KEUTAMAAN DAN BENTUK MAJLIS DZIKIR

Oleh
Ustadz Abu Isma’il Muslim Atsari
http://almanhaj.or.id/content/3001/slash/0

Tidak diragukan bahwa dzikrullah (mengingat Allah) merupakan salah
satu ibadah yang agung. Dengan dzikrullah seorang hamba mendekatkan
diri kepada Rabb-nya, mengisi waktunya dan memanfaatkan
nafas-nafasnya.

KEUTAMAAN MAJLIS DZIKIR
Demikian juga majlis dzikir, merupakan majlis yang sangat mulia di
sisi Allah Ta’ala dan memiliki berbagai keutamaan yang agung.
Diantaranya:

Pertama : Majlis dzikir adalah taman surga di dunia ini.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ
الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ
الذِّكْرِ

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,”Jika kamu melewati taman-taman surga, maka
singgahlah dengan senang.” Para sahabat bertanya,”Apakah taman-taman
surga itu?” Beliau menjawab,”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok)
dzikir.” [1]

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,”Barangsiapa ingin menempati
taman-taman surga di dunia, hendaklah dia menempati majlis-majlis
dzikir; karena ia adalah taman-taman surga.”[2]

Kedua : Majlis dzikir merupakan majlis malaikat. Juga menjadi penyebab
turunnya ketenangan dan rahmat Allah. Allah membanggakannya kepada
malaikat. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersbada:

لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا
حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ
عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

Tidaklah sekelompok orang duduk berdzikir kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala, kecuali para malaikat mengelilingi mereka, rahmat (Allah)
meliputi mereka, ketentraman turun kepada mereka, dan Allah
menyebut-nyebut mereka di hadapan (para malaikat) yang ada di
sisiNya.[3]

BENTUK-BENTUK MAJLIS DZIKIR
Setelah kita mengetahui keutamaan yang begitu besar tentang majlis
dzikir, maka yang lebih penting lagi, kita juga perlu mengetahui
bentuk-bentuk majlis dzikir. Sehingga dapat mengamalkan ibadah yang
besar ini sesuai dengan tuntunan.

Dari hadits-hadits yang menyebutkan tentang majlis dzikir, dapat kita
ketahui bentuk-bentuk majlis dzikir sebagai berikut.

Pertama. Duduk bersama-sama, kemudian masing-masing berdzikir dengan pelan.
Jenis-jenis dzikir yang diucapkan yaitu:
- Tasbih, ucapan Subhanallah;
- Takbir, ucapan Allah Akbar;
- Tahmiid, ucapan Alhamdulillah;
- Tahlil, ucapan Laa ilaaha illa Allah. (HR Muslim, no. 2689).
- Meminta surga kepada Allah. Seperti dengan perkataan:
- Permohonan perlindungan kepada Allah dari neraka. Misalnya dengan perkataan:
- Istighfar (ucapan astaghfirullah). (HR Muslim, no. 2689).

Bentuk dzikir ini ditunjukkan oleh hadits-hadits di bawah ini:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِلَّهِ مَلَائِكَةً يَطُوفُونَ فِي الطُّرُقِ
يَلْتَمِسُونَ أَهْلَ الذِّكْرِ فَإِذَا وَجَدُوا قَوْمًا يَذْكُرُونَ
اللَّهَ تَنَادَوْا هَلُمُّوا إِلَى حَاجَتِكُمْ قَالَ فَيَحُفُّونَهُمْ
بِأَجْنِحَتِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا قَالَ فَيَسْأَلُهُمْ
رَبُّهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ مِنْهُمْ مَا يَقُولُ عِبَادِي قَالُوا
يَقُولُونَ يُسَبِّحُونَكَ وَيُكَبِّرُونَكَ وَيَحْمَدُونَكَ
وَيُمَجِّدُونَكَ قَالَ فَيَقُولُ هَلْ رَأَوْنِي قَالَ فَيَقُولُونَ لَا
وَاللَّهِ مَا رَأَوْكَ قَالَ فَيَقُولُ وَكَيْفَ لَوْ رَأَوْنِي قَالَ
يَقُولُونَ لَوْ رَأَوْكَ كَانُوا أَشَدَّ لَكَ عِبَادَةً وَأَشَدَّ لَكَ
تَمْجِيدًا وَتَحْمِيدًا وَأَكْثَرَ لَكَ تَسْبِيحًا قَالَ يَقُولُ فَمَا
يَسْأَلُونِي قَالَ يَسْأَلُونَكَ الْجَنَّةَ قَالَ يَقُولُ وَهَلْ
رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا قَالَ
يَقُولُ فَكَيْفَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَوْ
أَنَّهُمْ رَأَوْهَا كَانُوا أَشَدَّ عَلَيْهَا حِرْصًا وَأَشَدَّ لَهَا
طَلَبًا وَأَعْظَمَ فِيهَا رَغْبَةً قَالَ فَمِمَّ يَتَعَوَّذُونَ قَالَ
يَقُولُونَ مِنَ النَّارِ قَالَ يَقُولُ وَهَلْ رَأَوْهَا قَالَ
يَقُولُونَ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُ
فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَوْ رَأَوْهَا كَانُوا
أَشَدَّ مِنْهَا فِرَارًا وَأَشَدَّ لَهَا مَخَافَةً قَالَ فَيَقُولُ
فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ قَالَ يَقُولُ مَلَكٌ مِنَ
الْمَلَائِكَةِ فِيهِمْ فُلَانٌ لَيْسَ مِنْهُمْ إِنَّمَا جَاءَ
لِحَاجَةٍ قَالَ هُمُ الْجُلَسَاءُ لَا يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala memiliki
malaikat-malaikat yang berkelana di jalan-jalan mencari Ahli Dzikir
[4]. Jika mereka telah mendapatkan sekelompok orang yang berdzikir
kepada Allah [5], mereka duduk bersama dengan orang-orang yang
berdzikir. Mereka saling mengajak: ‘Kemarilah kepada hajat kamu’. Maka
para malaikat mengelilingi orang-orang yang berdzikir dengan sayap
mereka sehingga langit dunia [6]. Kemudian Allah Azza wa Jalla
bertanya kepada mereka, sedangkan Dia lebih mengetahui daripada
mereka, ’Apa yang diucapkan oleh hamba-hambaKu?’ Para malaikat
menjawab,’Mereka mensucikanMu (mengucapkan tasbih: Subhanallah),
mereka membesarkanMu (mengucapkan takbir: Allah Akbar), mereka
memujiMu (mengucapkan Alhamdulillah), mereka mengagungkanMu’ [7].
Allah bertanya,’Apakah mereka melihatKu?’ Mereka menjawab,’Tidak, demi
Alah, mereka tidak melihatMu’. Allah berkata,’Bagaimana seandainya
mereka melihatKu?’ Mereka menjawab,’Seandainya mereka melihatMu,
tentulah ibadah mereka menjadi lebih kuat kepadaMu, lebih mengagungkan
kepadaMu, lebih mensucikan kepadaMu’. Allah berkata,’Lalu, apakah yang
mereka minta kepadaKu?’ Mereka menjawab, ’Mereka minta surga
kepadaMu’.
Allah bertanya,’Apakah mereka melihatnya?’ Mereka menjawab,’Tidak,
demi Alah, Wahai Rabb, mereka tidak melihatnya’. Allah
berkata,’Bagaimana seandainya mereka melihatnya?’ Mereka
menjawab,’Seandainya mereka melihatnya, tentulah mereka menjadi lebih
semangat dan lebih banyak meminta serta lebih besar keinginan’.”
Allah berkata:“Lalu, dari apakah mereka minta perlindungan kepadaKu?”
Mereka menjawab,”Mereka minta perlindungan dari neraka kepadaMu.”
Allah bertanya,”Apakah mereka melihatnya?” Mereka menjawab,”Tidak,
demi Allah, wahai Rabb. Mereka tidak melihatnya.” Allah
berkata,”Bagaimana seandainya mereka melihatnya?” Mereka
menjawab,”Seandainya mereka melihatnya, tentulah mereka menjadi lebih
menjauhi dan lebih besar rasa takut (terhadap neraka).” Allah
berkata,”Aku mempersaksikan kamu, bahwa Aku telah mengampuni mereka.”
Seorang malaikat diantara para malaikat berkata,”Di antara mereka ada
Si Fulan. Dia tidak termasuk mereka (yakni tidak ikut berdzikir,
Pent). Sesungguhnya dia datang hanyalah karena satu keperluan.” Allah
berkata,”Mereka adalah orang-orang yang duduk. Teman duduk mereka
tidak akan celaka (dengan sebab mereka).” [8]

Dalam hadits lain disebutkan:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ خَرَجَ مُعَاوِيَةُ عَلَى
حَلْقَةٍ فِي الْمَسْجِدِ فَقَالَ مَا أَجْلَسَكُمْ قَالُوا جَلَسْنَا
نَذْكُرُ اللَّهَ قَالَ آللَّهِ مَا أَجْلَسَكُمْ إِلَّا ذَاكَ قَالُوا
وَاللَّهِ مَا أَجْلَسَنَا إِلَّا ذَاكَ قَالَ أَمَا إِنِّي لَمْ
أَسْتَحْلِفْكُمْ تُهْمَةً لَكُمْ وَمَا كَانَ أَحَدٌ بِمَنْزِلَتِي مِنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقَلَّ عَنْهُ
حَدِيثًا مِنِّي وَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَى حَلْقَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ مَا
أَجْلَسَكُمْ قَالُوا جَلَسْنَا نَذْكُرُ اللَّهَ وَنَحْمَدُهُ عَلَى مَا
هَدَانَا لِلْإِسْلَامِ وَمَنَّ بِهِ عَلَيْنَا قَالَ آللَّهِ مَا
أَجْلَسَكُمْ إِلَّا ذَاكَ قَالُوا وَاللَّهِ مَا أَجْلَسَنَا إِلَّا
ذَاكَ قَالَ أَمَا إِنِّي لَمْ أَسْتَحْلِفْكُمْ تُهْمَةً لَكُمْ
وَلَكِنَّهُ أَتَانِي جِبْرِيلُ فَأَخْبَرَنِي أَنَّ اللَّهَ عَزَّ
وَجَلَّ يُبَاهِي بِكُمُ الْمَلَائِكَةَ

Dari Abu Sa’id Al Khudri, dia berkata: Mu’awiyah keluar menemui satu
halaqah (kelompok orang yang duduk berkeliling) di dalam masjid, lalu
dia bertanya,”Apa yang menyebabkan engkau duduk?” Mereka
menjawab,”Kami duduk berdzikir kepada Allah.” Dia bertanya lagi,”Demi,
Allah. Tidak ada yang menyebabkan engkau duduk, kecuali hanya itu?”
Mereka menjawab,”Demi, Allah. Tidak ada yang menyebabkan kami duduk,
kecuali hanya itu?” Dia berkata,”Sesungguhnya aku tidaklah meminta
engkau bersumpah karena sangkaan (bohong, Pent.) kepadamu. Tidaklah
ada seorangpun yang memiliki kedudukan seperti aku dari Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam, lebih sedikit haditsnya dariku. Dan
sesungguhnya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah keluar
menemui satu halaqah dari para sahabat beliau. Kemudian beliau
bertanya,’Apa yang menyebabkan engkau duduk?’.” Mereka menjawab,”Kami
duduk berdzikir kepada Allah.” Beliau bertanya lagi,”Demi, Allah.
Tidak ada yang menyebabkan engkau duduk, kecuali hanya itu?” Mereka
menjawab,”Demi, Allah. Tidak ada yang menyebabkan kami duduk, kecuali
hanya itu?” Beliau bersabda,”Sesungguhnya, aku tidaklah meminta engkau
bersumpah karena sangkaan (bohong, Pent) kepadamu. Akan tetapi Jibril
telah mendatangiku, lalu memberitahukan kepadaku, bahwa Allah
Subhanahu wa Ta'ala membanggakanmu kepada para malaikat.” [HR Muslim,
no. 2701].

Dari pertanyaan Mu’awiyah kepada orang-orang yang ada di halaqah,
demikian juga dari pertanyaan Rasulullah n kepada para sahabat,
mengisyaratkan bahwa dzikir yang mereka lakukan adalah dengan cara
pelan. Karena jika keras, tentulah tidak perlu ditanya. Bahkan tentu
diingkari, sebagaimana hadits di bawah ini.

Abu Musa Al-Asy’ari berkata:

لَمَّا غَزَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
خَيْبَرَ أَوْ قَالَ لَمَّا تَوَجَّهَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشْرَفَ النَّاسُ عَلَى وَادٍ فَرَفَعُوا
أَصْوَاتَهُمْ بِالتَّكْبِيرِ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ
وَلَا غَائِبًا إِنَّكُمْ تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا وَهُوَ مَعَكُمْ
وَأَنَا خَلْفَ دَابَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَسَمِعَنِي وَأَنَا أَقُولُ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا
بِاللَّهِ فَقَالَ لِي يَا عَبْدَاللَّهِ بْنَ قَيْسٍ قُلْتُ لَبَّيْكَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى كَلِمَةٍ مِنْ كَنْزٍ
مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ فَدَاكَ أَبِي
وَأُمِّي قَالَ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerangi atau menuju
Khaibar, orang-orang menaiki lembah, lalu mereka meninggikan suara
mereka dengan takbir: Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaaha illa
Allah. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda,”Pelanlah! Sesungguhnya engkau tidaklah menyeru kepada yang
tuli dan yang tidak ada. Sesungguhnya, engkau menyeru (Allah) Yang
Maha Mendengar dan Maha Dekat, dan Dia bersamamu (dengan ilmuNya,
pendengaranNya, penglihatanNya, dan pengawasanNya, Pent.).” Dan saya
(Abu Musa) di belakang hewan (tunggangan) Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam, Beliau mendengar aku mengatakan: “Laa haula wa laa
quwwata illa billah”. Kemudian Beliau bersabda kepadaku,”Wahai,
Abdullah bin Qais (Abu Musa)!” Aku berkata,”Aku sambut panggilanmu,
wahai Rasulullah.” Beliau bersabda,”Maukah aku tunjukkan kepadamu
terhadap satu kalimat, yang merupakan simpanan di antara
simpanan-simpanan surga?” Aku menjawab,”Tentu, wahai Rasulullah.
Bapakku dan ibuku sebagai tebusanmu.” Beliau bersabda,”Laa haula wa
laa quwwata illa billah.” [HR Bukhari, no. 4205; Muslim, no. 2704].

Dan dzikir secara pelan merupakan adab yang Allah perintahkan. Dia berfirman:

وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيْفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ
مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَاْلأَصَالِ وَلاَتَكُن مِّنَ
الْغَافِلِينَ

Dan dzikirlah (ingatlah, sebutlah nama) Rabb-mu dalam hatimu dengan
merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara,
di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
lalai. [Al A’raf:205].

Kedua : Duduk bersama-sama untuk membaca dan mempelajari Al Qur’an.
Yaitu dengan cara salah seorang membaca dan yang lainnya mendengarkan.
Hal ini ditunjukkan oleh dalil-dalil berikut.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا
حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ
عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

Tidaklah sekelompok orang yang berdzikir kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala, kecuali malaikat mengelilingi mereka, rahmat meliputi mereka,
ketenangan turun kepada mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di
kalangan (para malaikat) di hadapanNya. [HR Muslim, no. 2700].

Dalam hadits ini disebutkan keutamaan “sekelompok orang yang berdzikir
kepada Allah”. Dalam hadits lain lebih dijelaskan bentuk dzikir yang
mereka lakukan, sebagaimana hadits di bawah ini:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ …وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ
اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا
نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ
وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah bersabda,”Dan tidaklah
sekelompok orang berkumpul di dalam satu rumah di antara rumah-rumah
Allah; mereka membaca Kitab Allah dan saling belajar diantara mereka,
kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka,
malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di
kalangan (para malaikat) di hadapanNya.” [HR Muslim, no. 2699; Abu
Dawud, no. 3643; Tirmidzi, no. 2646; Ibnu Majah, no. 225; dan
lainnya].

Dengan hadits di atas nampak secara nyata, bahwa berkumpul untuk
membaca dan mempelajari Al Qur’an merupakan salah satu bentuk dzikir
yang mulia. Namun bagaimana caranya? Caranya, yaitu satu orang membaca
dan yang lain mendengarkannya, sebagaimana disebutkan dalam hadits di
bawah ini:

عَنْ عَبْدِاللَّهِ قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ اقْرَأْ عَلَيَّ قُلْتُ آقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ
قَالَ فَإِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي فَقَرَأْتُ
عَلَيْهِ سُورَةَ النِّسَاءِ حَتَّى بَلَغْتُ ( فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا
مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا )
قَالَ أَمْسِكْ فَإِذَا عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ

Dari Abdullah, dia berkata: Nabi bersabda kepadaku,”Bacakanlah (Al
Qur’an) kepadaku.” Aku menjawab,”Apakah aku akan bacakan kepada anda,
sedangkan Al Qur’an diturunkan kepada anda?” Beliau
menjawab,”Sesungguhnya aku suka mendengarkannya dari selainku..” Maka
aku membacakan kepada beliau surat An Nisa’, sehingga aku sampai:

فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ
عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدً

Maka bagaimanakah (halnya orang-orang kafir nanti), apabila kami
mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami
mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai
umatmu). (An Nisa’: 41) Beliau bersabda,”Berhentilah,” ternyata kedua
mata Beliau meneteskan air mata. [HR Bukhari, no. 4582; Muslim, no.
800 dan lain-lain].

Syaikh Dr. Muhammad Musa Nashr berkata,”Berkumpul untuk membaca Al
Qur’an yang sesuai dengan Sunnah Nabi dan perbuatan Salafush Shalih,
yaitu satu orang membaca dan orang-orang selainnya mendengarkan.
Barangsiapa mendapatkan keraguan pada makna ayat, (maka hendaklah,
Red.) dia meminta qari’ (orang yang membacakan) untuk berhenti, dan
orang yang ahli berbicara tentang tafsir menjelaskannya, sehingga
tafsir ayat itu menjadi jelas dan terang bagi orang-orang yang hadirin
… Kemudian qari’ mulai membaca lagi. [Kitab Al Bahts Wal Istiqra’ Fi
Bida’il Qurra’, hlm. 50-51].

Ketiga : Majlis ilmu adalah majlis dzikir.
Apakah majlis ilmu juga termasuk majlis dzikir? Dalam hal ini,
nampaknya para ulama berbeda pendapat.

Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah berkata (dalam
penjelasan beliau terhadap hadits shahih riwayat Al Bukhari, no. 6408
yang telah kami sebutkan haditsnya di atas): “Majlis-majlis dzikir
adalah majlis-majlis yang berisi dzikrullah, dengan macam-macam dzikir
yang ada (tuntunannya, Pen.). Yaitu: tasbih, takbir, dan lainnya. Juga
yang berisi bacaan Kitab Allah Azza wa Jalla dan berisi do’a kebaikan
dunia dan akhirat. Dan masuknya -pembacaan hadits Nabi, mempelajari
ilmu agama, mengulang-ulanginya, berkumpul melakukan shalat nafilah
(sunah)- ke dalam majlis-majlis dzikir adalah suatu pandangan. Yang
lebih nyata, majlis-majlis dzikir adalah khusus pada majlis-majlis
tasbih, takbir dan lainnya, juga qiraatul Qur’an saja. Walaupun
pembacaan hadits, mempelajari dan berdiskusi ilmu (agama) termasuk
jumlah yang masuk di bawah istilah dzikrullah Ta’ala”. [9]

Dari perkataan Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah di atas, nampaknya
beliau menguatkan bahwa majlis ilmu tidak termasuk majlis dzikir.
Namun banyak juga perkataan ulama yang menyebutkan bila majlis ilmu
termasuk majlis dzikir. Dan pendapat kedua inilah yang lebih kuat,
insya Allah.

‘Atha rahimahullah berkata,”Majlis-majlis dzikir adalah majlis-majlis
halal dan haram; bagaimana seseorang membeli, menjual, berpuasa,
shalat, bershadaqah, menikah, bercerai, dan berhaji.” [10]

Dalam kitab Riyadhush Shalihin, Imam An Nawawi membuat satu bab (no.
247) dengan judul: “Keutamaan Halaqah-halaqah Dzikir dan Anjuran
Menetapinya, dan Larangan Meninggalkannya Dengan Tanpa Udzur
(alasan)”. Beliau menyebutkan empat hadits. Salah satu hadits berisi
tentang majlis ilmu. Ini menunjukkan, bila Imam Nawawi rahimahullah
mengisyaratkan, bahwa majlis ilmu termasuk majlis dzikir. Wallahu
a’lam.

Hadits yang kami maksudkan ialah:

عَنْ أَبِي وَاقِدٍ اللَّيْثِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَمَا هُوَ جَالِسٌ فِي الْمَسْجِدِ وَالنَّاسُ
مَعَهُ إِذْ أَقْبَلَ نَفَرٌ ثَلَاثَةٌ فَأَقْبَلَ اثْنَانِ إِلَى
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَهَبَ وَاحِدٌ
قَالَ فَوَقَفَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَأَمَّا أَحَدُهُمَا فَرَأَى فُرْجَةً فِي الْحَلْقَةِ
فَجَلَسَ فِيهَا وَأَمَّا الْآخَرُ فَجَلَسَ خَلْفَهُمْ وَأَمَّا
الثَّالِثُ فَأَدْبَرَ ذَاهِبًا فَلَمَّا فَرَغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا أُخْبِرُكُمْ عَنِ النَّفَرِ
الثَّلَاثَةِ أَمَّا أَحَدُهُمْ فَأَوَى إِلَى اللَّهِ فَآوَاهُ اللَّهُ
وَأَمَّا الْآخَرُ فَاسْتَحْيَا فَاسْتَحْيَا اللَّهُ مِنْهُ وَأَمَّا
الْآخَرُ فَأَعْرَضَ فَأَعْرَضَ اللَّهُ عَنْهُ

Dari Abu Waqid Al Laitsi, bahwa ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam sedang duduk di dalam masjid, dan orang-orang bersama
Beliau; tiba-tiba datanglah tiga orang. Dua orang mendatangi
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang satu pergi. Kedua orang
tadi berhenti di hadapan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Yang satu melihat celah pada halaqah (lingkaran orang-orang yang
duduk), lalu dia duduk padanya. Adapun yang lain, dia duduk di
belakang mereka. Adapun yang ketiga, maka dia berpaling pergi. Setelah
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam selesai, Beliau
bersabda,”Maukah aku beritahukan kepada kamu tentang tiga orang tadi?
Adapun salah satu dari mereka, dia mendekat kepada Allah, maka
Allah-pun mendekatkannya. Adapun yang lain, dia malu, maka Allah-pun
malu kepadanya. Dan Adapun yang lain, dia berpaling, maka Allah-pun
berpaling darinya.” [HR Bukhari; Muslim, no. 2176.]

Di antara perkataan Imam Nawawi rahimahullah tentang hadits ini,
beliau menyatakan: “Di dalam hadits ini terdapat dalil bolehnya
halaqah-halaqah ilmu dan dzikir di dalam masjid”. [Shahih Muslim Syarh
An Nawawi, 7/413, Penerbit Darul Hadits, Kairo, Cet. 4, Th 1422 H/2001
M.]

Ketika menyebutkan fiqih hadits ini, Syaikh Salim Al Hilali
berkata,”Majlis dzikir-majlis dzikir adalah halaqah-halaqah ilmu yang
diadakan di rumah-rumah Allah untuk belajar, mengajar dan mencari
pemahaman terhadap agama.” [Bahjatun Nazhirin Syarah Riyadhush
Shalihin, 2/521, Cet. 1, Th. 1415 H/ 1994 M.]

Syaikh Salim Al Hilali juga berkata,”Majlis dzikir-majlis dzikir yang
dicintai oleh Allah, ialah majlis-majlis ilmu, bersama-sama
mempelajari Al Qur’anul Karim dan As Sunnah Al Muththaharah (yang
disucikan), dan mencari pemahaman tentang hal itu. Yang dimaksudkan
bukanlah halaqah-halaqah tari dan perasaan ala Shufi.” [Bahjatun
Nazhirin Syarah Riyadhush Shalihin, 2/519, Cet. 1, Th. 1415 H/ 1994
M.]

Bahkan sebagian ulama menjelaskan, majlis ilmu lebih baik daripada
majlis dzikir. Syaikh Abdur Razaq bin Abdul Muhshin Al Badr, salah
seorang dosen Jami’ah Islamiyah di Madinah berkata,”Tidak ada
keraguan, bahwa menyibukan dengan menuntut ilmu dan menghasilkannya,
mengetahui halal dan haram, mempelajari Al Qur’anul Karim dan
merenungkannya, mengetahui Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam dan sirah (riwayat hidup) Beliau serta berita-berita Beliau,
adalah sebaik-baik dzikir dan paling utama. Majlis-majlisnya adalah
majlis-majlis paling baik. Majlis-majlis itu lebih baik daripada
majlis-majlis dzikrullah dengan tasbih, tahmid dan takbir. Karena
majlis-majlis ilmu berkisar antara fardhu ‘ain atau fardhu kifayah.
Sedangkan dzikir semata-mata (hukumnya) adalah tathawwu’ murni
(disukai, sunnah, tidak wajib).” [ Fiqhul Ad’iyah Wal Adzkar, 1/104,
karya Syaikh Abdur Razaq bin Abdul Muhshin Al Badr).

Kemudian beliau menyebutkan hadits-hadits dan perkataan para ulama,
yang semuanya menunjukkan lebih utamanya ilmu (din) dibandingkan
dengan ibadah yang tidak wajib.

Inilah penjelasan seputar majlis dzikir. Semoga bermanfaat.
Alhamdulillah Rabbil ‘alamin.

KESIMPULAN
1. Majelis dzkir sesuai dengan jenis-jenis di atas mempunyai keutamaan.
2. Tetapi dzikir membaca tahmid, tasbih, takbir dan semisalnya dengan
suara keras tidak ada contohnya. Bahkan, bertentangan dengan perintah
Al Qur’an dan Sunnah, apalagi dikomando secara bersama-sama.
3. Mejelis ilmu termasuk majelis dzikir, yang menurut banyak ulama
justru lebih utama dibandingkan dengan majlis-majlis dzikir lain yang
bersifat sunnat.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun VIII/1425H/2004M
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi
Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
_______
Footnote
[1]. HR Tirmidzi, no. 3510 dan lainnya. Lihat Silsilah Al Ahadits Ash
Shahihah, no. 2562.
[2]. Al Wabilush Shayyib, hlm. 145.
[3]. HR Muslim, no. 2700.
[4]. Ahli dzikir, yaitu orang-orang yang berdzikir. Dalam riwayat
Muslim, no. 2689 dengan lafazh: “Mereka mencari majlis-majlis dzikir”.
(Pen).
[5]. Dalam riwayat Muslim, no. 2689 dengan lafazh: “Jika mereka telah
mendapatkan sebuah majlis yang padanya terdapat dzikir ... “
[6]. Dalam riwayat Muslim, no. 2689 terdapat tambahan: “Jika
orang-orang yang berdzikir telah berpisah, para malaikat naik ke
langit”.
[7]. Dalam riwayat Muslim, no. 2689 dengan lafazh: “Mereka
mentahlilkanMu: mengucapkan Laa ilaaha illa Allah”.
[8]. HR Bukhari, no. 6408, dan ini lafahznya; Muslim, no. 2689.
[9]. Fathul Bari, 11/248, Penerbit Darul Hadits, Kairo, Cet. 1; Th
1419 H/1998 M.
[10]. Al ‘Ilmu Fadhkuhu Wa Syarafuhu, hlm. 132.

http://almanhaj.or.id/content/3001/slash/0


------------------------------------

Website anda http://www.almanhaj.or.id
Berhenti berlangganan: assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com
Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/aturanmilis/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    assunnah-dig...@yahoogroups.com 
    assunnah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke