IMAN KEPADA PARA RASUL ALLAH
Oleh
Ustadz Kholid Syamhudi
http://almanhaj.or.id/content/3026/slash/0

IMAN KEPADA NABI DAN RASUL MERUPAKAN SALAH SATU RUKUN IMAN
Iman kepada para nabi dan rasul Allah, merupakan salah satu rukun
iman.Keimanan seseorang itu tidak sah, sampai ia mengimani semua nabi dan
rasul Allah dan membenarkan bahwa Allah telah mengutus mereka untuk
menunjuki, membimbing dan mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya
kebenaran. Ditambah juga keharusan membenarkan bahwa mereka telah
menyampaikan apa yang Allah turunkan kepada mereka dengan benar dan
sempurna, dan mereka telah berjihad dengan sebenar-benarnya di jalan Allah.

Adapun dalil tentang kewajiban iman kepada para rasul, ialah sebagai
berikut:
Allah berfirman:

ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَآأُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ
ءَامَنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ
أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا
وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari
Rabb-nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya dan rasul-rasulNya. (Mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang
lain) dari rasul-rasulNya," dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami
taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami, ya Rabb kami. Dan kepada Engkaulah
tempat kembali". [Al Baqarah:285].

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ باِللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ
وَالْمَلَئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّنَ وَءَاتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ
ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ
وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقاَمَ الصَّلَوةَ وَءَاتَى الزَّكَاةَ
وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَآءِ
وَالضَّرَّآءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُوْلَئِكَ
هُمُ الْمُتَّقُونَ

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu kebaktian,
akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta;
dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang
bertaqwa. [Al Baqarah:177].

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ءَامِنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ
الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنزَلَ مِنْ قَبْلُ
وَمَن يَكْفُرْ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ
اْلأَخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada RasulNya, serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, dan hari kemudian,
maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. [An Nisaa’:136].

Dalam ayat-ayat tersebut di atas, Allah memerintahkan kaum mukminin untuk
beriman kepada Allah, RasulNya, Al Qur’an dan kitab suci yang diturunkan
sebelumnya. Hal ini menunjukkan kewajiban beriman kepada para rasul.

Juga sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits Jibril yang
terkenal, ketika ditanya tentang iman, Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab :

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ وَالْقَدَرِ كُلِّهِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

Beriman kepada Allah, malaikatNya, kitab-kitab suciNya, para RasulNya dan
hari akhirat serta taqdir yang baik dan yang buruk.

Dalam hadits ini, Rasulullah menjadikan iman kepada para rasul termasuk
salah satu rukun iman. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Satu keharusan
dalam iman, (yaitu) seorang hamba beriman kepada Allah, Malaikat,
kitab-kitab suciNya, para RasulNya dan hari akhir. Dia harus beriman kepada
seluruh rasul yang diutus dan seluruh kitab suci yang diturunkan.[1]

PERBEDAAN ANTARA NABI DAN RASUL
Para ulama berselisih pendapat dalam mendefinisikan nabi dan rasul [2].
Namun yang rajih (kuat), menyatakan rasul adalah seorang yang mendapatkan
wahyu dengan membawa syariat baru. Adapun nabi adalah seorang yang diberi
wahyu untuk menetapkan syariat sebelumnya.[3]

AN NUBUWAH (KENABIAN) ADALAH ANUGERAH ILAHI
An nubuwah (kenabian) merupakan perantara antara Sang Pencipta dengan
makhlukNya dalam menyampaikan syariatNya.

Ditinjau dari sisi makhluk, an nubuwah merupakan duta antara Allah dengan
hambaNya, serta ajakan Allah kepada makhlukNya untuk mengeluarkan mereka
dari kegelapan menuju cahaya kebenaran. Memindahkan makhlukNya dari
kesempitan dunia menuju keluasan dunia dan akhirat. Sehingga kenabian
merupakan nikmat petunjuk dari Allah kepada hambaNya dan anugerah Ilahi
kepada mereka.

Adapun ditinjau dari diri rasul tersebut, maka kenabian merupakan karunia
Allah untuknya, pilihan Allah untuknya dari seluruh manusia dan hadiah yang
Allah khususkan kepadanya dari seluruh makhluk.[4]

Dengan begitu, kenabian tidak dapat dicapai dengan ketinggian ilmu, ibadah
dan ketaatan. Kenabian juga tidak dapat dicapai dengan semedi, mengosongkan
perut, meditasi dan yang lainnya. Namun kenabian merupakan anugerah Ilahi
semata, dan pilihan dari Allah, sebagaimana firmanNya:

اللهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلاَئِكَةِ رُسُلاً وَمِنَ النَّاسِ إِنَّ اللهَ
سَمِيعٌ بَصِيرٌ

Allah memilih utusan-utusan(Nya) dari malaikat dan dari manusia;
sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [Al Hajj:75].

وَاللَّهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَن يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ
الْعَظِيمِ

Dan Allah menentukan siapa yang dikehendakiNya (untuk diberi) rahmatNya
(kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang besar. [Al Baqarah:105].

Demikianlah, kenabian adalah kedudukan dan martabat yang tinggi, yang Allah
khususkan kepada para nabi, semata-mata karena keutamaanNya, lalu Allah
mempersiapkan dan memudahkan mereka mengembannya. Dengan keutamaan dan
rahmatNya tanpa bersusah payah, Allah menjaga mereka dari pengaruh syetan
dan menjaganya dari kesyirikan.

أُوْلَئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ مِن
ذُرِّيَّةِ ءَادَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِن ذُرِّيَّةِ
إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَاءِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا تُتْلَى
عَلَيْهِمْ ءَايَاتُ الرَّحْمَـنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا

Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu
para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama
Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah
Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayt-ayat Allah
Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan
menangis. [Maryam:58].

Allah berfirman kepada Musa:

قَالَ يَامُوسَى إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالاَتِي
وَبِكَلاَمِي فَخُذْ مَآءَاتَيْتُكَ وَكُن مِّنَ الشَّاكِرِينَ

Allah berfirman: "Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari
manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalahKu dan untuk berbicara
langsung denganKu, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan
kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". [Al
A’raf:144].

Demikian juga Allah menceritakan pernyataan Nabi Ya’qub kepada anaknya :

وَكَذَلِكَ يَجْتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيلِ اْلأَحَادِيثِ
وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَعَلَى ءَالِ يَعْقُوبَ كَمَآأَتَمَّهَا عَلَى
أَبَوَيْكَ مِن قَبْلُ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Dan demikianlah Rabb-mu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkanNya
kepadamu sebagian dari tabir mimpi-mimpi dan disempurnakanNya nikmatNya
kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan
nikmatNya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishaq.
Sesungguhnya Rabb-mu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. [Yusuf:6].

Ayat-ayat di atas jelas menunjukkan, bahwa kenabian bukanlah sesuatu yang
dapat diraih dengan latihan dan pencarian dan angan-angan. Oleh karena itu,
ketika kaum musyrikin berkata:

وَقَالُوا لَوْلاَ نُزِّلَ هَذَا الْقُرْءَانُ عَلَى رَجُلٍ مِّنَ
الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ

Mengapa Al Qur'an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu
dua negeri (Mekkah dan Thaif) ini?” [Az Zukhruf:31]

Maka Allah menjawab dengan firmanNya:

أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم
مَّعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ
بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمُت رَبِّكَ
خَيْرٌ مِمَّا يَجَمْعَوُنَ

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabb-mu? Kami telah menentukan antara
mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan
sebagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian
mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Rabb-mu lebih baik
dari apa yang mereka kumpulkan. [Az Zukhruf:32].

URGENSI IMAN KEPADA PARA NABI DAN RASUL
Pertama : Iman kepada kenabian (an nubuwah) adalah jalan mengenal untuk
Allah dan mencintaiNya. Juga merupakan piranti untuk mencapai keridhaan
Allah dan keselamatan dari adzabNya, serta menjadi dasar kebahagian dan
keselamatan di dunia dan akhirat.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan: “Iman kepada nubuwah merupakan
dasar pokok keselamatan dan kebahagiaan. Barangsiapa yang tidak memahami
benar permasalahan ini, akan bingung untuk mengetahui mana pintu petunjuk
dan kesesatan, iman dan kufur, dan tidak dapat membedakan yang salah dan
yang benar”.

Kedua : Kebutuhan hamba Allah untuk mengakui kenabian lebih besar dan
mendesak daripada kebutuhan mereka terhadap udara, makanan dan minuman.
Sebab, akibat kehilangan udara, makanan atau minuman hanyalah kematian dan
kerugian dunia. Berbeda jika ia tidak mengakui kenabian, akan mengakibatkan
kerugian di dunia dan akhirat.

Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata,”tanda-tanda kenabian termasuk menjadi
bukti-bukti rububiyah Allah. Semuanya jelas dan nyata pada setiap orang,
seperti kejadian yang tampak terlihat; karena makhluk membutuhkan pengakuan
kepada Sang Pencipta dan para rasulNya.[5]

Tidak diragukan lagi, setiap makhluk yang mukalaf membutuhkan untuk mengenal
Allah, iman kepadaNya, beribadah kepadaNya dan mengenal para rasulNya serta
mentaatiNya?. Oleh karena itu, Allah memudahkan hambanya untuk mendapatkan
hal-hal tersebut.

Syaikh Islam berkata,”Sesungguhnya sesuatu yang dibutuhkan pengenalannya
oleh manusia seperti iman kepada Allah dan RasulNya, maka Allah menjabarkan
dan memudahkan jalan mendapatkannya. [6]

Kemudian Syaikh Islam Ibnu Taimiyah menambahkan : “Demikianlah, setiap kali
manusia sangat butuh mengenal sesuatu. Maka Allah memudahkan mereka dengan
bukti-bukti yang mengenalkannya, seperti bukti-bukti yang menunjukkanNya,
bukti-bukti kenabian RasulNya dan bukti-bukti ketentuan taqdir dan ilmuNya”.[7]

Dalam masalah ini, Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Sesungguhnya Allah
menjadikan para rasul sebagai perantara antara Dia dengan hambaNya, dalam
mengenalkan kepada mereka apa-apa yang bermanfaat dan yang merugikan mereka,
dan menyempurnakan apa-apa yang mashlahat bagi kehidupan dunia dan akhirat
mereka. Para rasul ini seluruhnya diutus untuk berdakwah kepada Allah,
mengenalkan jalan untuk sampai kepada Allah dan menjelaskan keadaan mereka
setelah sampai kepadaNya.

Selanjutnya beliau rahimahullah menjelasakan beberapa pokok yang perlu
diperhatikan :

Pokok pertama : Mengandung penetapan sifat-sifat Allah, tauhid dan taqdir,
serta penjelasan perlakuan Allah terhadap para wali dan musuhNya. Yaitu yang
Allah kisahkan kepada hambaNya dan permisalan yang dibuat untuk mereka.
Pokok Kedua : Mengandung perincian syari’at, perintah, larangan dan perkara
mubah, serta penjelasan apa-apa yang dicintai dan dibenci Allah.
Pokok ketiga : Mengandung iman kepada hari akhir, syurga, neraka, pahala dan
siksaan.

Al khalqu (penciptaan) dan al amru (selain penciptaan), berporos kepada tiga
pokok ini. Begitu pula kebahagiaan dan kesuksesan pun tergantung padanya.
Tidak ada jalan untuk mengenal semua ini, kecuali dari para rasul; karena
akal tidak mengerti perincian dan tidak dapat mengenal hakikatnya; walaupun
akal dapat mengenal sesuatu yang darurat darinya secara global, seperti
layaknya orang yang sakit, ia memerlukan obat dan orang yang mengobatinya,
namun tidak mengetahui diagnosa penyakit dan resep obatnya.

Kebutuhan hamba kepada risalah, jauh lebih besar dari kebutuhan orang sakit
terhadap pengobatan. Pasalnya, karena batas perkiraan dengan tidak adanya
thabib (dokter) adalah kematian badan. Sedangkan seorang hamba, jika tidak
mendapatkan cahaya dan pancaran risalah, maka ia telah mati sebelum waktu
ajalnya, dan tidak diarapkan akan ada kehidupan dalam dirinya untuk
selamanya, atau ia akan sengsara dengan kesengsaraan yang tidak akan
diselingi kebahagiaan selama-lamanya.. Oleh karena itu, tidak ada
keberuntungan, kecuali hanya dengan mengikuti Rasul”.[8]

Ibnul Qayyim berkata: “Dari sini diketahui, urgensi seorang hamba untuk
mengenal rasul, ajaran dan membenarkan beritanya, serta mentaati
perintahnya, melebihi segala kepentingan lainnya. Sebab, tidak ada jalan
kebahagian dan kesuksesan di dunia dan akhirat, kecuali hanya di tangan para
rasul. Tidak ada jalan mengenal kebaikan dan kejelekan secara terperinci,
kecuali dari mereka. Dan tidak akan mendapatkan keridhaan Allah, kecuali
dengan mereka. Perkara baik dari amalan, perkataan dan akhlak, tidak lain
adalah petunjuk dan ajaran mereka. Amalan, perkataan dan akhlak mereka
merupakan timbangan untuk seluruh amalan, perkataan dan akhlak manusia.
Dengan mengikuti mereka, terseleksi orang yang mendapat petunjuk dan yang
sesat. Sehingga kebutuhan manusia terhadap mereka lebih besar dari kebutuhan
badan kepada nyawanya, mata terhadap cahaya dan nyawa terhadap kehidupannya.
Apapun kepentingan dan kebutuhan yang terbetik, kepentingan dan kebutuhan
hamba terhadap para rasul lebih tinggi di atasnya. Bagaimana tanggapan anda
terhadap sosok yang petunjuk dan ajarannya jika hilang darimu sekejap mata
saja akan merusak hatimu, dan menjadi seperti ikan yang terpisah dengan air
dan diletakkan di penggorengan? Seperti itulah keadaan hamba ketika hatinya
lepas dari ajaran para rasul, bahkan bisa lebih fatal lagi. Namun tidak akan
ada yang merasakan hal ini, kecuali kalbu yang hidup” [9].

KANDUNGAN IMAN KEPADA PARA NABI DAN RASUL
Pertama : Meyakini dengan benar dan mantap bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala
telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak untuk
menyembah Allah saja dan mengkufuri sesembahan selainNya.

Artinya, substansi dakwah para rasul, dari yang pertama sampai yang terakhir
sama, yaitu mentauhidkan Allah dalam uluhiyah, rububiyah dan asma’ wa sifat
(nama dan sifat Allah), dan meniadakan lawannya atau meniadakan
kesempurnaannya [10]. Begitulah, para nabi dan rasul membawa agama satu,
yaitu Islam, dan setiap rasul menegaskan kepada kaumnya:

يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَالَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ

Hai kaumku, sembahlah Allah, (karena) sekali-kali tidak ada ilah bagimu
selain Dia. [Al Mu’minun:23].

Dan firmanNya:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ
وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thagut itu. [An Nahl:36].

Seluruh syariat mengajak kepada tauhid. Itulah inti sari dakwah para rasul
sejak Nabi Nuh Alaihissallam sampai Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa
sallam.

Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Inilah agama nabi yang pertama sampai
nabi terakhir dan para pengikut mereka, yaitu Islam. Agama Islam itu,
intinya ialah beribadah kepada Allah saja yang tidak ada sekutu bagiNya.
Ibadah kepada Allah di setiap waktu dan tempat, yaitu dengan mentaati para
rasulNya. Sehingga seorang hamba beribadah kepadaNya dengan tidak
menyelisihi ajaran para rasul tersebut, sebagaimana orang yang Allah
ceritakan dalam firmanNya:

أَمْ لَهُمْ شُرَكَآؤُاْ شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَالَمْ يَأْذَن بِهِ
اللهُ

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari'atkan
untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah. [Asy Syura:21].

Tidaklah beriman kepada Allah, kecuali orang yang beribadah kepada Allah
dengan mentaati para rasulNya. Dan tidaklah beriman kepada Allah dan
beribadah kepadaNya, kecuali orang yang beriman kepada seluruh para rasul
dan mentaati mereka. Sehingga setiap rasul ditaati sampai datang rasul
berikutnya, lalu ketaatannya diberikan kepada rasul yang tersebut”. [11]

Kedua : Beriman bahwa para rasul adalah orang yang memberikan petunjuk
dakwah dan bimbingan menuju hidayah, sebagaimana firman Allah :

إِنَّمَآأَنتَ مُنذِرٌ وَلِكُلِّ قَوْمٍ هَادٍ

Sesunguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap
kaum ada orang yang memberi petunjuk. [Ar Ra’d:7].

Dan firmanNya.

وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ صِرَاطِ اللهِ

Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
(Yaitu) jalan Allah. [Asy Syura:52, 53].

Adapun hidayah taufiq, hanyalah di tangan Allah, Dialah yang membolak-balik
hati dan mengatur segala perkara.[12]

Ketiga : Membenarkan kerasulan dan mengakui kenabian mereka. Meyakini bahwa
mereka jujur dan benar dalam menyampaikan semua yang dari Allah. Mereka
telah menyampaikan risalah Ilahi, serta menjelaskan kepada semua manusia
semua, yang tidak mereka ketahui [13]. Para rasul tidak pernah
menyembunyikan satu huruf pun dari risalah Ilahi. Mereka tidak merubah,
menambah dan mengurangi dengan sesuatu. Allah berfirman:

فَهَلْ عَلَى الرُّسُلِ إِلاَّ الْبَلاَغُ الْمُبِينُ

Maka tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari menyampaikan (amanat
Allah) dengan terang. [An Nahl:35].

Barang siapa yang mengkufuri salah seorang dari mereka, berarti telah
mengkufuri seluruh para rasul dan kufur terhadap Allah yang mengutus mereka.
Allah berfirman.

ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَآأُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ
ءَامَنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ
أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا
وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari
Rabb-nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya dan rasul-rasulNya. (Mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari rasul-rasulNya," dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami
ta'at". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Rabb kami, dan kepada Engkaulah
tempat kembali". [Al Baqarah:285].

إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَن يُفَرِّقُوا
بَيْنَ اللهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ
وَيُرِيدُونَ أَن يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلاً أُوْلاَئِكَ هُمُ
الْكَافِرُونَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُّهِينًا
وَالَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللهِ وَرُسُلِهِ وَلَمْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ أَحَدٍ
مِّنْهُمْ أُوْلاَئِكَ سَوْفُ يُؤْتِيهِمْ أُجُورَهُمْ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا
رَّحِيمًا

Sesungguhnya orang-orang kafir kepada Allah dan rasul-rasulNya, dan
bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasulNya,
dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kafir terhadap
sebahagian (yang lain)," serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil
jalan (tengah) diantara yang demikian (iman atau kafir), merekalah
orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk
orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. Orang-orang yang
beriman kepada Allah dan para rasulNya dan tidak membedakan seorangpun
diantara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. Dan
adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [An Nisaa:150, 152].

Keempat : Beriman bahwa Allah meninggikan derajat sebagian rasul atas
sebagian lainnya. Menjadikan Nabi Ibrahim Alaihissallam dan Nabi Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai khalilNya. Berbicara kepada Nabi Musa
Alaihissallam, mengangkat Nabi Idris Alaihissallam pada martabat yang
tinggi, dan menjadikan Nabi Isa Alaihissallam sebagai hamba dan rasulNya
serta Muhammad sebagai penutup para nabi dan rasul, sebagaimana firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala.

تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِّنْهُم مَّن كَلَّمَ
اللهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ وَءَاتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ
الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ

Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang
lain. Diantara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan
sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada
'Isa putera Maryam beberapa mu'jizat, serta Kami perkuat dia dengan Ruhul
Qudus. [Al Baqarah:253].

وَاتَّخَذَ اللهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلاً

Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi khalilNya (kesayanganNya). [An
Nisaa:125]

قَالَ يَامُوسَى إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالاَتِي
وَبِكَلاَمِي فَخُذْ مَآءَاتَيْتًكَ وَكُن مِّنَ الشَّاكِرِينَ

Allah berfirman: "Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari
manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalahKu dan untuk berbicara
langsung denganKu, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan
kepadamu, dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". [Al
A’raf:144].

وَكَلَّمَ اللهُ مُوسَى تَكْلِيمًا

Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. [An Nisaa:164]

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيسَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَّبِيًّا
وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا

Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang disebut) di
dalam Al Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan
seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.
[Maryam:56, 57].

Kelima : Beriman kepada para nabi dan rasul secara umum, baik yang telah
kita ketahui maupun yang belum kita ketahui. Demikian juga beriman secara
khusus kepada setiap nabi dan rasul yang telah Allah sebutkan namanya,
dengan berkeyakinan bahwa Allah memiliki para rasul lainnya yang tidak Dia
kisahkan. Allah berfirman:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِّن قَبْلِكَ مِنْهُم مَّن قَصَصْنَا عَلَيْكَ
وَمِنْهُم مَّن لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ

Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, diantara
mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang
tidak Kami ceritakan kepadamu. [Al Mu’min:78]

Keenam : Mentaati para nabi dan rasul dengan mengikuti seluruh perintah
mereka dan menjauhi seluruh larangannya, serta berjalan di atas manhaj
mereka. Karena, mereka telah menyampaikan syari’at dari Allah. Mereka
sebagai contoh teladan bagi umat mereka. Allah memberikan kema’suman kepada
mereka dalam menyampaikan berita dari Allah dan risalahNya menurut
kesepakatan umat. Allah berfirman tentang Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi
wa sallam.

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُُ قُلْ أَطِيعُوا
اللهَ وَالرَّسُولَ فَإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِينَ

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan RasulNya; Jika kamu berpaling,
maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". [Ali Imran:31,
32]

Taat dan ibadah kepada Allah dengan mengikuti dan mencontoh mereka.
Sedangkan yang menjadi kewajiban kita adalah beramal dengan syari’at rasul
yang diutus kepada kita, yaitu Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang
menjadi penutup sekalian para nabi dan rasul. Nabi Muhammad Shallallahu
'alaihi wa sallam diutus untuk segenap umat manusia. Allah berfirman:

فَلاَ وَرَبِّكَ لاَيُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ
ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا

Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman, hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu
berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. [An Nisaa:65].

Demikianlah sebagian pembahasan mengenai iman kepada rasul. Mudah-mudahan
bermanfaat.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun VIII/1425H/2004M Diterbitkan
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]


------------------------------------

Website anda http://www.almanhaj.or.id
Berhenti berlangganan: assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com
Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/aturanmilis/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    assunnah-dig...@yahoogroups.com 
    assunnah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke