Re: [Keuangan] [oot] Kegigihan Riwati Menaklukkan Kemiskinan
maaf, baru bisa jawab.. tanggal closing, soalnyah :) Pada 31 Agustus 2010 22.13, Ari masar...@gmail.com menulis: 1. tidak tersentuh jamkesmas/jamkesda karena biasanya ktp nya penduduk non surabaya atau bahkan tidak punya ktp, sudah expired sejak dia meninggalkan madura untuk mencari kehidupan di jawa. atau, bahkan memang tidak berupaya untuk mengurus kartu tersebut. terus gimana donk ?. info ini tadinya pengantar aja mas. saya tadinya sedang berpikir mengenai yayasan sosial. tidak hanya untuk karitatif memberi santunan, tapi juga bisa mendirikan lembaga kesehatan atau pendidikan. tapi saya agak ragu mengenai keberhasilannya. di Indonesia yang penduduknya katanya beragama dan ramah ini, ternyata jumlah dana ummat ngga terlalu besar.. maaf kalau OOT. 2. kalau jembatan suramadu sih imho memang proyek rugi. soalnya jembatan itu filosofinya menghubungkan dua daerah padat supaya roda ekonomi dan arus distribusi uang dan barang bergerak. kalau suramadu, dari kota padat ke wilayah yg sepi. mana ada resistensi pula dari penduduk madura thd eksistensi jembatan dan orang surabaya yg jadi acapkali ke madura. sementara yg punya keinginan politis sangat besar thd terlaksananya proyek suramadu justru kebanyakan orang madura yg eksis di surabaya. misalnya saja, pak m. noer, orang madura yg pernah jadi gubernur jatim dan jadi sesepuh di surabaya. makasih mas. iya kalo pemerintah fungsi jembatan ngga cuma terkait ekonomi, mestinya. tapi harusnya kan tetep ada hitungan atau tolok ukur tertentu dong mengapa jembatan itu harus ada di situ, misalnya. maaf OOT, soalnya kadang saya merasa pembangunan ekonomi Indonesia ini kayak ngga ada planning, satu ke sana satu ke sini, satu lagi kemana hehe.. misalnya ada satu tempat diproyeksikan jadi penghasil barang tambang X yang dijual dalam balok-balok, misalnya.. tapi fasilitas bagi penambang seperti jalan dan listrik ngga dibuat layak, padahal pabrik pengolah juga perlu listrik itu supaya bisa menghasilkan balok X bermutu tinggi. udah gitu, sama sekali ngga ada upaya supaya ada pabrik penghasil produk jadi X di sekitar situ, jadi selamanya kita ekspor balok X dan impor produk olahan/barang jadinya. dsn seterusnya dan seterusnya.. salam, Ari *BR, ari.ams* http://papabonbon.wordpress.com 2010/8/31 anton ms wardhana ari.am...@gmail.com : dengan segenap rasa hormat saya bagi setiap orang yang memilih berjuang keras untuk hidup daripada menadahkan tangan memohon belas kasihan. terkait ramadhan, saya rasa profil seperti ibu riwati inilah yang sebaiknya dibantu para muzakki (= pembayar zakat); tidak berarti saya bilang bersedekah pada para pengemis itu salah. bila dikaitkan dengan ekonomi (dan pembangunan), ada beberapa data dalam berita ini yang saya cermati: 1. ibu ini tidak tersentuh/terdata jamkesmas/jamkesda atau yang sejenisnya. kalau ternyata mendata penduduk miskin itu susah, jadi kepingin tahu apabila masyarakat sendiri bergerak menggalang dana untuk membangun yayasan yang mendirikan RS atau pendidikan bagi warga miskin, tentunya ngga ambil untung, misalnya.. apakah akan berhasil di Indonesia sesemarak yayasan-yayasan amal atau lembaga donor bagi LSM di Indonesia, seperti yang ada di luar negeri ? 2. ada transaksi menarik: penitipan kambing, bentuknya saya kurang tahu, tapi upahnya berupa anak kambing titipan tsb (entah sebagian atau semuanya, saya ngga tahu juga). jadi mirip bank ya, kita titip uang, uangnya diputar bank dan andainya laba, sebagian boleh diambil bank. 3. ketika membangun seperangkat infrastruktur seperti jembatan antarpulau, mohon maaf ini pertanyaan orang yang ngga tau: apakah cost benefit sudah diperhitungkan ? dan apakah ada reviu atau audit atas hal ini, diluar audit keuangan atau audit operasional pembangunan sang jembatan ? jika berkenan, mohon bantuan petromaksnya bagi saya yang bodoh ini jika tidak berkenan, ya mohon maap, sudah mengganggu *BR, ari.ams* artikel asli: -- - save a tree, don't print this email unless you really need to [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] [oot] Kegigihan Riwati Menaklukkan Kemiskinan
: dengan segenap rasa hormat saya bagi setiap orang yang memilih berjuang keras untuk hidup daripada menadahkan tangan memohon belas kasihan. terkait ramadhan, saya rasa profil seperti ibu riwati inilah yang sebaiknya dibantu para muzakki (= pembayar zakat); tidak berarti saya bilang bersedekah pada para pengemis itu salah. bila dikaitkan dengan ekonomi (dan pembangunan), ada beberapa data dalam berita ini yang saya cermati: 1. ibu ini tidak tersentuh/terdata jamkesmas/jamkesda atau yang sejenisnya. kalau ternyata mendata penduduk miskin itu susah, jadi kepingin tahu apabila masyarakat sendiri bergerak menggalang dana untuk membangun yayasan yang mendirikan RS atau pendidikan bagi warga miskin, tentunya ngga ambil untung, misalnya.. apakah akan berhasil di Indonesia sesemarak yayasan-yayasan amal atau lembaga donor bagi LSM di Indonesia, seperti yang ada di luar negeri ? 2. ada transaksi menarik: penitipan kambing, bentuknya saya kurang tahu, tapi upahnya berupa anak kambing titipan tsb (entah sebagian atau semuanya, saya ngga tahu juga). jadi mirip bank ya, kita titip uang, uangnya diputar bank dan andainya laba, sebagian boleh diambil bank. 3. ketika membangun seperangkat infrastruktur seperti jembatan antarpulau, mohon maaf ini pertanyaan orang yang ngga tau: apakah cost benefit sudah diperhitungkan ? dan apakah ada reviu atau audit atas hal ini, diluar audit keuangan atau audit operasional pembangunan sang jembatan ? jika berkenan, mohon bantuan petromaksnya bagi saya yang bodoh ini jika tidak berkenan, ya mohon maap, sudah mengganggu *BR, ari.ams* artikel asli: http://oase.kompas.com/read/2010/08/31/02115556/Kegigihan.Riwati.Menaklukkan.Kemiskinan-14 * Kegigihan Riwati Menaklukkan Kemiskinan Selasa, 31 Agustus 2010 | 02:11 WIB * Oleh *M. Irfan Ilmie* Matahari di atas Selat Madura tertutup awan, sementara sebagian tanah di wilayah pesisir Bangkalan basah oleh rinai hujan. Fenomena itu bagian dari pertanda musim kemarau basah. Meskipun mendung, udara pada siang hari itu cukup menggerahkan. Ular dan biawak pun lamat-lamat keluar dari semak belukar untuk sekadar mencari kesegaran dengan bermain gemercik air di kali. Dua ekor binatang melata itu pun seakan tak terusik oleh aktivitas seorang perempuan separuh baya di sekitar kali di Desa Sukolilo Timur, Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan. Batu seukuran buah pepaya yang diperolehnya dengan menggali tanah dikumpulkannya di tempat tersendiri. Setelah dimasukkan ke dalam keranjang, batu itu dipanggulnya. Kakinya yang kuat menaiki jalan setapak yang menanjak menuju rumahnya. Batu-batu yang dipanggulnya itu pun dijatuhkannya di atas pekarangan samping rumahnya, persis seorang pegulat wanita saat membanting lawannya di atas matras hingga menimbulkan suara, Brug.! Tak lama kemudian, seorang gadis kecil menyodorkan palu. Sejenak dia mengusap peluh yang membasahi wajahnya sebelum memulai pekerjaan lanjutan, mencincang batu-batu seukuran buah pepaya itu menjadi seukuran ibu jari. Selagi masih ada hujan, pekerjaan ini terasa agak berat, kata Siti Riwati, saat ditemui di sela-sela kesibukannya di halaman samping rumahnya itu, Minggu (29/8). Selain berpengaruh terhadap berat massa, kandungan air di dalam bebatuan yang telah bertahun-tahun tertimbun di dalam tanah pegunungan itu mengakibatkan batu tidak mudah dipecah. Dibutuhkan tenaga ekstra untuk mencacah batu-batu itu menjadi beberapa bagian yang lazim disebut sebagai batu kerakal atau batu koral. Batu yang bentuknya tak beraturan dan bersudut runcing itu biasa digunakan untuk campuran bahan cor dan permukaan jalan sebelum diaspal. Meskipun demikian, tidak ada isyarat menyerah yang tergambar pada gurat wajah janda berusia 45 tahun itu. Setiap hari seperti ini, kata Riwati mengenai batu yang menjadi menu kehidupan sehari-harinya itu. Di sela-sela perbincangan, seorang gadis kecil keluar dari rumah dan menghampiri ibunya yang sibuk oleh pekerjaannya itu. Mulut si gadis kecil itu didekatkan pada telinga ibunya untuk menyampaikan sebuah pesan. Riwati pun beranjak dari dingklik yang didudukinya setelah tangan gadis itu menariknya terlalu kuat dan masuk ke dalam rumah beberapa saat untuk memberikan penjelasan. Pesan akan sifat posesif terhadap ibunya terpancar dari sorot mata gadis itu. Sejak usia enam bulan, dia ditinggal bapaknya. Jadi, sama saya seperti itu, katanya tentang anak bungsunya bernama Siti Hasanah yang tak mau lepas dari dekapannya. Tatapan mata bocah berusia delapan tahun yang masih duduk di bangku kelas IV SD Negeri Sukolilo Timur itu menyiratkan kecurigaan kepada tamu, terutama laki-laki yang tak dikenalnya. Meskipun yang datang ke sini biasanya orang-orangnya Pak Lurah yang mau mengangkut batu, dia tetap seperti itu, kata Riwati yang bertekad bulat tidak mau menikah lagi setelah suaminya meninggal sekitar tujuh tahun silam itu. Ia tetap mengikuti kata hatinya sebagai orang tua tunggal yang bertanggung jawab penuh atas masa depan anak-anaknya. Kalau pun dia memilih
Re: [Keuangan] [oot] Kegigihan Riwati Menaklukkan Kemiskinan
1. tidak tersentuh jamkesmas/jamkesda karena biasanya ktp nya penduduk non surabaya atau bahkan tidak punya ktp, sudah expired sejak dia meninggalkan madura untuk mencari kehidupan di jawa. atau, bahkan memang tidak berupaya untuk mengurus kartu tersebut. terus gimana donk ?. 2. kalau jembatan suramadu sih imho memang proyek rugi. soalnya jembatan itu filosofinya menghubungkan dua daerah padat supaya roda ekonomi dan arus distribusi uang dan barang bergerak. kalau suramadu, dari kota padat ke wilayah yg sepi. mana ada resistensi pula dari penduduk madura thd eksistensi jembatan dan orang surabaya yg jadi acapkali ke madura. sementara yg punya keinginan politis sangat besar thd terlaksananya proyek suramadu justru kebanyakan orang madura yg eksis di surabaya. misalnya saja, pak m. noer, orang madura yg pernah jadi gubernur jatim dan jadi sesepuh di surabaya. salam, Ari http://papabonbon.wordpress.com 2010/8/31 anton ms wardhana ari.am...@gmail.com : dengan segenap rasa hormat saya bagi setiap orang yang memilih berjuang keras untuk hidup daripada menadahkan tangan memohon belas kasihan. terkait ramadhan, saya rasa profil seperti ibu riwati inilah yang sebaiknya dibantu para muzakki (= pembayar zakat); tidak berarti saya bilang bersedekah pada para pengemis itu salah. bila dikaitkan dengan ekonomi (dan pembangunan), ada beberapa data dalam berita ini yang saya cermati: 1. ibu ini tidak tersentuh/terdata jamkesmas/jamkesda atau yang sejenisnya. kalau ternyata mendata penduduk miskin itu susah, jadi kepingin tahu apabila masyarakat sendiri bergerak menggalang dana untuk membangun yayasan yang mendirikan RS atau pendidikan bagi warga miskin, tentunya ngga ambil untung, misalnya.. apakah akan berhasil di Indonesia sesemarak yayasan-yayasan amal atau lembaga donor bagi LSM di Indonesia, seperti yang ada di luar negeri ? 2. ada transaksi menarik: penitipan kambing, bentuknya saya kurang tahu, tapi upahnya berupa anak kambing titipan tsb (entah sebagian atau semuanya, saya ngga tahu juga). jadi mirip bank ya, kita titip uang, uangnya diputar bank dan andainya laba, sebagian boleh diambil bank. 3. ketika membangun seperangkat infrastruktur seperti jembatan antarpulau, mohon maaf ini pertanyaan orang yang ngga tau: apakah cost benefit sudah diperhitungkan ? dan apakah ada reviu atau audit atas hal ini, diluar audit keuangan atau audit operasional pembangunan sang jembatan ? jika berkenan, mohon bantuan petromaksnya bagi saya yang bodoh ini jika tidak berkenan, ya mohon maap, sudah mengganggu *BR, ari.ams* artikel asli: http://oase.kompas.com/read/2010/08/31/02115556/Kegigihan.Riwati.Menaklukkan.Kemiskinan-14 * Kegigihan Riwati Menaklukkan Kemiskinan Selasa, 31 Agustus 2010 | 02:11 WIB * Oleh *M. Irfan Ilmie* Matahari di atas Selat Madura tertutup awan, sementara sebagian tanah di wilayah pesisir Bangkalan basah oleh rinai hujan. Fenomena itu bagian dari pertanda musim kemarau basah. Meskipun mendung, udara pada siang hari itu cukup menggerahkan. Ular dan biawak pun lamat-lamat keluar dari semak belukar untuk sekadar mencari kesegaran dengan bermain gemercik air di kali. Dua ekor binatang melata itu pun seakan tak terusik oleh aktivitas seorang perempuan separuh baya di sekitar kali di Desa Sukolilo Timur, Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan. Batu seukuran buah pepaya yang diperolehnya dengan menggali tanah dikumpulkannya di tempat tersendiri. Setelah dimasukkan ke dalam keranjang, batu itu dipanggulnya. Kakinya yang kuat menaiki jalan setapak yang menanjak menuju rumahnya. Batu-batu yang dipanggulnya itu pun dijatuhkannya di atas pekarangan samping rumahnya, persis seorang pegulat wanita saat membanting lawannya di atas matras hingga menimbulkan suara, Brug.! Tak lama kemudian, seorang gadis kecil menyodorkan palu. Sejenak dia mengusap peluh yang membasahi wajahnya sebelum memulai pekerjaan lanjutan, mencincang batu-batu seukuran buah pepaya itu menjadi seukuran ibu jari. Selagi masih ada hujan, pekerjaan ini terasa agak berat, kata Siti Riwati, saat ditemui di sela-sela kesibukannya di halaman samping rumahnya itu, Minggu (29/8). Selain berpengaruh terhadap berat massa, kandungan air di dalam bebatuan yang telah bertahun-tahun tertimbun di dalam tanah pegunungan itu mengakibatkan batu tidak mudah dipecah. Dibutuhkan tenaga ekstra untuk mencacah batu-batu itu menjadi beberapa bagian yang lazim disebut sebagai batu kerakal atau batu koral. Batu yang bentuknya tak beraturan dan bersudut runcing itu biasa digunakan untuk campuran bahan cor dan permukaan jalan sebelum diaspal. Meskipun demikian, tidak ada isyarat menyerah yang tergambar pada gurat wajah janda berusia 45 tahun itu. Setiap hari seperti ini, kata Riwati mengenai batu yang menjadi menu kehidupan sehari-harinya itu. Di sela-sela perbincangan, seorang gadis kecil keluar dari rumah dan menghampiri ibunya yang sibuk oleh pekerjaannya itu. Mulut si