Re: [Keuangan] [oot] Kegigihan Riwati Menaklukkan Kemiskinan

2010-09-03 Terurut Topik anton ms wardhana
maaf, baru bisa jawab..
tanggal closing, soalnyah :)


Pada 31 Agustus 2010 22.13, Ari masar...@gmail.com menulis:
1. tidak tersentuh jamkesmas/jamkesda karena biasanya ktp nya penduduk non
surabaya atau bahkan tidak punya ktp, sudah expired sejak dia meninggalkan
madura untuk mencari kehidupan di jawa. atau, bahkan memang tidak berupaya
untuk mengurus kartu tersebut.  terus gimana donk ?.



info ini tadinya pengantar aja mas. saya tadinya sedang  berpikir mengenai
yayasan sosial. tidak hanya untuk karitatif memberi santunan, tapi juga bisa
mendirikan lembaga kesehatan atau pendidikan. tapi saya agak ragu mengenai
keberhasilannya.
di Indonesia yang penduduknya katanya beragama dan ramah ini, ternyata
jumlah dana ummat ngga terlalu besar..
maaf kalau OOT.



2. kalau jembatan suramadu sih imho memang proyek rugi.  soalnya jembatan
itu filosofinya menghubungkan dua daerah padat supaya roda ekonomi dan arus
distribusi uang dan barang bergerak.  kalau suramadu, dari kota padat ke
wilayah yg sepi.  mana ada resistensi pula dari penduduk madura thd
eksistensi jembatan dan orang surabaya yg jadi acapkali ke madura.

sementara yg punya keinginan politis sangat besar thd terlaksananya proyek
suramadu justru kebanyakan orang madura yg eksis di surabaya.  misalnya
saja, pak m. noer, orang madura yg pernah jadi gubernur jatim dan jadi
sesepuh di surabaya.


makasih mas.
iya kalo pemerintah fungsi jembatan ngga cuma terkait ekonomi, mestinya.
tapi harusnya kan tetep ada hitungan atau tolok ukur tertentu dong mengapa
jembatan itu harus ada di situ, misalnya.

maaf OOT, soalnya kadang saya merasa pembangunan ekonomi Indonesia ini kayak
ngga ada planning, satu ke sana satu ke sini, satu lagi kemana hehe..
misalnya ada satu tempat diproyeksikan jadi penghasil barang tambang X yang
dijual dalam balok-balok, misalnya..
tapi fasilitas bagi penambang seperti jalan dan listrik ngga dibuat layak,
padahal pabrik pengolah juga perlu listrik itu supaya bisa menghasilkan
balok X bermutu tinggi. udah gitu, sama sekali ngga ada upaya supaya ada
pabrik penghasil produk jadi X di sekitar situ, jadi selamanya kita ekspor
balok X dan impor produk olahan/barang jadinya.
dsn seterusnya dan seterusnya..

salam,
Ari

*BR, ari.ams*



http://papabonbon.wordpress.com


2010/8/31 anton ms wardhana ari.am...@gmail.com

 :
 dengan segenap rasa hormat saya bagi setiap orang yang memilih berjuang
 keras untuk hidup daripada menadahkan tangan memohon belas kasihan.
 terkait ramadhan, saya rasa profil seperti ibu riwati inilah yang
sebaiknya
 dibantu para muzakki (= pembayar zakat); tidak berarti saya bilang
 bersedekah pada para pengemis itu salah.

 bila dikaitkan dengan ekonomi (dan pembangunan), ada beberapa data dalam
 berita ini yang saya cermati:
 1. ibu ini tidak tersentuh/terdata jamkesmas/jamkesda atau yang
sejenisnya.
 kalau ternyata mendata penduduk miskin itu susah, jadi kepingin tahu
 apabila
 masyarakat sendiri bergerak menggalang dana untuk membangun yayasan yang
 mendirikan RS atau pendidikan bagi warga miskin, tentunya ngga ambil
 untung,
 misalnya.. apakah akan berhasil di Indonesia sesemarak yayasan-yayasan
amal
 atau lembaga donor bagi LSM di Indonesia, seperti yang ada di luar negeri
?
 2. ada transaksi menarik: penitipan kambing, bentuknya saya kurang tahu,
 tapi upahnya berupa anak kambing titipan tsb (entah sebagian atau
semuanya,
 saya ngga tahu juga). jadi mirip bank ya, kita titip uang, uangnya diputar
 bank dan andainya laba, sebagian boleh diambil bank.
 3. ketika membangun seperangkat infrastruktur seperti jembatan antarpulau,
 mohon maaf ini pertanyaan orang yang ngga tau: apakah cost  benefit sudah
 diperhitungkan ? dan apakah ada reviu atau audit atas hal ini, diluar
audit
 keuangan atau audit operasional pembangunan sang jembatan ?

 jika berkenan, mohon bantuan petromaksnya bagi saya yang bodoh ini
 jika tidak berkenan, ya mohon maap, sudah mengganggu

 *BR, ari.ams*

 artikel asli:





-- 
-
save a tree, don't print this email unless you really need to


[Non-text portions of this message have been removed]



[Keuangan] [oot] Kegigihan Riwati Menaklukkan Kemiskinan

2010-08-31 Terurut Topik anton ms wardhana
:
dengan segenap rasa hormat saya bagi setiap orang yang memilih berjuang
keras untuk hidup daripada menadahkan tangan memohon belas kasihan.
terkait ramadhan, saya rasa profil seperti ibu riwati inilah yang sebaiknya
dibantu para muzakki (= pembayar zakat);   tidak berarti saya bilang
bersedekah pada para pengemis itu salah.

bila dikaitkan dengan ekonomi (dan pembangunan), ada beberapa data dalam
berita ini yang saya cermati:
1. ibu ini tidak tersentuh/terdata jamkesmas/jamkesda atau yang sejenisnya.
kalau ternyata mendata penduduk miskin itu susah, jadi kepingin tahu apabila
masyarakat sendiri bergerak menggalang dana untuk membangun yayasan yang
mendirikan RS atau pendidikan bagi warga miskin, tentunya ngga ambil untung,
misalnya.. apakah akan berhasil di Indonesia sesemarak yayasan-yayasan amal
atau lembaga donor bagi LSM di Indonesia, seperti yang ada di luar negeri ?
2. ada transaksi menarik: penitipan kambing, bentuknya saya kurang tahu,
tapi upahnya berupa anak kambing titipan tsb (entah sebagian atau semuanya,
saya ngga tahu juga). jadi mirip bank ya, kita titip uang, uangnya diputar
bank dan andainya laba, sebagian boleh diambil bank.
3. ketika membangun seperangkat infrastruktur seperti jembatan antarpulau,
mohon maaf ini pertanyaan orang yang ngga tau: apakah cost  benefit sudah
diperhitungkan ? dan apakah ada reviu atau audit atas hal ini, diluar audit
keuangan atau audit operasional pembangunan sang jembatan ?

jika berkenan, mohon bantuan petromaksnya bagi saya yang bodoh ini
jika tidak berkenan, ya mohon maap, sudah  mengganggu

*BR, ari.ams*


artikel asli:
http://oase.kompas.com/read/2010/08/31/02115556/Kegigihan.Riwati.Menaklukkan.Kemiskinan-14

*
Kegigihan Riwati Menaklukkan Kemiskinan
Selasa, 31 Agustus 2010 | 02:11 WIB
*

Oleh *M. Irfan Ilmie*

Matahari di atas Selat Madura tertutup awan, sementara sebagian tanah di
wilayah pesisir Bangkalan basah oleh rinai hujan.

Fenomena itu bagian dari pertanda musim kemarau basah. Meskipun mendung,
udara pada siang hari itu cukup menggerahkan.

Ular dan biawak pun lamat-lamat keluar dari semak belukar untuk sekadar
mencari kesegaran dengan bermain gemercik air di kali.

Dua ekor binatang melata itu pun seakan tak terusik oleh aktivitas seorang
perempuan separuh baya di sekitar kali di Desa Sukolilo Timur, Kecamatan
Labang, Kabupaten Bangkalan.

Batu seukuran buah pepaya yang diperolehnya dengan menggali tanah
dikumpulkannya di tempat tersendiri. Setelah dimasukkan ke dalam keranjang,
batu itu dipanggulnya. Kakinya yang kuat menaiki jalan setapak yang menanjak
menuju rumahnya.

Batu-batu yang dipanggulnya itu pun dijatuhkannya di atas pekarangan samping
rumahnya, persis seorang pegulat wanita saat membanting lawannya di atas
matras hingga menimbulkan suara, Brug.!

Tak lama kemudian, seorang gadis kecil menyodorkan palu. Sejenak dia
mengusap peluh yang membasahi wajahnya sebelum memulai pekerjaan lanjutan,
mencincang batu-batu seukuran buah pepaya itu menjadi seukuran ibu jari.

Selagi masih ada hujan, pekerjaan ini terasa agak berat, kata Siti Riwati,
saat ditemui di sela-sela kesibukannya di halaman samping rumahnya itu,
Minggu (29/8).

Selain berpengaruh terhadap berat massa, kandungan air di dalam bebatuan
yang telah bertahun-tahun tertimbun di dalam tanah pegunungan itu
mengakibatkan batu tidak mudah dipecah.

Dibutuhkan tenaga ekstra untuk mencacah batu-batu itu menjadi beberapa
bagian yang lazim disebut sebagai batu kerakal atau batu koral. Batu yang
bentuknya tak beraturan dan bersudut runcing itu biasa digunakan untuk
campuran bahan cor dan permukaan jalan sebelum diaspal.

Meskipun demikian, tidak ada isyarat menyerah yang tergambar pada gurat
wajah janda berusia 45 tahun itu. Setiap hari seperti ini, kata Riwati
mengenai batu yang menjadi menu kehidupan sehari-harinya itu.

Di sela-sela perbincangan, seorang gadis kecil keluar dari rumah dan
menghampiri ibunya yang sibuk oleh pekerjaannya itu. Mulut si gadis kecil
itu didekatkan pada telinga ibunya untuk menyampaikan sebuah pesan.

Riwati pun beranjak dari dingklik yang didudukinya setelah tangan gadis
itu menariknya terlalu kuat dan masuk ke dalam rumah beberapa saat untuk
memberikan penjelasan.

Pesan akan sifat posesif terhadap ibunya terpancar dari sorot mata gadis
itu. Sejak usia enam bulan, dia ditinggal bapaknya. Jadi, sama saya seperti
itu, katanya tentang anak bungsunya bernama Siti Hasanah yang tak mau lepas
dari dekapannya.

Tatapan mata bocah berusia delapan tahun yang masih duduk di bangku kelas IV
SD Negeri Sukolilo Timur itu menyiratkan kecurigaan kepada tamu, terutama
laki-laki yang tak dikenalnya.

Meskipun yang datang ke sini biasanya orang-orangnya Pak Lurah yang mau
mengangkut batu, dia tetap seperti itu, kata Riwati yang bertekad bulat
tidak mau menikah lagi setelah suaminya meninggal sekitar tujuh tahun silam
itu.

Ia tetap mengikuti kata hatinya sebagai orang tua tunggal yang bertanggung
jawab penuh atas masa depan anak-anaknya. Kalau pun dia memilih 

Re: [Keuangan] [oot] Kegigihan Riwati Menaklukkan Kemiskinan

2010-08-31 Terurut Topik Ari
1. tidak tersentuh jamkesmas/jamkesda karena biasanya ktp nya penduduk non
surabaya atau bahkan tidak punya ktp, sudah expired sejak dia meninggalkan
madura untuk mencari kehidupan di jawa. atau, bahkan memang tidak berupaya
untuk mengurus kartu tersebut.  terus gimana donk ?.


2. kalau jembatan suramadu sih imho memang proyek rugi.  soalnya jembatan
itu filosofinya menghubungkan dua daerah padat supaya roda ekonomi dan arus
distribusi uang dan barang bergerak.  kalau suramadu, dari kota padat ke
wilayah yg sepi.  mana ada resistensi pula dari penduduk madura thd
eksistensi jembatan dan orang surabaya yg jadi acapkali ke madura.

sementara yg punya keinginan politis sangat besar thd terlaksananya proyek
suramadu justru kebanyakan orang madura yg eksis di surabaya.  misalnya
saja, pak m. noer, orang madura yg pernah jadi gubernur jatim dan jadi
sesepuh di surabaya.

salam,
Ari

http://papabonbon.wordpress.com


2010/8/31 anton ms wardhana ari.am...@gmail.com



 :
 dengan segenap rasa hormat saya bagi setiap orang yang memilih berjuang
 keras untuk hidup daripada menadahkan tangan memohon belas kasihan.
 terkait ramadhan, saya rasa profil seperti ibu riwati inilah yang sebaiknya
 dibantu para muzakki (= pembayar zakat); tidak berarti saya bilang
 bersedekah pada para pengemis itu salah.

 bila dikaitkan dengan ekonomi (dan pembangunan), ada beberapa data dalam
 berita ini yang saya cermati:
 1. ibu ini tidak tersentuh/terdata jamkesmas/jamkesda atau yang sejenisnya.
 kalau ternyata mendata penduduk miskin itu susah, jadi kepingin tahu
 apabila
 masyarakat sendiri bergerak menggalang dana untuk membangun yayasan yang
 mendirikan RS atau pendidikan bagi warga miskin, tentunya ngga ambil
 untung,
 misalnya.. apakah akan berhasil di Indonesia sesemarak yayasan-yayasan amal
 atau lembaga donor bagi LSM di Indonesia, seperti yang ada di luar negeri ?
 2. ada transaksi menarik: penitipan kambing, bentuknya saya kurang tahu,
 tapi upahnya berupa anak kambing titipan tsb (entah sebagian atau semuanya,
 saya ngga tahu juga). jadi mirip bank ya, kita titip uang, uangnya diputar
 bank dan andainya laba, sebagian boleh diambil bank.
 3. ketika membangun seperangkat infrastruktur seperti jembatan antarpulau,
 mohon maaf ini pertanyaan orang yang ngga tau: apakah cost  benefit sudah
 diperhitungkan ? dan apakah ada reviu atau audit atas hal ini, diluar audit
 keuangan atau audit operasional pembangunan sang jembatan ?

 jika berkenan, mohon bantuan petromaksnya bagi saya yang bodoh ini
 jika tidak berkenan, ya mohon maap, sudah mengganggu

 *BR, ari.ams*

 artikel asli:

 http://oase.kompas.com/read/2010/08/31/02115556/Kegigihan.Riwati.Menaklukkan.Kemiskinan-14

 *
 Kegigihan Riwati Menaklukkan Kemiskinan
 Selasa, 31 Agustus 2010 | 02:11 WIB
 *

 Oleh *M. Irfan Ilmie*

 Matahari di atas Selat Madura tertutup awan, sementara sebagian tanah di
 wilayah pesisir Bangkalan basah oleh rinai hujan.

 Fenomena itu bagian dari pertanda musim kemarau basah. Meskipun mendung,
 udara pada siang hari itu cukup menggerahkan.

 Ular dan biawak pun lamat-lamat keluar dari semak belukar untuk sekadar
 mencari kesegaran dengan bermain gemercik air di kali.

 Dua ekor binatang melata itu pun seakan tak terusik oleh aktivitas seorang
 perempuan separuh baya di sekitar kali di Desa Sukolilo Timur, Kecamatan
 Labang, Kabupaten Bangkalan.

 Batu seukuran buah pepaya yang diperolehnya dengan menggali tanah
 dikumpulkannya di tempat tersendiri. Setelah dimasukkan ke dalam keranjang,
 batu itu dipanggulnya. Kakinya yang kuat menaiki jalan setapak yang
 menanjak
 menuju rumahnya.

 Batu-batu yang dipanggulnya itu pun dijatuhkannya di atas pekarangan
 samping
 rumahnya, persis seorang pegulat wanita saat membanting lawannya di atas
 matras hingga menimbulkan suara, Brug.!

 Tak lama kemudian, seorang gadis kecil menyodorkan palu. Sejenak dia
 mengusap peluh yang membasahi wajahnya sebelum memulai pekerjaan lanjutan,
 mencincang batu-batu seukuran buah pepaya itu menjadi seukuran ibu jari.

 Selagi masih ada hujan, pekerjaan ini terasa agak berat, kata Siti
 Riwati,
 saat ditemui di sela-sela kesibukannya di halaman samping rumahnya itu,
 Minggu (29/8).

 Selain berpengaruh terhadap berat massa, kandungan air di dalam bebatuan
 yang telah bertahun-tahun tertimbun di dalam tanah pegunungan itu
 mengakibatkan batu tidak mudah dipecah.

 Dibutuhkan tenaga ekstra untuk mencacah batu-batu itu menjadi beberapa
 bagian yang lazim disebut sebagai batu kerakal atau batu koral. Batu yang
 bentuknya tak beraturan dan bersudut runcing itu biasa digunakan untuk
 campuran bahan cor dan permukaan jalan sebelum diaspal.

 Meskipun demikian, tidak ada isyarat menyerah yang tergambar pada gurat
 wajah janda berusia 45 tahun itu. Setiap hari seperti ini, kata Riwati
 mengenai batu yang menjadi menu kehidupan sehari-harinya itu.

 Di sela-sela perbincangan, seorang gadis kecil keluar dari rumah dan
 menghampiri ibunya yang sibuk oleh pekerjaannya itu. Mulut si