Indonesiaku Kebanggaanku Bertutur Lewat Film
REP 
Gurat Ungu Senja
|  15 Juni 2010  |  09:46
6
0
Belum ada chart.
   
 Belum ada chart.     
Nihil.
 
“Indonesia dalam masa-masa yang terpuruk karena penguasa tak lagi peduli”. 
 
Lalu siapa yang akan peduli dengan masa depan bangsa? Mereka sibuk “bermain” 
dalam kasus Century, mafia hukum dan makelar kasus. Bangsa ini sudah letih 
dengan semuanya, demo tak lagi mempan, tulisan tak lagi dibaca, lalu munculah 
sebuah ide dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ) untuk mengangkat kembali 
kepedulian anak muda dengan menggelar Festifal Film Pelajar (FFP) 2010 dengan 
tema “Indonesia Kebanggaanku”. IKJ melihat bahwa kepedulian terhadap bangsa ini 
perlu terus untuk ditumbuhkan sejak usia muda.
 
FFP tahun ini diikuti oleh 169 karya film yang masuk Festival Film Pelajar 
Indonesia 2010, yang terdiri dari 5 kategori : fiksi, animasi, dokumenter, 
iklan layanan masyarakat dan video  musik. Menurut Ketuapenyelenggara Tomy 
Widyanto Taslim acara ini digelar sebagai bentuk kepedulian pekerja seni 
terhadap hilangnya nilai-nilai kebangsaan dan kepedulian terhadap Indonesia 
kedepan. “Kita sudah capek melihat demo tiap hari, lalu kita punya ide untuk 
mengajak anak-anak muda membangun kembali Indonesia melaui film. Kita ingin 
mengajak pelajar membangun kembali Indonesia dengan cara-cara yang lebih 
kreatif, yaitu film”.
 
Kategori yang ditetapkan juri adalah Karya terbaik kategori fiksi : memiliki 
kadar pesan yang kuat  dalam menumbuhkan sikap nasionalisme, gaya bertutur yang 
runtut, kualitas teknik yang sangat mendukung dan penggunaan bahasa visual yang 
efektif. Karya terbaik kategori dokumenter: memiliki tema kuat dalam mendukung 
nilai-nilai budaya tradisional, dengan gaya bertutur yang runtut, aspek teknik 
dan estetis yang sangat  mendukung.Karya terbaik kategori animasi: memiliki 
tema yang kuat, pemilihan media animasi yang tepat sehingga sangat menunjang 
penyampaian pesannya. Karya terbaik kategori Iklan Layanan Masyarakat: pesan 
yang mudah dipahami dengan gaya bertutur yang bersahaja.Karya terbaik kategori 
Video Musik:kaya dengan ungkapan-ungkapan visual  yang inovatif, searah dengan 
lirik, lagu dan tema yang diangkat.
 
Indonesia memang tengah dilanda krisis kepedulian akan keberlangsungan negara 
yang konon besar ini. Kekayaan negara yang tersebar di seluruh nusantara 
pelan-pelan tinggal sejarah dan mungkin tinggal cerita. IKJ melihat hal ini 
sebagai krisis yang harus segera diselamatkan dengan mengajak pelajar 
mendokuntasikan kebudayaan yang ada diwilayah mereka masing-masing. Hasilnya 
ternyata luar biasa, 4 film dokumenter tentang kebudayaan sanggup dirampungkan 
siswa dari berbagai wilayah, seperti 2 buah karya dari SMKN 3 Batu, Malang yang 
mengambil judul “Banteng Monel dan Santos Si Jago Kentrung”. Banteng Monelan 
yang berhasil menjadi pemenang untuk kategori dokumenter bertutur tentang 
kesenian Bantengan satren ke Benteng monelan yang menonjolkan kecantikan, 
kemanisan, keserasian gerak, tari dan musik yang masih dilakukan oleh anak-anak 
dibeberapa sanggar tari di Malang. Santos Si jago Kentrung, bertutur tentang 
cita-cita dan harapan seorang anak bernama Santos
 yang terus berupaya untuk melestarikan budaya didaerahnya. 
 
Untuk ketegori Iklan Layanan pelajar dari SMKN 1 Sukabumi berhasil menjadi 
pemenang iklan layanan terbaik dan sutradara terbaik sekaligus. Iklan layanan 
masyarakat ini mengyampaikan pesan tentang penyelamatan hutan dari penebangan 
liar. Karena hutan yang telah gundul sekarang ini udara terasa panas sampai ke 
Sukabumi, hal itulah yang mednorongPrima Cita, selaku sutradara menuangkan 
idenya dalam bentuk iklan layanan masyarakat. Selain itu ia bahwa Indonesia 
saat ini terkenal “brutal” tak ada lagi yang peduli, senang berkelahi, 
membudayakan korupsi, pendidikan dan kesehatan tak lagi menjadi tanggung jawab 
pemerintah. “Orang miskin susah berobat dan sekolah karena biaya mahal”.
 
Dalam kategori iklan layanan masyarakat “Cintailah Batik Indonesia” karya Eko 
Dita yunianto SMK Nawa Bhakti Kebumen, Jawa Tengah mengajak kita semua untuk 
mencintai warisan budaya batik. “Jaga” sebuah ajakan dari Anita Setyawati dari 
SMKN 51 Jakarta, mengajak kita semua untuk menjaga kebudayaan-kebudayaan asli 
Indonesia. Ayah dan rokok, iklan yang dihasilkan dari SMKN 5 Bandar Lampung 
mengajak masyarakat untuk berhenti merokok agar umur panjang.
 
Kategori Fiksi dimenangkan oleh SMKN 1 Ponggalan Trenggalek yang membuat film 
berjudul “Untukku Untukmu dan Untuk Negara Kita”. Film ini mengambil cerita 
tentang persahabatan 2 orang anak muda yang memiliki cita-cita untuk membangun 
bangsa dan negaranya meskipun salah satu diantara mereka memilih untuk 
melanjutkan studi ke Jepang namun akhirnya kembali kedaerah karena ingin 
membangun bangsa. Menurut Novanda Febrianti, kerpihatinan terhadap 
ketidakpedulian orang yang suskes terhadap daerah asalnya menjadi latar 
belakang film ini. “banyak yang telah mendapat pendidikan tinggi tetapi mereka 
tak mau kembali kedaerah lagi, sehingga daerahnya tidak dibangun” tutur pelajar 
berambut panjang tersebut.Film karya pelajar Trenggalek menyisihkan karya lain, 
seperti Novel (in memoriam) karya Yusuf Mustofa dari SMKN 2 Buduran, Sidoarjo 
yang bertutur tentang persabahatan. Dinda dan Anonymous, SMAI Al-Ashar Bekasi 
yang bertutur tentang seoarang anak penderita
 Schizoprenia.
 
Sebuah film yang bertutur tentang semangat nasionalisme berhasil dibuat oleh 
Irham Haryadi dari SMKN 1 Jepara. Film ini bercerita tentang upacara 17 Agustus 
yang bakal dilupkan generasi mendatang. “ sekarang saja disekolah sudah jarang 
ada pendidikan yang berkaitan dengan kebangsaan, seperti mengenal Pancasila dan 
Indonesia. Dulu di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah masih ada pendidikan 
tentang itu tapi Sekolah Menengah Kejuruan tak ada lagi”. Ketika saya bertanya 
mengenai cerit yang diangkatnya, ia bertutur bahwa mungkin hal itu akan terjadi 
mbak, karena sekarang ini sudah jarang orang mengingat hari-hari bersejarah 
bangsa”.
 
Sedangkan indonesia kebangganku sebuh film yang bercerita tentang semangat 
seorang anak meraih prestasi dalam bidang olah raga. Dalam mengisi kehidupan 
sebagai pelajar selain rajin belajar adalah meningkatkan prestasi dengan cara 
berlatih yang gigih.
Untuk kategori film fiksi animasi terdapat 3 film yang masuk nominasi, yaitu ; 
kepiting vs manusia yang diproduksi oleh SMKN 1 Kendal, Jawa Tengah. Animasi 
ini bercerita tentang pencemaran laut yang diakibatkan oleh manusia sehingga 
kepiting marah dan melakukan perlawanan terhadap manusia.
 
Zoo yang bercerita tentang burung cendrawasih sebagai kekayaan satwa Indonesia, 
adalah karya Ahmad Fadly dari SMKN 4 Malang. Sebagai pemenang untuk kategori 
ini, film animasi “Jayalah Terus Indonesia” sutradara Aldito Virandi Tagor dari 
SMKN 1 Cimahi, Jawa Barat. animasi ini bercerita tentang terbentuknya 
pulau-pulau di Indonesia serta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah 
harga mati.
 
Vidio musik menjadi sebuah sajian festifal film yang dipilih oleh 5 peserta, 
antara lain; Anindya Prajna Paramita, dari SMKN 7 yogyakarta yang 
memepertanyakan arti perdamaian di sekitar kita. Sedang Muhammad Faisal dari 
SMKN 51 Jakarta mengangkat cerita tentang suka dukanya menjadi reporter dan 
wartawan. Mengangkat cerita tentang percintaan masih menjadi cerita menarik dan 
digemari oleh beberapa peserta, Lepaskan sutradara Reza Fatmawati SMKN 2 
Buduran, Sidaoarjo, menceritakan tenatang pengalaman perih mencintai seorang 
kekasih. Sedangkan Reportoar dalam sakit sutradara Rafik Dwi Pangestu dari SMKN 
8 Surakarta menceritakan kisah mencintai seseorang yang buruk rupa tetapi 
akhirnya bertepuk sebelah tangan. Video ini berhasil menjadi pemenang terbaik 
dalam kategori ini.
 
Apatis tentunya bukan menjadi harapan kita semua dalam menyikapi kehidupan di 
Indonesia. Meskipun kita semua tahu bahwa bangsa ini telah lalai mengurusi 
persoalan bangsa. Mereka lebih sibuk mengurusi persoalan partai politik, 
koalisi dan pilkada. Mereka telah lupa memupuk rasa nasionalisme dikalangan 
generasi muda, sehingga tak jarang rasa memiliki terhadap bangsa ini mudah 
pudar dengan masuknya paham-paham radikalisme akhir-akhir ini. Kepedulian siapa 
pun saat ini untuk kembali memupuk bahwa tanah air kita adalah satu, bangsa 
kita adalah Indonesia patut mendapat apresiasi. 
 
Film menjadi media yang menarik untuk kembali membangun kecintaan terhadap 
bangsa ini, tanpa bermaksud untuk menggurui atapun ceramah. Semua telah letih 
mendengar diskusi yang berat dan membikin tak mengerti semua yang mengikuti. 
Mereka, pelajar itu memilih dengan caranya sendiri tetap mencintai Indonesia, 
tanpa banyak bertutur mereka telah menunjukkan bahwa mereka tetap bangga pada 
Indonesia. Mereka belajar sendiri dari pengamatan dan pengamalaman hidup karena 
tak ada lagi contoh yang dapat mereka temukan di lembaga-lembaga pemerintahan 
ataupun di gedung-gedung anggota dewan. Mereka masih sepakat bahwa Indonesia 
patut untuk tetap dijaga, terlepas dari apapun. Keunikan dan keragam ini adalah 
bagian dari kekayaan Indonesia, itu sejarah yang telah kami dengar, kami tak 
ingin itu tinggal cerita dibuku-buku. 
 
Peserta dari berbagai daerah, mereka mengatakan kemenangan yang mereka raih 
adalah bukti bahwa kepedulian terhadap kekayaan budaya, alam, dan semangat 
untuk kehidupan yang lebih damai masih ada. tentunya hal ini melegakan 
siapapun, termasuk kikisan ideologi tertentu yang kian runcing mengancam 
pelajar diberbagai daerah. Sepatutnya kita berikan apresiasi terhadap semua 
pihak yang masih ingin terus menjaga Indonesia dalam keberagaman dan tetap 
menjadikan Indonesiaku Kebangganku. Dukungan dari pendidik juga sangat 
dibutuhkan di saat pelajar memilih untuk menjadikan film sebagai sarana 
komunikasi untuk semua pihak.
“Kami akan tetap berkarya tanpa dukungan siapapun termasuk guru-guru kami yang 
tak peduli”. (Novanda Febrianti)


Kirim email ke