Setuju dengan Bapak Agus...
Rakyat Indonesia masih banyak yang gampang terkesima dengan produk luar negeri.
Begitu rupiah menguat, yang belanja sale di Singapore, Malaysia dan impor
produk luar lainnya sudah gak kira-kira. Kamera diskon di Singapore aja di
kejer beli. Lagi murah katanya...
Saat ini status redenominasi masih dalam kajian...tahap study dan masih jauh
untuk dijadikan policy, makanya masih terbuka untuk didiskusikan...termasuk
melalui milis ini...thanks teman2 untuk postingannya yang mencerahkan...
topik ini pasti akan kontroversial, seperti kata woodrow wilson : If
Ada produk pertanian kita a.l. beras yang sulit bersaing dengan pasar
interintersional, sebab produk2 itu biaya produksinya, karena letaknya
di iklim yang panas lebih mahal dari biaya di iklim sejuk. Sebab itu
tendensi import bahan makanan mulai dari terigu, jagung dan apalagi
buah2an iklim
Memilih mata uang menjadi lemah adalah suatu kesalahan yang fatal. Yang benar
adalah terus dijaga pada nilainya dan kalau perlu diperkuat secara gradual
sampai yang namanya subsidi hilang dengan sendirinya. Setelah hilang subsidi
dan semua berada pada kesetimbangan baru, baru kita mikir
Dear Guys,
Ini sekedar sharing aja (FYI):
1. Ketika Inflasi meningkat maka mata uang melemah
2. Untuk menjaga inflasi tetap rendah, selain operasi pasar, biasanya
Bank Sentral suatu negara mengambil langkah menaikkan suku bunga,
maka saat suku bunga suatu negara naik, mata uang
Fokus bapak sama subsidinya..
Subsidi (belanja negara) cuma sebagian kecil dari kesatuan ekonomi seluruh
bangsa.
Untuk situasi sekarang, pelemahan yang dapat memperkuat kemampuan produksi
dalam negeri (dan konsumsi dalam negeri) lebih penting dari pada pen-subsidian
konsumsi barang-barang