Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi

2010-08-13 Terurut Topik Bali da Dave
Ini maksudnya taxonomi tanah yang mollisol ya? Saya bukan ahli tanah, jadi info 
anda sangat baru bagi saya. Jadi thanks sudah memberi pengetahuan baru. Menurut 
bang google:

Mollisol :Mollisols have
a distinctive dark surface (mollic epipedon) that is enriched with organic
matter. The surface layer has a soft, fluffy feel. These soils formed from
nutrient-rich parent materials and are commonly in grasslands. They are
naturally fertile and generally hold large amounts of water. These soils are
prized for agriculture. They are dominantly in the Great Plains and Western
States. 

dan menurut peta tanahnya 
http://www.soils.umn.edu/academics/classes/soil2125/img/4glbsls.jpg
kelihatan memang mollisol seperti sabuk hijau di daerah kazakhstan, armenia 
sampai turki. Daerah-daerah ini ada di atas sabuk 30derajat, yang artinya sudah 
mengenal musim dingin? Daerah ini juga merupakan daerah praire atau grass area. 
Secara kandungan tanahnya, maka daerah-daerah ini memang sangat baik untuk 
daerah pertanian. Barangkali yang menjadi halangan mereka sukses dalam bidang 
pertanian adalah infrastruktur dan cuaca yang terlalu dingin waktu winter. 
Kalau global warming memang kejadian, waktu winternya mereka jadi hangat dan 
saat itu mungkin daerah tersebut berkembang jadi lumbung makanan buat dunia.

Demikianlah maka Indonesia walaupun banyak hujan dan lembab karena ada di 
tropis, tanahnya agak asam dan sudah 'worn out'. Wah jadi tambah takut nih...  
jangan-jangan pasokan supply makanan produksi dalam negeri tambah susah 
gara-gara tanahnya memang kurang bagus (tipe ultisol). Tapi kemudian masalah 
tambah rumit dong. Kalau semua bahan makanan untuk 220 juta orang penduduk 
indonesia harus di impor semuanya dari amerika (eksportir gandum terbesar 
dunia?) dan daerah2 kazakhstan sana. Kira-kira kita bisa saingan dengan Cina 
yang penduduknya 5 kali lebih banyak dari Indonesia dan ternyata tanahnya 
kelihatannya lebih jelek kualitasnya dari Indonesia? Cina daerahnya sepertinya 
banyak warna orange (aridsol/gurun), rocky land (abu-abu), dan inceptisols 
(biru?)...

Kalau semua daerah pertanian kita harus tutup buku dan petani malas menanam 
lagi gara-gara harganya gak ketulungan murahnya...  tentunya kita musti 
siap-siap mengandalkan makanan impor semuanya.


--- On Thu, 12/8/10, Hok An ho...@t-online.de wrote:

From: Hok An ho...@t-online.de
Subject: Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Thursday, 12 August, 2010, 10:49 PM







 



  



  
  
  Saya dulu sama pendapatnya dengan Anda. Tetapi ternyata tanah didaerah 

yang namanya sabuk hijau lebih subur dari kawasan tropis basah, karena 

pertama hujan yang intensitasnya besar melarutkan banyak mineral, sebab 

itu tanah daerah tropis seperti Kalimantan dan sebagian besar Sumatra 

umumnya miskin zat hara. J

 



  






  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan

2010-08-13 Terurut Topik Bali da Dave
Kembali bapak masih belum bisa lepas dari bujukan daya BELI komponen impor.

Saya coba lagi  dengan perumpamaan lain. Ada dua orang yang memegang 1000 
dollar. Saya gak mau bilang rupiah lagi karena dari pandangan anda daya beli 
harus dengan dollar. 

Jadi, si A pegang seribu dollar, sementara si B juga 1000 dollar. Bedanya, si A 
adalah pekerja kantor dari perusahaan asing yang tiap bulan dibayar 100 dollar. 
Sementara si B adalah pengangguran, yang kebetulan guanteng pintar ngomong dan 
mukanya sangat terpercaya. Jadilah setelah merayu-rayu BCA, Bank Central 
Amerika, ia dipercayai untuk memegang 1000 dollar (pinjaman).

Kedua-duanya, si A dan si B, mempunyai DAYA BELI 1000 dollar. Anda mau pegang 
si A atau si B...  mana yang jadi miskin duluan?

Penguatan dollar tidak menunjukkan Indonesia ini adalah si A atau si B. 
Penguatan rupiah atas dollar memang menunjukkan peningkatan daya beli seperti 
yang anda katakan, tapi efek psikologisnya sudah kelihatan dari yang anda tulis 
sebelum-sebelumnya...  maunya beli barang saja (gara-gara penguatan dollar)...  
yang anda fokuskan selalu penulisan, beli ini beli itu  Anda gak bilang 
saya bisa kerja ini atau kerja itu kalau terjadi  penguatan rupiah atas dollar. 

--- On Fri, 13/8/10, Rachmad M rachm...@yahoo.com wrote:

From: Rachmad M rachm...@yahoo.com
Subject: Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Friday, 13 August, 2010, 3:51 PM







 



  



  
  
  Wah ya jangan gitu cara pandangnya. Beri argumentasi yang tepat sehingga 
kita sepakat bahwa perlemahan mata uang rupiah yang notabene juga perlemahan 
daya beli Rakyat Indonesia dapat diterima akal sehat. 



Alias kita kontra terhadap peningkatan daya beli masyarakat dan sebagian kecil 
meniknmati keuntungan dari mata uang asing yang menguat untuk foya2 di LN :-(



RM

 



  






  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan

2010-08-13 Terurut Topik fredy . alimin
rekan2, 

Tlg pencerahan apakah penguatan Rupiah vs USDollar sekarang ini lebih 
dominan karena faktor internal (misalnya ekonomi Indonesia yang membaik) 
atau faktor eksternal (spt. masalah krisis finansial di US)

Dan apakah indonesia punya kemampuan seperti China yang dapat memilih 
untuk melemahkan mata uangnya supaya ekspornya tetap bertumbuh?

kind regards
fredy alimin



Rachmad M rachm...@yahoo.com 
Sent by: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
08/13/2010 01:51 PM
Please respond to
AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com


To
AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
cc

Subject
Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan






 
Wah ya jangan gitu cara pandangnya. Beri argumentasi yang tepat sehingga 
kita sepakat bahwa perlemahan mata uang rupiah yang notabene juga 
perlemahan daya beli Rakyat Indonesia dapat diterima akal sehat. 

Alias kita kontra terhadap peningkatan daya beli masyarakat dan sebagian 
kecil meniknmati keuntungan dari mata uang asing yang menguat untuk foya2 
di LN :-(

RM

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave dfa...@... 
wrote:

 buset.. panjang lebar bikin cerita 1001 malam, masih keluar juga pengen 
rupiah kuat...
 
 Cabeee ... cabeee
 
 --- On Fri, 13/8/10, Ari masar...@... wrote:
 
 From: Ari masar...@...
 Subject: Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan
 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Received: Friday, 13 August, 2010, 10:32 AM
 
 yauw, kita bikin mobil tapi blok mesin bikinan jepang dan thailand, kita
 punya bbm, tapi yg dijual di indonesia adalah hasil refinery punya timur
 tengah, kita punya hp nexian, tapi suku cadang import dari china, kita 
punya
 monitor tv, lcd computer, kulkas, ac, sparepart dari luar negeri juga.
 
 jadi produk kita, bahan baku tergantung sebagiannya dari import.  maklum
 ekonomi global.
 
 lha wong lensa carl zeiss jaman sekarang aja produksinya cosina jepang, 
dan
 mobil ford bikinan korea (yg pabriknya ada di karawang juga).
 
 makanya lebih aman, rupiah menguat, jadi bayar buat suku cadang import 
bisa
 dengan lebih leluasa.  toh, produksi kita banyakan buat konsumsi lokal 
:))
 yang buat di ekspor jadi berat sih, soale harga jadi kurang bersaing. :p
 
 
 
 
 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]






[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan

2010-08-13 Terurut Topik Rachmad M
Daya beli adalah daya beli, apakah itu hasil menggadaikan warisan atau hutang 
ke Bank, atau hasil kerja, bagi saya sebagai penjual barang dan jasa adalah 
sama saja. Yang penting pembeli saya memiliki daya beli dan saya bisa 
meningkatkan layanan saya. saya sebagai penjual disini sangat tergantung daya 
beli orang lain.

Daya beli  inilah yang gak boleh dikurangi.

Ambil contoh ekstrim saat krisis global. Seorang nenek-nenek dengan warung 
sederhananya dari hari ke hari, dari tahun ke tahun mengumpulkan uang untuk 
naik haji. Ketika uang terkumpul hampir menjapai 4 juta (setara 2000 US$) dan 
rencananya berangkat ternyata terjadi krisis untuk kembali mencapai 2.000 US$ 
dia harus ngumpulin duit lagi dari 4 juta menjadi 20 juta (setara 2000 us$ 
dengan kurs 10.000). Perlemahan inilah yang harus dijaga oleh pemerintah untuk 
tidak terjadi.

Dalam kaitannya menjual keluar negeri ya sami mawon, apa kalau rupiahnya 1 US $ 
= Rp.2.000, per meter kubik kayu =200 US$ maka pada saat 1 US $ =Rp. 10.000, 
per meter kubik kayu ya tetap 200 US $.

Apakah untuk meningkatkan daya saing kita jual 40 US $ per meter kubik ?

Salam

RM





--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave dfa...@... wrote:

 Kembali bapak masih belum bisa lepas dari bujukan daya BELI komponen impor.
 
 Saya coba lagi  dengan perumpamaan lain. Ada dua orang yang memegang 1000 
 dollar. Saya gak mau bilang rupiah lagi karena dari pandangan anda daya beli 
 harus dengan dollar. 
 
 Jadi, si A pegang seribu dollar, sementara si B juga 1000 dollar. Bedanya, si 
 A adalah pekerja kantor dari perusahaan asing yang tiap bulan dibayar 100 
 dollar. Sementara si B adalah pengangguran, yang kebetulan guanteng pintar 
 ngomong dan mukanya sangat terpercaya. Jadilah setelah merayu-rayu BCA, Bank 
 Central Amerika, ia dipercayai untuk memegang 1000 dollar (pinjaman).
 
 Kedua-duanya, si A dan si B, mempunyai DAYA BELI 1000 dollar. Anda mau pegang 
 si A atau si B...  mana yang jadi miskin duluan?
 
 Penguatan dollar tidak menunjukkan Indonesia ini adalah si A atau si B. 
 Penguatan rupiah atas dollar memang menunjukkan peningkatan daya beli seperti 
 yang anda katakan, tapi efek psikologisnya sudah kelihatan dari yang anda 
 tulis sebelum-sebelumnya...  maunya beli barang saja (gara-gara penguatan 
 dollar)...  yang anda fokuskan selalu penulisan, beli ini beli itu  Anda 
 gak bilang saya bisa kerja ini atau kerja itu kalau terjadi  penguatan rupiah 
 atas dollar. 
 
 --- On Fri, 13/8/10, Rachmad M rachm...@... wrote:
 
 From: Rachmad M rachm...@...
 Subject: Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan
 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Received: Friday, 13 August, 2010, 3:51 PM
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
   
 
 
 
   
   
   Wah ya jangan gitu cara pandangnya. Beri argumentasi yang tepat 
 sehingga kita sepakat bahwa perlemahan mata uang rupiah yang notabene juga 
 perlemahan daya beli Rakyat Indonesia dapat diterima akal sehat. 
 
 
 
 Alias kita kontra terhadap peningkatan daya beli masyarakat dan sebagian 
 kecil meniknmati keuntungan dari mata uang asing yang menguat untuk foya2 di 
 LN :-(
 
 
 
 RM
 
  
 
 
 
   
 
 
 
 
 
 
   
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan

2010-08-13 Terurut Topik sigitdani
Penguatan yang didasari penerimaan penjualan aset tak terbaharukan juga adalah 
penguatan yang dibuat-buat. Kalau sudah habis sumber daya alam kita, mau jualan 
apa lagi kita?

--- Asset tak terbarukan? Kalau sumber daya skrg berasal dr jutaan yg lalu, apa 
terus statis ya? Stop tidak ada lg. Artinya periode yg bergulir ini tidak 
menghasilkan sumber daya alam lagi?

Sorry saya sdkt melenceng ke ilmu bumi. 




Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Bali da Dave dfa...@yahoo.com
Sender: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Wed, 11 Aug 2010 23:21:39 
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Reply-To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan

Saya buat cerita perumpamaan saja...
Dikisahkan ada bapak dan anak. Sang bapak bekerja sangat berat tiap hari jadi 
kuli di pasar sampai akhirnya bisa punya segudang uang emas yang disembunyikan 
sedikit di sini dan sedikit di sana. Peta harta karun ini kemudian pada saat 
meninggalnya diberikan kepada sang anak.

Sang anak, alih-alih bekerja di pasar (entah jadi kuli atau jadi apa kek), tiap 
hari hanya memperhatikan peta harta karun warisan bapaknya. Begitu ketemu, 
langsung saja bahagia dan berpesta pora. Demikianlah sampai akhirnya seluruh 
peta harta karun sang bapak dipecahkannya dan tidak ada lagi sisanya. Begitu 
selesai, ia tidak punya uang dan mau kerja di pasar pun sudah tak bisa. Semua 
orang bilang sang anak adalah pemimpi dan cuma mencari enaknya/jalan gampangan 
saja.

Nah sekarang perhatikan saja neraca ekspor impor kita. Yang namanya ekspor 
murni dari produksi kita sendiri ini berapa persen (kerja kuli) dan berapa 
persen lagi dari eksploitasi bahan berharga tak terbaharukan (mencari harta 
karun warisan bapak). Kalau kita menganggap menggali bahan tak terbaharukan 
sebagai produksi yang sehat  saya tidak bisa berargumentasi lagi. 
Barangkali ada pemerhati milis yang bisa lebih menunjukkan 'logika' saya bahwa 
produksi kita sekarang ini masih kurang produktif/kurang efisien. Kita masih 
menganggap bahwa ongkos mengangkat logam/minyak sebagai biaya dasar minyak. 
Kita tidak melihat bahwa yang namanya minyak tak terbaharukan itu dulunya 
melalui proses ribuan tahun yang tak bisa diganti begitu saja (kerja keras sang 
bapak jadi kuli seumur hidup - kalau menurut perumpamaan tadi). Dan kalau kita 
hitung 'menemukan warisan bapak' sebagai hasil kerja keras 'saya' sendiri  
saya jadi bingung mau lebih menjelaskannya
 bagaimana caranya lagi.?

Dan menurut saya, penguatan dolar yang didasari masukan dana investasi asing 
(investasi real maupun terlebih lagi dana panas), adalah penguatan yang 
dibuat-buat. Penguatan yang didasari penerimaan penjualan aset tak terbaharukan 
juga adalah penguatan yang dibuat-buat. Kalau sudah habis sumber daya alam 
kita, mau jualan apa lagi kita?

Negara Dubay yang kaya raya dengan minyak saja tidak mau mengandalkan 
penerimaan minyaknya sampai ribuan tahun lagi. Memangnya tower yang luar biasa 
dan pulau buatan palem yang megah, hotel bawah laut, semua itu cuma buat 
prestige saja? Mereka ingin jadi kuli dengan memanfaatkan harta karun dari 
bawah tanah mereka. Mereka ingin mengubah negara mereka menjadi negara maju 
tempat parkir dana-dana minyak negara timur tengah lain, berikut tempat 
pariwisata. Lah kalau mereka yang lebih kaya dan penduduknya lebih sedikit 
berpikir pintar, masakan kita yang kekayaannya lebih sedikit dan mulut yang 
harus dikasih makan lebih banyak malah lebih malas dan ongkang-ongkang kaki 
saja, cuma mengandalkan penambangan logam dan minyak yang bisa habis 
sewaktu-waktu?

--- On Wed, 11/8/10, Rachmad M rachm...@yahoo.com wrote:

From: Rachmad M rachm...@yahoo.com

Padahal jelas pendapatan perkapita kita diukur dengan US $.



Korban dari devaluasi terjadi pada periode yang pendek yakni sampai 
ditemukannya kesetimbangan baru dalam hal tukar-menukar barang dan jasa. 
Korbannya adalah mereka yang berpenghasilan tetap ie. PNS/ABRI dan pensiunan. 
Mereka tidak mudah untuk mencapai penyesuaian baru sehingga cendrung korupsi 
dalam berbagai bentuknya.



Tentu saja penguatan yang terjadi bukan penguatan yang dibuat-buat lho.



Salam



RM



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave dfa...@... wrote:



 Berkali kali argumen yang diajukan adalah berfokus pada konsumsi lokal...  
 dengan mengandalkan barang impor yang murah. Kalau penduduk kita gak ada 
 kerjaan...  mau beli pake apa pak? 

 

 Kalau mata uang menguat tanpa ada peningkatan produksi lokal (ekspor), 
 berarti ini karena ada banyuak pinjaman luar negeri yuang masuk. Ini pinjaman 
 nantinya musti di bayar. Kalau gak bisa bayar, ntar kejadian macam tahun 1998 
 lagi. Asian financial crisis. Atau sama juga Greek Crisis 2010. Mereka punya 
 uang euro kuat tapi kemampuan produksi dalam negerinya lemah. Akibatnya 
 begitu pinjaman jatuh tempo mau dibayar langsung ekonomi berantakan. Banyak 
 yang jadi pengangguran