[BUKU INCARAN]

10 BUKU INDONESIA 2009 LAYAK PERHATIAN 
---Anwar Holid

Pada awal Desember 2009 www.jakartabeat.net menawari saya untuk menulis daftar 
buku karya penulis Indonesia yang paling menarik atau mengesankan terbitan 
2009. "Media biasa membuat tulisan ringan akhir tahun. Memang subyektif, kan 
just for fun." Demikian suratnya.

Buku "layak perhatian" ini menurut saya sepadan dengan "notable"; sementara 
bila saya gunakan "terbaik" tampaknya terlalu pretensius. Buku yang terpilih 
genrenya lumayan lengkap. Ada nonfiksi, autobiografi, puisi, fiksi, humor, 
sejarah, esai. Saya menyusun judul berdasarkan urutan alfabet.

1/ 9 dari Nadira (Leila S. Chudori; KPG, 270 hal.)
Buku ini hadir setelah penulisnya absen menerbitkan buku lebih dari dua 
dasawarsa lalu, persisnya setelah Malam Terakhir (1988) mendapat respons 
positif dari berbagai kalangan karena kepekatan ceritanya dengan sosial-politik 
dan gaya berceritanya yang amat kuat dan bisa jadi tanpa tedeng aling-aling 
terhadap berbagai kemunafikan. 

9 dari Nadira cukup berbeda dari Malam Terakhir, ia lebih merupakan cerita 
cukup panjang saling terkait yang berpusar pada tokoh utama perempuan bernama  
Nadira. Hidup normal Nadira sendiri terganggu oleh kisah dalam diari 
peninggalan ibunya yang mati bunuh diri, masa  kecilnya yang bandel, luka 
terlalu dalam dengan kakak sulung perempuannya, hubungannya dengan ayahnya yang 
 mengalami post power syndrome, kakak lelakinya yang bujang lapuk, karirnya 
sebagai wartawati, wawancaranya dengan seorang psikopat pelaku pembunuhan 
berantai, rekan kerja yang mencintainya tapi dia abaikan,  perkawinannya yang 
bermasalah. Meski realis, Leila masih bisa mengelaborasi mitos, agama, beban 
psikologi,  trauma, kekecewaan, dan misteri batin manusia jadi jalinan kisah 
yang memikat.

2/ Akar Berpilin (Gus tf; GPU, 70 hal.)
Kumpulan 38 sajak yang imajinatif dan kaya nuansa, kebanyakan menelisik sifat 
manusia dan bertanya siapa sebenarnya makhluk bernyawa penuh gejolak yang 
terbalut daging dan tulang ini. Memang buku ini tak akan  memuaskan dalam 
sekali baca, namun ia akan tetap menarik untuk dibolak-balik. Puisi Gus tf 
menantang untuk kita baca berulang-ulang karena mengandung permainan bahasa dan 
makna yang lumayan sulit dan bersayap, tapi tidak sampai membuat puisi itu 
jatuh jadi gelap. Ungkapan-ungkapannya eksploratif.

3/ Jangan Main-Main dengan Tuhan (Bambang Joko Susilo; Republika, 156 hal.)
Lebih terkenal sebagai penulis cerita kanak-kanak dan remaja, Bambang Joko 
Susilo juga tetap berusaha memperlihatkan kinerjanya di dunia sastra dewasa. 
Tema kumpulan cerpen ini fokus pada tema maut dan peristiwa  kematian, hampir 
semua menggunakan sudut pandang orang pertama, sebagian besar setting terjadi 
di tempat yang terkesan sebagai pinggiran kota, sehingga mengesankan 
cerpen-cerpen di dalamnya secara longgar memiliki keterkaitan. 

Kisah dalam cerpen Bambang Joko Susilo bersahaja, memprihatinkan, sekaligus 
mampu memaksa pembaca mengakui  kejujuran dan pandangannya yang tanpa kompromi 
terhadap berbagai kemunafikan. Biasanya si protagonis jujur, teguh memegang 
prinsip dan moralitas, membuat ekspresi dan emosi karakter terungkap dengan 
baik---meskipun ada juga cerpen dengan tokoh frustrasi yang akhirnya kalap 
padahal sebelumnya mati-matian menahan diri terhadap gempuran yang mengikis 
mentalnya.

4/ Membongkar Manipulasi Sejarah (Asvi Warman Adam, Penerbit Kompas, 257 hal.)
Buku sejarah yang renyah, kaya informasi, dan mengoreksi banyak salah anggapan 
terhadap berbagai peristiwa  sosial-politik yang terjadi di Indonesia. Setengah 
dari isi buku ini menelusuri perhatian utama Asvi pada kontroversi  pendapat 
mengenai peristiwa Gerakan 30 September 1965 yang memang mengubah perjalanan 
bangsa Indonesia.  Asvi dengan tegas menolak istilah "G30S/PKI" (versi 
pemerintah Orde Baru) atau "Gestapu" (versi pers militer) karena menilai bahwa 
dalang dari peristiwa tersebut berbeda-beda, masih terasa sebagai konspirasi, 
dan masih merupakan misteri yang belum terpecahkan secara definitif.

Asvi sering menimbang berbagai simpang-siur terhadap suatu peristiwa sejarah 
dengan secara jeli dan tegas. Misal,  dia kukuh mengingatkan bahwa Susilo 
Bambang Yudhoyono ialah presiden Indonesia ke-8, bukan ke-6 sebagaimana  
keyakinan pers dan anggapan masyarakat umum selama ini. Kenapa kekeliruan 
anggapan itu sulit diubah? Dia juga mendukung berbagai alternatif temuan baru 
dan kemungkinan bahwa peristiwa sejarah bisa berlangsung di luar  dugaan pihak 
resmi, dan mengusahakan agar tesis maupun fakta itu terus dikaji kebenarannya, 
bukan malah ditutup-tutupi. Selama ini pendapat bahwa para Wali Songo ada 
kemungkinan berasal dari Cina dihalang-halangi, Asvi mencoba mengangkatnya 
berdasarkan berbagai arsip lama yang selama ini terabaikan.

5/ Menuju Jurnalisme Berkualitas (Ignatius Haryanto, ed.; KPG, 424 hal.)
Buku ini merupakan kumpulan karya finalis dan pemenang Mochtar Lubis Award 
2008, terdiri dari lima kategori, yaitu pelayanan publik, tulisan feature, 
pelaporan investigasi, foto jurnalistik, dan liputan mendalam jurnalisme 
televisi.

Hal paling berharga dari buku ini ialah kita bisa membaca dan belajar tentang 
tulisan bermutu, sekaligus tahu alasan kenapa karya tersebut memang benar-benar 
mantap. Ini memberi kepastian bahwa karya yang bagus itu memang bisa diukur, 
ada faktor dan kriterianya. Menurut penyuntingnya: aneka contoh (karya ini) 
akan sangat berguna bagi para pembaca dan membuat mereka bisa mencecap langsung 
seperti apa karya jurnalistik yang baik itu. 

Buku ini terutama berharga sekali bagi mahasiswa jurnalistik dan siapapun yang 
tertarik dengan kepenulisan, orang yang ingin menekuni citizen journalist, 
termasuk blogger. Kita bisa membaca baik tulisan pendek yang berisi, maupun 
tulisan amat panjang yang benar-benar memikat. Secara tersirat buku ini juga 
menguatkan kaitan antara industri pers yang sehat, berkembang baik, dengan 
kualitas karya jurnalistik yang juga hebat---meskipun ini bukan sesuatu yang 
mutlak.

6/ Miracle of the Brain (Tingka Adiati; GPU, 207 hal.)
Setelah bangkit dari koma, suami Tingka Adiati kembali hanya untuk diurus 
sebagai pasien selama lebih dari satu tahun  lamanya. Apa yang bisa dilakukan 
istri dalam keadaan seperti itu? Tingka segera memutuskan dirinya akan total  
mendampingi suaminya, menjalani drama amat mengharukan yang bisa dibayangkan 
oleh pasangan suami-istri atau  orang-orang yang merasa siap berkorban nyawa 
bagi kekasihnya. 

Selama bulan-bulan yang mengguncangkan itu Tingka mengalami turning 
point---suatu titik balik yang menandai  perubahan kehidupan seseorang menjadi 
lebih baik dan baru sama sekali. Saat itulah dia membuktikan makna cinta  dan 
kasih sayang kepada suami, anak-anak, dan keluarga. Dia juga mendapatkan visi 
baru tentang iman, hubungan  yang lebih intim dengan Tuhan, dan spirit dalam 
menghadapi kehidupan. Dalam buku memoar inilah semua luapan emosi seorang istri 
dalam merawat suami yang terkena stroke selama lima belas bulan kemudian 
terekam secara  menggetarkan. Selain menulis cukup detil cara merawat pasien 
stroke, memenuhi kebutuhan terapi untuk suaminya, Tingka merefleksikan hidup 
dan perjalanan perkawinannya. Periode itu berlangsung amat drastik dan dramatik.

Tingka sepenuhnya menghayati pemulihan penderita stroke sebagai fase manusia 
dewasa balik lagi ke tahap bayi,  tanpa daya, bergantung orang lain, dan 
kebutuhannya harus langsung terpenuhi---sebab kalau tidak bisa berakibat  
fatal. Dia berkali-kali menghadapi situasi amat buruk, namun kekuatannya bisa 
kembali pulih untuk membuktikan  betapa seorang istri bisa begitu setia, 
sayang, tegar, sekaligus berbakti pada keluarga. Pantas bila Budiarto Shambazy 
amat salut kepada Tingka. Katanya, "Tingka telah menjadi manusia ikhlas dengan  
merawat suaminya, sejak sakit sampai wafat dan membesarkan tiga anak tanpa 
berkeluh  kesah---jauh melebihi  kemampuan sebagian dari kita, manusia biasa."

7/ Nyi Vinon (Vinondini Indriati; Daun Buku, 398 hal.)
Vinondini menulis tentang dirinya, trah keluarga, orang-orang terdekat, 
pikiran, keyakinan, juga nilai yang berhadap-hadapan  dengan keyakinannya 
sebagai individu. Dia menunjukkan betapa individu itu bisa sangat unik. Betapa 
orang  kebanyakan---apalagi "bukan siapa-siapa"---bisa memiliki idealisme yang 
amat kuat, mengejutkan, juga memiliki  komentar amat jeli tentang agama, 
politik, pendidikan, masyarakat, sosial, termasuk pengamatan diri yang jernih.

Membaca autobiografi Vinon bisa membuat orang terkesima, "Ternyata ada orang 
seperti ini!" Meski kadang-kadang  kepribadiannya tampak aneh, Vinon 
membuktikan bahwa seorang individu itu khas, merdeka, unik sama sekali. Berkat  
orisinalitas dan keunggulannya, Nyi Vinon berpeluang menjadi buku standar dalam 
genre autobiografi di Indonesia.

8/ Salamatahari # 2 (Sundea; Pikiran Kecil, 62 hal.)
Dalam buku tipis-mungil ini, semua benda jadi bernyawa, dekat, punya pikiran, 
dan bermain-main dengan penulisnya.  Menulis secara naif---dengan ejaan yang 
sengaja mengabaikan kaidah EYD dan informal---Sundea berhasil  menghidupkan 
peristiwa sehari-hari jadi pengalaman mistik dengan benda-benda. Mengagetkan 
betapa sesuatu yang  tampak sangat remeh mendadak mungkin saja bisa menjadi 
sesuatu yang ajaib. Kadang-kadang pikiran Sundea  tampak aneh sekali dalam 
memandang benda. Sekilas, pembaca umum akan menganggap buku ini akan mudah 
dipahami karena bercerita dengan bahasa kanak-kanak, tapi pikiran dewasa 
penulisnya kerap menyelinapkan persoalan subtil seperti kematian, kondisi jiwa 
manusia, dan bagaimana biar kita bisa setiap menghargai kehidupan hingga ke hal 
sekecil-kecilnya.

9/ Seribu Tahun Cahaya (Mad Soleh; Pustaka Bimasakti, 245 hal.)
Novel humor tentang Indonesia pada tahun 2100. Dunia dan segala sejarahnya 
sudah begitu banyak berubah. Tahun itu Indonesia menjadi negara adidaya yang 
memelopori penjelajahan luar angkasa di luar sistem tatasurya dan menjadi pusat 
pertemuan ilmuwan dari berbagai belahan dunia.  
Indonesia menjadi negara federal, ibu kotanya pindah ke Lamongan yang lebih 
segar, sebab Jakarta tetap macet dan gagal diperbaiki. Presidennya seorang 
visioner bijak bestari bernama Notonegoro---meskipun dia dahulu sempat mengidap 
skizofrenia, tapi sudah sembuh total. 

Cerita dalam Seribu Tahun Cahaya melibatkan sains dan teknologi luar angkasa 
yang pelik, namun juga mempersoalkan sifat-sifat dasar dan abadi dalam diri 
manusia, seperti kasih sayang, persaingan, dan kegaiban masalah hati. Semua 
berlangsung secara nalar dan terkendali. Humor-humornya bisa melontarkan kita 
pada  kesumpekan persoalan hari ini, membuat kita lebih optimistik bahwa 
Indonesia bisa menjadi negara yang hebat juga. Penulisnya, seorang sarjana ilmu 
farmasi dari Universitas Airlangga, Surabaya, sungguh-sungguh menciptakan dunia 
bualan secara meyakinkan. Secara fantastik dia kembali mengenalkan khazanah 
musik lama mulai dari The Beatles, Pink Floyd, dan Benyamin S., termasuk 
kuliner tradisional Indonesia yang abadi digemari orang dari berbagai negeri.

10/ Simply Amazing (J. Sumardianta; GPU, 188 hal.)
J. Sumardianta membongkar naskah ini sedemikian rupa hingga menjadi buku berisi 
pergumulan manusia dengan drama kehidupannya, terutama demi memuliakan diri dan 
menemukan nilai yang paling berharga,  yaitu spiritualitas. Singkatnya, buku 
ini berisi kontemplasi perihal masalah sederhana yang berdampak luar bisa dalam 
hidup tokoh-tokohnya.

Sumardianta berhasil dengan jeli memastikan kenapa dan kapan momen-momen 
spiritualitas seseorang bisa tumbuh (mengalami epifani), lantas membentuk 
karakter orang tersebut secara permanen. Pengalaman spiritual bukan hanya 
monopoli orang beragama, melainkan bisa juga terjadi pada orang yang awalnya 
ateis, atau beralih iman. Spiritualitas itu berbeda sedikit dengan religiositas 
(keagamaan), ia membutuhkan intensitas penghayatan yang lebih besar dengan 
kehidupan manusia dan Tuhan.

Keunggulan lain buku ini ialah memperlihatkan betapa pemahaman J. Sumardianta 
terhadap iman lain---terutama  Islam---bagus. Dia mampu menyelami kedalaman 
spiritual agama Islam, Buddhisme, maupun Hindu, dan itu cukup  mengagetkan bagi 
seorang guru kolese, yang bukan saja begitu akrab dengan spiritualitas Katolik, 
melainkan juga  sangat jelas komitmen imannya. Lewat pancaran spiritualitasnya, 
di buku ini Sumardianta mengajari kita soal toleransi  dan kebajikan yang amat 
penting agar terhindar dari bahaya SARA.[]

ANWAR HOLID bekerja sebagai editor, penulis, publisis. Eksponen TEXTOUR, Rumah 
Buku, Bandung. Blogger @  http://halamanganjil.blogspot.com.

KONTAK: war...@yahoo.com | HP: 085721511193 | Panorama II No. 26 B Bandung 40141

Copyright © 2008 BUKU INCARAN oleh Anwar Holid

Untuk daftar tentang subjek lain dan komentar lebih lanjut, klik 
http://www.jakartabeat.net


Anwar Holid: penulis, penyunting, publisis; eksponen TEXTOUR, Rumah Buku.

Kontak: war...@yahoo.com | (022) 2037348 | 085721511193 | Panorama II No. 26 B 
Bandung 40141

Sudilah mengunjungi link ini, ada lebih banyak hal di sana:
http://www.goethe.de/forum-buku
http://www.rukukineruku.com
http://ultimusbandung.info
http://www.visikata.com
http://www.gramedia.com
http://halamanganjil.blogspot.com 

Come away with me and I will write you
---© Norah Jones


      

Kirim email ke