AR-RAQÎB, YANG MAHA MENGAWASI

Oleh
Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni MA
http://almanhaj.or.id/content/3398/slash/0/ar-raqib-yang-maha-mengawasi/

PENETAPAN NAMA AR-RAQIB
Nama Allah k yang maha agung ini disebutkan dalam tiga ayat al-Qur'an:

إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Sesungguhnya Allah Maha Mengawasi kamu sekalian [an-Nisâ'/4:1].

وَكَانَ اللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ رَقِيبًا

Dan adalah Allâh Maha Mengawasi segala sesuatu [al-Ahzâb/33:52]

وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ ۖ فَلَمَّا
تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ ۚ وَأَنْتَ عَلَىٰ
كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

Dan akulah yang menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di
antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah
Yang Maha Mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas
segala sesuatu [al-Mâidah/5:117].

MAKNA AR-RAQIB SECARA BAHASA
Ibnu Fâris rahimahullah menjelaskan bahwa asal kata nama ini
menunjukkan makna yang satu, yaitu berdiri (tegak) untuk mengawasi
atau memperhatikan sesuatu [1]. Sedanglan al-Fairuz Abâdi rahimahullah
dalam al-Qamuusnya menjelaskan bahwa nama ini secara bahasa berarti
pengawas, penunggu dan penjaga [2]. Sementara itu, Ibnul Atsîr
rahimahullah dan Ibnu Manzhûr rahimahullah menjelaskan bahwa nama
Allah al-Raqîb berarti Maha Penjaga/Pengawas yang tidak ada sesuatu
pun yang luput dari-Nya [3]. Demikian pemaparan para Ulama lughah
(bahasa) tentang makna kata ar-raqiib melalui tinjauan bahasa.

PENJABARAN MAKNA NAMA ALLAH AL-RAQIB
Imam Ibnu Katsîr rahimahullah ketika menafsirkan ayat pertama di atas,
beliau menjelaskan bahwa makna ar-Raqîb adalah zat yang maha mengawasi
semua perbuatan dan keadaan manusia" [4]
.
Syaikh ‘Abdurrahmân as-Sa'di rahimahullah berkata: "Ar-Raqîb adalah
zat yang maha memperhatikan dan mengawasi semua hamba-Nya ketika
mereka bergerak(beraktifitas) maupun ketika mereka diam, (mengetahui)
apa yang mereka sembunyikan maupun yang mereka tampakkan, dan
(mengawasi) semua keadaan mereka" [5]

Di tempat lain beliau berkata, ar-Raqîb adalah zat yang maha mengawasi
semua urusan (makhluk-Nya), maha mengetahui kesudahannya, dan maha
mengatur semua urusan tersebut dengan sesempurna-sempurna aturan dan
sebaik-sebaik ketentuan[6] ".

Maka makna ar-Raqîb secara lebih terperinci adalah Dzat Yang Maha
memperhatikan (mengetahui) segala yang tersembunyi dalam dada (hati)
manusia, yang Maha mengawasi apa yang diusahakan setiap diri manusia,
Yang Maha memelihara semua makhluk dan mengatur mereka dengan
sebaik-baik aturan dan penataan paling sempurna, yang Maha mengawasi
semua yang terlihat dengan penglihatan-Nya, tidak ada sesuatu pun yang
luput dari-Nya, yang Maha mengawasi semua yang terdengar dengan
pendengaran-Nya yang meliputi segala sesuatu, yang Maha mengawasi
(memperhatikan) semua makhluk dengan ilmu-Nya yang meliputi segala
sesuatu [7] .

PENGARUH POISTIF DAN MANFAAT MENGIMANI NAMA ALLAH AR-RAQIB
Pengaruh positif yang paling utama dengan mengimani nama Allâh Azza wa
Jalla yang agung ini adalah senantiasa merasakan murâqabatullâh
(pengawasan dari Allâh Azza wa Jalla ) dalam semua keadaan kita, dan
timbulnya rasa malu yang sesungguhnya di hadapan-Nya. Kondisi ini akan
mendorong seorang hamba untuk selalu konsisten melakukan ketaatan
kepada-Nya dan menjauhi semua perbuatan maksiat, di manapun ia berada
[8] .

Murâqabatullâh (selalu merasakan pengawasan Allâh Azza wa Jalla)
adalah kedudukan yang sangat tinggi dan agung dalam Islam, sekaligus
merupakan tahapan utama untuk menempuh perjalanan menuju perjumpaan
dengan Allâh Azza wa Jalla dan negeri akhirat.

Hakekat murâqabatullâh adalah seorang hamba senantiasa merasakan dan
meyakini pengawasan Allâh Azza wa Jalla terhadap (semua keadaannya)
lahir dan batin. Selanjutnya, ia merasakan pengawasan-Nya ketika
berhadapan dengan perintah-Nya, untuk kemudian ia laksanakan dengan
sebaik-baiknya. Dan ketika berhadapan dengan larangan-Nya, ia berusaha
keras menjauhinya dan menghindarinya [9].

Seorang penyair mengungkapkan makna ini dalam bait syairnya [10] :
Jika suatu hari kamu sedang sendirian, maka janganlah kamu berkata:
“Aku sendirian”, akan tetapi katakanlah, “Ada (Allâh) yang mengawasiku”
Dan janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa Dia akan lalai sesaat pun
Dan (jangan mengira) sesuatu yang tersembunyi akan luput dari (pengawasan)-Nya

Inilah makna al-ihsân yang disebutkan dalam hadits Jibrîl
Alaihissallam yang terkenal, yaitu sabda Rasûlulâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam :

أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ
فَإِنَّهُ يَرَاكَ

(Al-ihsân adalah) engkau beribadah kepada Allâh seakan-akan engkau
melihat-Nya, kalau kamu tidak bisa melihat-Nya, maka sungguh Dia
melihatmu [11]

Syaikh ‘Abdurrahmân as-Sa'di rahimahullah berkata, " Murâqabatullâh
(selalu merasakan pengawasan Allâh Azza wa Jalla) adalah termasuk
amalan hati yang paling tinggi (keutamaannya dalam Islam), yaitu
menghambakan diri (beribadah) kepada Allâh dengan (memahami dan
mengamalkan makna yang terkandung dalam) nama-Nya ar-Raqîb (Yang Maha
Mengawasi) dan asy-Syahîd (Yang Maha Menyaksikan). Maka ketika seorang
hamba mengetahui (meyakini) bahwa semua gerakan (aktifitas)nya yang
lahir maupun batin, tidak ada (satu pun) yang luput dari
pengetahuan-Nya, dan dia (senantiasa) menghadirkan keyakinan ini dalam
semua keadaannya, ini (semua) akan menjadikannya (selalu berusaha)
menjaga batin (hati)nya dari (semua) pikiran (buruk) dan angan-angan
yang dibenci Allâh Azza wa Jalla , menjaga lahir (anggota badan)nya
dari (semua) ucapan dan perbuatan yang dimurkai Allâh Azza wa Jalla ,
dan akan beribadah (mendekatkan diri kepada Allâh Azza wa Jalla )
dengan al-ihsân. Dengan itu, maka ia akan beribadah kepada Allâh Azza
wa Jalla seakan-akan melihat-Nya, kalau tidak bisa melihat-Nya maka ia
(yakin) sesungguhnya Allâh melihatnya"[12] .

Kalau kita merenungkan dengan seksama ayat-ayat al-Qur'ân yang
menerangkan luasnya ilmu Allâh Azza wa Jalla dan bahwasanya tidak ada
sesuatu pun yang luput dari pengetahuan dan pengawasan-Nya, baik yang
tampak di mata manusia maupun tersembunyi, seperti ayat-ayat berikut:

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي أَنْفُسِكُمْ فَاحْذَرُوهُ

Dan ketahuilah bahwasanya Allâh mengetahi apa yang ada dalam hatimu,
maka takutlah kepada-Nya [al-Baqarah/2:235].

يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ
مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَىٰ مِنَ الْقَوْلِ ۚ وَكَانَ
اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا

Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari
Allâh, padahal Allâh beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka
menetapkan keputusan rahasia yang Allâh tidak ridhai. Dan adalah Allâh
Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan
[an-Nisâ/4:108]

لَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ

Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang
disembunyikan dalam hati [al-Mu'min/40:19].

Dan ayat-ayat lain yang semakna dengan ayat-ayat tersebut, merenungkan
dan menghayati semua itu akan membangkitkan dalam diri seorang hamba
murâqabatullâh dalam semua perbuatan dan keadaannya. Karena
murâqabatullâh adalah termasuk buah manis dari keyakinan seorang hamba
bahwa Allâh Azza wa Jalla Maha mengawasi dan memperhatikan dirinya,
Maha mendengarkan apa yang diucapkan lisannya dan Maha mengetahui
semua perbuatannya setiap waktu, setiap tarikan nafas, bahkan setiap
kedipan matanya[13] .

PENUTUP
Dengan penjelasan di atas, kita dapat memahami bagaimana agungnya
manfaat dan keutamaan membaca al-Qur'ân dengan merenungi dan
menghayati kandungan maknanya. Sebab, dengan itulah kita bisa
mengambil petunjuk agung yang terdapat di dalamnya dengan sempurna ,
untuk membawa kita mencapai kedudukan dan tingkatan yang tinggi di
hadapan Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla berfirman:

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ
وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

Ini adalah kitab (al-Qur'ân) yang kami turunkan kepadamu, penuh dengan
berkah, supaya mereka merenungkan ayat-ayatnya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran [Shâd/38:29].

Akhirnya, kami akhiri tulisan ini dengan memohon kepada Allâh Azza wa
Jalla dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang
maha sempurna, agar berkenan menganugerahkan kepada kita semua
kedudukan murâqabatullâh yang agung dan mulia ini dan semua kedudukan
yang tinggi dalam agama-Nya. Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla Maha
mendengar dan mengabulkan permohonan hamba-Nya. Wallâhu a’lam

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XIII/1430H/2009M.
Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8
Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Mu'jamu Maqâyîsil Lughah (2/353).
[2]. Al-Qâmûs al-Muhîth hlm. 116
[3]. An-Nihâyah fi Gharîbil Hadits wal Atsar (2/609) dan Lisânul 'Arab (1/424)
[4]. Tafsîr Ibni Katsir (1/596)
[5]. Taisîrul Karîmir Rahmân hlm. 90
[6]. Ibid hlm. 487
[7]. Lihat Fiqhul Asmâ-il Husnâ hlm. 159
[8]. Lihat Tafsîr Ibni Katsir (1/596) dan Taisîrul Karîmir Rahmân hlm. 90
[9]. Lihat kitab Fiqhul Asmâ-il Husnâ hlm. 160
[10]. Dinukil oleh Imam Ibnu Hibbân al-Busti dalam Raudhatul 'Uqalâ hlm. 26
[11]. HR. Muslim no. 8
[12]. Tafsîru Asmâ Illâhil Husnâ hlm. 55
[13]. Lihat Fiqhul Asmâ-il Husnâ hlm. 160
[14]. Lihat keterangan Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Ighâtsatul
Lahfân min Mashâyidisy Syaithân (1/44)


------------------------------------

Website anda http://www.almanhaj.or.id
Berhenti berlangganan: assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com
Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/aturanmilis/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    assunnah-dig...@yahoogroups.com 
    assunnah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke