Takziyah kepadaOrang Kafir Ada perbedaan pendapat dalam masalah melayat kepada orang kafir dzimmi (orang kafir dalam perlindungan). Sebagian ulama Hanafiyah dan Syafi’iyah memperbolehkannya. Adapun Imam Ahmad bersikap tawaqquf, beliau tidak berpendapat apa-apa dalam masalah ini.
Sedangkan para sahabat Imam Ahmad memandang takziyah sama dengan iyadah (menengok atau besuk). Dan dalam masalah ini, mereka memiliki dua pendapat: Pertama, menengok dan melayat orang kafir hukumnya terlarang atau haram. Dalil yang mereka pergunakan ialah: “Janganlah memulai salam kepada Yahudi dan Nasrani. Apabila kalian berpapasan dengan salah seorang dari mereka, pepetlah ke tempat yang sempit.” (HR Muslim). Dalam hal ini, takziyah disamakan dengan memulai salam kepada mereka. Kedua, membolehkan takziyah dan menengoknya, dengan dalil hadits berikut: “Dahulu ada seorang anak Yahudi yang membantu Nabi SAW. Suatu ketika si anak ini sakit. Rasulullah menengoknya. Beliau duduk di dekat kepalanya, dan berkata, ‘Masuklah ke dalam Islam.’ Anak tersebut memandang bapaknya yang hadir di dekatnya. Bapaknya berkata, ‘Patuhilah (perkataan) Abul Qasim!’ Maka anak itu pun masuk Islam. Setelah itu Nabi SAW keluar seraya berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan anak itu dari siksaneraka.” (HR Bukhari). Pendapat yang rajih, yaitu tidak boleh melayat orang kafir dzimmi, terkecuali apabila membawa kemaslahatan—menurut dugaan yang rajih—misalnya mengharapkannya masuk Islam. Wallahua’lam. Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android