diverifikasi oleh otoritas pajak tempat mereka berdomisili (Form COD), sebelum tanggal pelaporan pajak di bulan berikutnya. Ini sulit sekali kalau tidak mau dibilang mustahil sama sekali untuk direalisasikan. Artinya, return yang didapat dari investasi di Indonesia akan dikenakan tarif tertinggi yakni 20%. Saya yakin, orang akan berpikir atau minimal berhitung ulang untuk berinvestasi di Indonesia. Salam ryan 2009/12/10 anton ms wardhana ari.am...@gmail.com kalau investor (asing) menghindari indonesia, padahal menurut berita di kontan investasi adalah kunci kemajuan ekonomi, maka apakah itu artinya ekonomi indonesia ngga bakal maju ? apakah sesimpel itu, masalah dan kesimpulannya ? *BR, ari.ams* artikel asli: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/12/09/05154697/waduh.investor.ternyata.hindari.indonesia /Home/Bisnishttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/12/09/05154697/waduh.investor.ternyata.hindari.indonesia%0A/Home/Bisnis Keuangan/Ekonomi Waduh, Investor Ternyata Hindari Indonesia RABU, 9 DESEMBER 2009 | 05:15 WIB *JAKARTA, KOMPAS.com *- Uni Eropa meluncurkan hasil studi yang mengungkapkan hambatan- hambatan sekaligus peluang dalam peningkatan hubungan ekonomi UE-Indonesia. Untuk meningkatkan relasi ekonomi, UE akan menghibahkan 30 juta euro untuk Indonesia. Demikian terungkap dalam jumpa pers dengan Duta Besar/Kepala Delegasi Uni Eropa, Julian Wilson di Jakarta, Selasa (8/12). Ketua Kamar Dagang Eropa (EuroCham) Clifford D Rees dan Wakil Ketua Kadin Chris Kanter juga hadir dalam kesempatan itu. Hasil kajian tersebut menyimpulkan bahwa hambatan dalam perluasan hubungan perdagangan EU-Indonesia, antara lain, kurangnya fasilitas penunjang perdagangan. Hal ini antara lain terlihat dari lambatnya sistem administrasi di Bea dan Cukai. Indonesia juga memiliki sistem tarif yang tidak menentu dan berpotensi membawa ketidakpastian. Masalah lain adalah standar dan regulasi teknis yang belum memenuhi standar internasional. Aturan-aturan dari pemerintah juga tidak jelas. Ini belum bicara tentang infrastruktur di Indonesia yang lemah, yang justru amat perlu untuk menunjang perkembangan perdagangan. Investor asing sebelumnya juga mengeluhkan aliran listrik yang sering hidup-mati. Pelabuhan-pelabuhan di Indonesia juga tergolong ketinggalan jika dibandingkan dengan pelabuhan di negara tetangga yang sudah berstandar internasional. Sejumlah jaringan jalan di Indonesia berada dalam kondisi berlubang-lubang, demikian pula akses ke pelabuhan yang sarat dengan jejalan angkutan peti kemas. Masalah lain adalah pembatasan peran investor asing untuk berbisnis di sektor tertentu. Ada juga masalah pengontrolan atas impor komoditas tertentu. *Bisa diubah* Berbagai kendala itu barangkali bisa menjelaskan mengapa Eropa justru memiliki hubungan dagang dan perdagangan yang lebih besar dengan negara-negara tetangga Indonesia, kata Wilson. Situasi itu bisa diubah. Masalah Uni Eropa tetap melihat prospek Indonesia ke depan, apalagi jika Indonesia bersedia melakukan reformasi dalam aturan main bisnis dan bersedia memperbaiki iklim investasi. Ini diperlukan untuk memperdalam basis perdagangan, jasa, dan Investasi antara UE dan Indonesia, kata Wilson. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dalam kesempatan tersebut mengatakan, Pemerintah akan memfokuskan upaya menyelesaikan isu-isu yang ada serta hambatan-hambatan. Sementara itu, Chris Kanter mengatakan, eksportir belum sepenuhnya mengkaji apa sebenarnya hambatan-hambatan yang merintangi kemajuan perdagangan EU dan Indonesia. Clifford D Rees mengatakan, dengan adanya banyak dialog dan pertemuan di antara kedua pihak akan dapat memberikan informasi lebih banyak kepada para investor di Eropa yang terkadang merasa kekurangan informasi mengenai Indonesia. *Mitra dagang* UE adalah mitra dagang Indonesia terbesar keempat. Nilai perdagangan kedua pihak sebesar 20 miliar euro pada tahun 2008 atau 10 persen dari jumlah perdagangan eksternal Indonesia. Untuk produk nonmigas, EU adalah mitra dagang kedua terbesar setelah Jepang. Porsinya mencapai 13 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia pada tahun 2008. EU juga merupakan sumber investasi asing langsung terbesar ketiga di Indonesia. Untuk meningkatkan hubungan ekonomi dengan Indonesia, UE akan memberi hibah 30 juta euro untuk empat tahun mendatang kepada Indonesia. Sebesar 15 juta euro akan dialokasikan untuk meningkatkan kemampuan ekspor Indonesia dalam mengakses pasar UE dan pasar penting lainnya. Pendanaan ini akan membiayai peningkatan kapasitas Indonesia soal standar-standar kebersihan, teknis dan lainnya. Sebanyak 15 juta euro lagi akan
Re: [Keuangan] Lima Alasan Kenapa Century Berdampak Sistemik
At 08:22 PM 12/10/2009, you wrote: On 10 Dec 2009 at 1:09, Infobank infobanknews.com wrote: Namun, dari sisi jumlah nasabah dan jaringan kantor cabang, bank ini termasuk memiliki jumlah nasabah yang cukup besar (65.000 nasabah) dan jaringan cukup luas di seluruh Indonesia dengan 65 kantor. nasabah dapat diartikan nasabah DPK (kreditur) dan nasabah debitur 65000 nasabah dibagi 65 kantor rata-rata 1000 nasabah per kantor ? dari total 65000 nasabah, apa berarti sama dengan 65000 rekening DPK ? atau jumlah nomor rekeningnya lebih dari 65000 ? katakanlah ada 65000 nomor rekening DPK, bagaimana struktur nominal per cluster saldo debetnya, (data distribusi simpanan) 0. [saldonihil] s/d [saldo rekening pasif] 1. [saldo rekening pasif] s/d 100 Jt 2. 100 Jt s/d 200 Jt 3. 200 Jt s/d 1 M 4. 1 M s/d 2 M 5. 2 M s/d 5 M 6. 5 M Dalam hal-hal yang terkait dengan keuangan, kita tidak bisa mengasumsikan pembagian berdasarkan distribusi normal. Ini pernah dikemukakan oleh Naseem Nicholas Taleb dalam bukunya: Fooled by Randomness. Prinsip ini pula yang kemudian mendasari apa yang ditulis Taleb dalam buku berikutnya: Black Swan. Jumlah orang menabung, jumlah tabungan, distribusi atas kantor -- semuanya terdistribusi berdasarkan pola network sosial yang spesifik dari suatu institusi ke institusi dan dari individu ke individu. Coba anda pikirkan kembali, apa pernah anda menabung / menyimpan uang semata-mata secara random? apa iya teman-teman dan orang di sekitar anda juga menyimpan uang secara random? Tentu saja tidak. Selalu ada pola spesifik. Itu sebabnya asumsi 65000 nasabah dibagi jumlah kantor cabang akan bersifat meaningless... Tidak berarti apa-apa. Distribusi berdasakan tingkat besaran tabungan juga tidak akan menggambarkan apa-apa (dan strukturnya akan selalu dinamis). Yang bisa menjadi pegangan tentunya adalah data mentah dari LPS, yang memang menggambarkan bahwa dana masyarakat yang harus ditalangi oleh LPS dan biaya penutupan lainnya bila Bank Century ditutup adalah sebesar Rp. 5,5 Trilyun.
Re: [Keuangan] Waduh, Investor Ternyata Hindari Indonesia
At 10:17 AM 12/11/2009, you wrote: terima kasih mas ryan dan lae poltak, jadi memang sebenarnya kita sendirilah yang membuat calon investor asing ini menjauh.. bisa jadi karena alasan nasionalisme yang entah bagaimana mereka mendefiniskan itu.. bisa jadi juga karena alasan lain.. Dalam pandangan saya, ada nuansa semangat anti-kompetisi sekaligus bertindak monopolistis, yang ujungnya berharap pengelolaan SDA jatuh ke tangan-tangan tertentu saja. Pendek kata: mental pemburu rente... ya itu satu masalah, bahwa ada aturan2 yang justru menghambat investasi asing masuk. tetapi sebenarnya, seberapa hebat kah investasi asing mendorong perekonomian suatu negara ? tidak bisakah investasi dalam negeri menggantikannya ? Kalau mau lihat cerita sukses-nya ya lihat China. Investor-investor asing adalah entitas yang berkontribusi pada setidaknya 40% dari seluruh nilai ekspor China, mempekerjakan setidaknya 40 Juta orang di berbagai SEZ - dan berkontribusi sangat besar pada produktivitas. Mengapa saya khusus katakan produktivitas? Karena sistem perbankan di China masih dominan dikuasai Bank BUMN, dan perbankan BUMN ini lebih condong menyalurkan kredit mereka ke sesama BUMN ataupun perusahaan terafiliasi dengan pemerintah daerah. Sebagai akibatnya, perusahaan swasta di China mengalami kekurangan akses modal - dan menjadi tergantung pada investor asing yang memang bukan cuma menyediakan modal - tetapi juga skill dan akses pasar di luar negeri. Coba kita lihat data yang saya sebut di atas -- bila memang pekerja yang bekerja di perusahaan luar negeri di dalam China jumlahnya cuma sekitar 40 Juta orang -- tetapi bisa berkontribusi pada 40% nilai ekspor -- jelas berarti bahwa yang 40 Juta orang tersebut punya produktivitas yang luar biasa tinggi dibandingkan dengan hasil kerja ratusan juta orang lainnya yang berkontribusi pada sisa 60% ekspor. China memang unik - karena yang produktivitasnya tinggi -- memiliki angka produktivitas yang luar biasa tinggi, sementara yang produktivitasnya rendah (umumnya BUMN dan perusahaan daerah) minta ampun sedemikian rendah produktivitasnya (padahal sudah didorong pakai kemudahan kredit dari BUMN). dengan asumsi jumlah investasian sama besarnya, dimana investor dalam negeri jumlah uang per investor tidak terlalu signifikan tetapi bisa jadi membuka 1000 perusahaan menengah baru (sedang kalo asing yang dananya besar bisa jadi membuka 10 perusahaan besar) --ini contoh aja-- kira2 apakah efek pertumbuhan ekonomi yang dihasilkannya berbeda ? Kita hanya bisa melihatnya secara agregat. Gambaran sederhananya begini: Di Indonesia ICOR (Incremental Capital Output Ratio) atau nisbah pertumbuhan dan investasi adalah sekitar 4,5. Ini berarti untuk memperoleh pertumbuhan Rp. 1 diperlukan modal sebesar Rp. 4,5. Nah sekarang kita coba hitung berapa yang Indonesia butuhkan supaya bisa bertumbuh 7% misalnya. PDB Indonesia saat ini besarnya sebesar Rp. 5000 Trilyun. Bertumbuh 7% (secara riil) berarti mengalami pertumbuhan sebesar Rp. 350T. Dengan ICOR 4,5x berarti modal yang diperlukan adalah sebesar Rp. 1575T per tahun. Nah, sekarang kita lihat, sumber pendanaan apa yang paling besar di Indonesia? Ternyata adalah kredit perbankan. Berapa besarnya? Ternyata cuma Rp. 1400T dan bahan mentah sumber pendanaan ini adalah angka akumulasi tahunan dari tabungan masyarakat. (makanya saya masih heran juga kalau ada yang menganggap menyelamatkan perbankan itu tidak perlu...) (CATATAN: Dan kredit itu pun kebanyakan untuk kredit konsumsi dibandingkan kredit investasi ataupun kredit modal kerja). Jelas ini berarti nggak cukup, sehingga kita harus membuka sumber modal eksternal untuk memenuhi sisanya. Dan bila kita melihat bahwa angka 7% tersebut bersifat compounded -- maka semakin lama akan semakin besar selisihnya sehingga dalam suatu rentang normal pembangunan (semisal 5 tahun) -- suka atau tidak suka kita memang harus membuka pintu terhadap modal asing. Itupun kalau memang masih ingin bisa bertumbuh 7%... Kalau mau tumbuh double digit - ya bisa ditebak harus ngapain (dan juga menjadi jawaban kenapa China menjadi tempat tujuan FDI terbesar di dunia). Kenapa angka ICOR kita 4,5x? Karena produktivitas modal di Indonesia relatif rendah. Di Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan pada masa puncak pertumbuhan mereka -- ICOR ra-rata-nya cuma sekitar 3,2x -- jadi mereka bisa bertumbuh dengan cepat secara lebih efisien. Bagaimana memperkecil angka ICOR kita? Kalau melihat tulisan saya di atas tentang investasi asing di China -- ya jawabannya sudah cukup jelas yaitu lewat peningkatan produktivitas.
[Keuangan] [Fwd: Re: [cfbe] OOT Sehari Bersama Massa Demo Bayaran]
Original Message Subject: Re: [cfbe] OOT Sehari Bersama Massa Demo Bayaran From:Nanang nanan...@yahoo.com Date:Fri, December 11, 2009 8:59 am To: c...@yahoogroups.com -- rejeki memang bisa darimana saja :), saya belum tahu apakah fikihnya memperoleh duit dari kegiatan seperti ini, nampaknya NU dan Muhammadiyah perlu memasukan dalam buku fikih mereka hehehe... email: nanan...@yahoo.com http://ahmadrizali.com --- On Thu, 12/10/09, Eko Purwono purwono...@yahoo.com wrote: From: Eko Purwono purwono...@yahoo.com Subject: [cfbe] OOT Sehari Bersama Massa Demo Bayaran To: c...@yahoogroups.com Date: Thursday, December 10, 2009, 1:57 PM Â Mohon maaf bagi Anda yang sudah membacanya. (EP) Sehari Bersama Massa Demo Bayaran http://id.news. yahoo.com/ viva/20091210/ tpl-sehari- bersama-massa- demo-bayaran- fa55e98.html By Elin Yunita Kristanti, Eko Huda S - Kamis, 10 Desember Sehari Bersama Massa Demo Bayaran VIVAnews - Tak semua orang yang mengikuti aksi hari antikorupsi Rabu 9 Desember 2009 terpanggil untuk menyuarakan semangat antikorupsi. Diantara ribuan peserta, ada juga massa demo bayaran. Orang-orang ini 'terorganisir' secara profesional. Seperti halnya massa yang berasal dari Jalan Tendean, kawasan Mampang. Umumnya mereka tidak tahu apa yang mereka perjuangkan kemarin. Namun mereka bertindak layaknya 'aktivis' antikorupsi. Pemantauan VIVAnews, massa yang terdiri dari beberapa remaja ini tiba-tiba muncul dari sebuah gang di dekat stasiun pompa bensin milik perusahaan asing, Shell pada pukul 9. 30 WIB. Mereka berkumpul di pinggir jalan dengan membawa pengeras suara (megaphone), seikat belahan bambu, satu bendel poster, dan spanduk sebagai perangkat aksi. Tak berselang lama, sebuah metromini menghampiri mereka. Mereka pun naik dan berhenti di sebuah warteg, di samping pompa bensin Shell. Ternyata di sana sebagian massa sudah menunggu. Sang koordinator, Surip segera mengecek kesiapan semua anggotanya. Hitung dulu, sudah pas 35 atau belum, kata surip memerintah salah satu anggotanya. Ternyata, setelah dihitung, jumlah anggotanya hanya 27 orang, kurang 8 orang dari jatah yang seharusnya, yakni 35 orang. Wartawan VIVAnews pun menawarkan diri untuk ikut dalam rombongan untuk menambah jumlah kuota itu. Namun, mereka tak begitu saja menerima. Nanti saja, kita cari orang di sini dulu. Kalau tetap kurang nanti kamu boleh ikut, kata Surip. Tetapi, setelah beberapa saat ditunggu, kuota itu tidak terpenuhi, sehingga wartawan VIVAnews diperbolehkan ikut dalam rombongan. Peserta masih saja kurang, Surip lalu mengambil beberapa orang pedagang asongan dan pengamen di kawasan lampu merah Mampang Prapatan. Dalam perjalanan, di dalam metro mini, sang koordinator, Surip memberikan penjelasan pendek kepada anggotanya. Kita akan berdemo di (Istana) Wapres. Memperingati hari korupsi dan soal Bank Century, jelasnya singkat. Namun penjelasan sang koordinator tidak begitu dihiraukan anggotanya. Mereka malah asyik berbincang satu sama lain. Dalam salah satu pembicaraan, terungkap bahwa mereka mendapatkan bayaran. Namun, belum jelas berapa uang yang dijanjikan. Nanti saja setelah pulang minta kepada Surip, kata salah seorang dari mereka, ketika ditanya berapa bayaran yang akan diterima. Kelompok Surip ternyata tidak sendirian dalam aksinya. Di depan Istana Wapres, mereka bergabung dengan massa dari kawasan Pasar Minggu dan elemen mahasiswa. Ketiga kelompok ini melakukan koordinasi untuk mempersiapkan aksi. Terlihat, Surip berkumpul dengan beberapa pimpinan dari elemen mahasiswa dan pimpinan massa dari Pasar Minggu. Disaat melakukan aksi di depan Istana Wapres, VIVAnews mencoba bertanya kembali kepada beberapa anggota aksi mengenai besaran bayaran yang mereka terima. Salah satu peserta Dayat, dari Pasar Minggu mengaku mendapatkan bayaran Rp 20.000 dari sang koordinator. Lumayan 20 ribu. Tapi nanti dibayarnya setelah demo, waktu balik, kata Dayat yang sehari-hari menarik odong-odong. Dayat dan beberapa temannya mengaku tidak tahu dan tidak mempedulikan isu dalam demonstrasi itu. Yang dia tahu, hanya sebatas arahan singkat dari koordinator. Yang saya tahu tentang korupsi. Itu aja, kata dia. Yang penting ikut aja, dapat duit. Dari pada di rumah nggak dapat duit, tambah dia. Dayat yang sempat diwawancarai wartawan sebuah stasiun TV 'gagal' unjuk diri sebagai aktivis antikorupsi. Dia bahkan tidak tahu tokoh-tokoh seperti Boediono dan Sri Mulyani yang disebut-sebut dalam orasi, dua nama yang mereka demo. Kalau Pak Boediono tahu, Wapres. Kalau yang Sri, nggak ngerti saya, kata Dayat. http://id.news. yahoo.com/ viva/20091210/ tpl-sehari-Â _ _ _ _ _ _ Dapatkan nama yang Anda sukai! Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail. com. http://mail. promotions. yahoo.com/ newdomains/ id/ [Non-text portions of this message have been
Re: [Keuangan] [Fwd: Re: [cfbe] OOT Sehari Bersama Massa Demo Bayaran]
Tadi malam dibahas kok masalah ini. Lupa di Metro atau TV One. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Nugroho Dewanto ndewa...@mail.tempo.co.id Date: Fri, 11 Dec 2009 12:34:40 To: ajis...@yahoogroups.com; mediac...@yahoogroups.com; ppiin...@yahoogroups.com; ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com Subject: [Keuangan] [Fwd: Re: [cfbe] OOT Sehari Bersama Massa Demo Bayaran] Original Message Subject: Re: [cfbe] OOT Sehari Bersama Massa Demo Bayaran From:Nanang nanan...@yahoo.com Date:Fri, December 11, 2009 8:59 am To: c...@yahoogroups.com -- rejeki memang bisa darimana saja :), saya belum tahu apakah fikihnya memperoleh duit dari kegiatan seperti ini, nampaknya NU dan Muhammadiyah perlu memasukan dalam buku fikih mereka hehehe... email: nanan...@yahoo.com http://ahmadrizali.com --- On Thu, 12/10/09, Eko Purwono purwono...@yahoo.com wrote: From: Eko Purwono purwono...@yahoo.com Subject: [cfbe] OOT Sehari Bersama Massa Demo Bayaran To: c...@yahoogroups.com Date: Thursday, December 10, 2009, 1:57 PM Â Mohon maaf bagi Anda yang sudah membacanya. (EP) Sehari Bersama Massa Demo Bayaran http://id.news. yahoo.com/ viva/20091210/ tpl-sehari- bersama-massa- demo-bayaran- fa55e98.html By Elin Yunita Kristanti, Eko Huda S - Kamis, 10 Desember Sehari Bersama Massa Demo Bayaran VIVAnews - Tak semua orang yang mengikuti aksi hari antikorupsi Rabu 9 Desember 2009 terpanggil untuk menyuarakan semangat antikorupsi. Diantara ribuan peserta, ada juga massa demo bayaran. Orang-orang ini 'terorganisir' secara profesional. Seperti halnya massa yang berasal dari Jalan Tendean, kawasan Mampang. Umumnya mereka tidak tahu apa yang mereka perjuangkan kemarin. Namun mereka bertindak layaknya 'aktivis' antikorupsi. Pemantauan VIVAnews, massa yang terdiri dari beberapa remaja ini tiba-tiba muncul dari sebuah gang di dekat stasiun pompa bensin milik perusahaan asing, Shell pada pukul 9. 30 WIB. Mereka berkumpul di pinggir jalan dengan membawa pengeras suara (megaphone), seikat belahan bambu, satu bendel poster, dan spanduk sebagai perangkat aksi. Tak berselang lama, sebuah metromini menghampiri mereka. Mereka pun naik dan berhenti di sebuah warteg, di samping pompa bensin Shell. Ternyata di sana sebagian massa sudah menunggu. Sang koordinator, Surip segera mengecek kesiapan semua anggotanya. Hitung dulu, sudah pas 35 atau belum, kata surip memerintah salah satu anggotanya. Ternyata, setelah dihitung, jumlah anggotanya hanya 27 orang, kurang 8 orang dari jatah yang seharusnya, yakni 35 orang. Wartawan VIVAnews pun menawarkan diri untuk ikut dalam rombongan untuk menambah jumlah kuota itu. Namun, mereka tak begitu saja menerima. Nanti saja, kita cari orang di sini dulu. Kalau tetap kurang nanti kamu boleh ikut, kata Surip. Tetapi, setelah beberapa saat ditunggu, kuota itu tidak terpenuhi, sehingga wartawan VIVAnews diperbolehkan ikut dalam rombongan. Peserta masih saja kurang, Surip lalu mengambil beberapa orang pedagang asongan dan pengamen di kawasan lampu merah Mampang Prapatan. Dalam perjalanan, di dalam metro mini, sang koordinator, Surip memberikan penjelasan pendek kepada anggotanya. Kita akan berdemo di (Istana) Wapres. Memperingati hari korupsi dan soal Bank Century, jelasnya singkat. Namun penjelasan sang koordinator tidak begitu dihiraukan anggotanya. Mereka malah asyik berbincang satu sama lain. Dalam salah satu pembicaraan, terungkap bahwa mereka mendapatkan bayaran. Namun, belum jelas berapa uang yang dijanjikan. Nanti saja setelah pulang minta kepada Surip, kata salah seorang dari mereka, ketika ditanya berapa bayaran yang akan diterima. Kelompok Surip ternyata tidak sendirian dalam aksinya. Di depan Istana Wapres, mereka bergabung dengan massa dari kawasan Pasar Minggu dan elemen mahasiswa. Ketiga kelompok ini melakukan koordinasi untuk mempersiapkan aksi. Terlihat, Surip berkumpul dengan beberapa pimpinan dari elemen mahasiswa dan pimpinan massa dari Pasar Minggu. Disaat melakukan aksi di depan Istana Wapres, VIVAnews mencoba bertanya kembali kepada beberapa anggota aksi mengenai besaran bayaran yang mereka terima. Salah satu peserta Dayat, dari Pasar Minggu mengaku mendapatkan bayaran Rp 20.000 dari sang koordinator. Lumayan 20 ribu. Tapi nanti dibayarnya setelah demo, waktu balik, kata Dayat yang sehari-hari menarik odong-odong. Dayat dan beberapa temannya mengaku tidak tahu dan tidak mempedulikan isu dalam demonstrasi itu. Yang dia tahu, hanya sebatas arahan singkat dari koordinator. Yang saya tahu tentang korupsi. Itu aja, kata dia. Yang penting ikut aja, dapat duit. Dari pada di rumah nggak dapat duit, tambah dia. Dayat yang sempat diwawancarai wartawan sebuah stasiun TV 'gagal' unjuk diri sebagai aktivis antikorupsi. Dia bahkan tidak tahu tokoh-tokoh seperti Boediono dan Sri Mulyani yang disebut-sebut dalam orasi