KEWAJIBAN ILTIZAM DENGAN ISLAM DAN HARAMNYA TASYABBUH KEPADA ORANG KAFIR
http://almanhaj.or.id/content/3698/slash/0/kewajiban-iltizam-dengan-islam-dan-haramnya-tasyabbuh-kepada-orang-kafir/

Allah Subhanahu wa Ta’ala memang benar-benar telah memuliakan kaum Muslimin
hanya dengan Islam. Sebagaimana Amirul-Mukminin 'Umar Ibnul-Khaththab telah
berkata: "Sesungguhnya Allah telah memuliakan kami dengan Islam, dan jika
kami mencari kemuliaan selain Islam, maka pasti, Allah akan menghinakan
kami".

Demikianlah, jika kaum Muslimin iltizam (berpegang teguh) dengan agama ini,
niscaya kita menjadi umat paling mulia, bahkan menjadi penguasa di muka
bumi, sehingga umat-umat yang lain akan takluk dan tunduk. Sebaliknya, jika
kaum Muslimin merasa hina dan merasa rendah dengan Islam, niscaya kita
menjadi umat yang terhina, terbelakang dan menjadi umat tertindas, yang
bergantung kepada umat yang lain.

Adapun kemuliaan itu, tidak akan diraih, kecuali dengan benar-benar kembali
kepada agama yang haq dan iltizam dengannya. Oleh karena itu, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan agar kita tidak
melakukan sesuatu yang menujukkan tasyabbuh (meniru-niru) orang lain,
seperti meniru kaum musyrikin, kuffar, Yahudi, Nashrani, Majusi, Persia dan
selainnya.

Lihatlah! Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah,
kemudian beliau mendapatkan para penduduk Madinah merayakan dua hari raya
Jahiliyah, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan:

إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْأَضْحَى
وَيَوْمَ الْفِطْرِ

Sesungguhnya Allah telah mengganti hari raya kalian dengan dua hari raya
yang lebih baik, yaitu'Idul-Fitri dan 'Idul-Adh-ha.

Begitu juga ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat
orang-orang Yahudi berpuasa pada hari 'Asyura, maka beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata di hadapan para sahabatnya:

خَالِفُوا الْيَهُودَ صُومُوا يَوْمًا قَبْلَهُ أَوْ يَوْمًا بَعْدَهُ

Selisihilah (berbedalah dengan) Yahudi, berpuasalah kalian sehari
sebelumnya, atau sesudahnya.

Perhatikan juga, ketika para sahabat membuat penetapan kalender sebagai
pijakan mu'amalah keseharian kaum Muslimin, maka serta merta para sahabat
tersebut meninggalkan kalender Masehi, Farisi dan selainnya, kemudian
sepakat menetapkan kalender Hijriyah sebagai dasar perhitungan, yaitu
dimulai dari hijrahnya Nabi, dari Mekkah ke Madinah. Penetapan ini dibuat,
dengan maksud agar tidak tasyabbuh dengan orang-orang kuffar. Mengapa para
sahabat sampai berbuat demikian?

Jawabnya, karena para sahabat memahami, bahwa tasyabbuh hanya akan
mendorong sikap penghormatan dan kecintaan kepada orang-orang kuffar. Dan
barang siapa yang mencintai mereka, pasti akan binasa.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ

Dan barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. [Al-Mâidah/5:51].

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu memperingatkan umatnya
untuk tidak bersikap tasyabbuh dengan orang-orang kafir. Di antaranya,
orang-orang Yahudi dan Nashara membangun masjid-masjid (tempat beribadah
mereka) di atas kuburan, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
memperingatkan para sahabatnya:

لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ
أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ ألاَ فلاَتتَّخِذُوا القُبُورَ مَسَاجِدَ

Allah telah melaknat Yahudi dan Nashara, karena mereka telah menjadikan
kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid, maka janganlah kalian menjadikan
kuburan sebagai masjid.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melarang umatnya dari sikap
ghuluw (berlebih-lebihan) dalam memuji diri Nabi, karena beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam mengetahui bahwa kaum Nashara telah berbuat ghuluw kepada
Al-Masih Isa ibnu Maryam, sehingga pada puncaknya, kaum Nashara menjadikan
Isa sebagai ilah (sesembahan) selain Allah.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا
عَبْدُهُ فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ

Janganlah kalian bersikap berlebih-lebihan kepadaku sebagaimana kaum
Nashara telah berlebih-lebihan kepada Isa ibnu Maryam. Saya hanyalah
seorang hamba, maka katakanlah hamba Allah dan utusan-Nya.

Begitu pula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan agar kita
tidak tasyabbuh (meniru) orang-orang kafir dalam masalah makan dan minum.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang makan dan minum dengan
tangan kiri, karena hal ini merupakan tasyabbuh dengan setan dan kaum
kuffar. Dan beliau memerintahkan makan dan minum dengan tangan kanan.

Dalam penampilan zhahir, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang
memotong jenggot dan membiarkan kumis, karena kebiasaan ini juga merupakan
sifat orang-orang kafir. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَعْفُوْا اللِّحَى وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ خَالِفُوا الْيَهُوْدَ وَ
خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ

Biarkanlah jenggot dan potonglah kumis, selisihilah Yahudi dan Musyrikin

Dalam keseharian, seperti pakaian, cara berjalan, duduk, pemberian nama dan
sebagainya yang merupakan syi'ar, juga tidak luput dari perhatian
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , agar umatnya tidak tasyabbuh
dengan orang-orang kuffar. Ingatlah, bahwa kita diperintahkan hanya dengan
Islam, bukan dengan yang selainnya, karena Islam telah sempurna dan tidak
memerlukan adanya tambahan. Allah Azza wa Jalla berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي
وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
[l-Mâidah/5:3].

Sehingga tasyabbuh dengan orang-orang kuffar, berarti menunjukkan adanya
kekurangan dalam Islam. Maka mencari kesempurnaan melalui orang-orang
kafir, masuk dalam perbuatan kufur nikmat. Allah telah menyempurnakan dan
mengistimewakan Islam di atas agama yang lain, sebagaimana tersirat dalam
Al-Qur`an:

فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ إِلَيْكَ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ صِرَاطٍ
مُسْتَقِيمٍ﴿٤٣﴾وَإِنَّهُ لَذِكْرٌ لَكَ وَلِقَوْمِكَ ۖ وَسَوْفَ تُسْأَلُونَ

Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu.
Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus. Dan sesungguhnya
Al-Qur`an itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi
kaummu, dan kelak kamu akan diminta pertanggung jawaban.
[Az-Zuhruf/43:43-44].

Oleh karena itu, wajib bagi setiap muslim, baik secara individu maupun
secara menyeluruh, baik sebagai rakyat maupun penguasa untuk berpegang
teguh dengan Islam, menjaganya dengan kuat. Jika kaum Muslimin tidak mau
iltizam dan tidak merasa termuliakan dengan Islam, niscaya kaum Muslimin
akan menjadi orang-orang yang hina dan terhinakan.

Fenomena tasyabbuh dengan orang-orang kafir yang nampak dewasa ini di
kalangan kaum Muslimin pada masa sekarang ini, salah satu contohnya dalam
masalah bahasa. Padahal menggunakan bahasa milik orang-orang kafir tidak
diperbolehkan, kecuali ada kebutuhan yang bersifat dharuri (terpaksa). Dan
keharusan bagi kita, yaitu membiasakan dengan bahasa Al-Qur`an.

Perhatikan juga kalangan anak-anak muda muslim, banyak yang lebih menyukai
memakai topi di kepalanya daripada mengenakan peci. Padahal topi merupakan
pakaian dan syi'ar kuffar. Kita tidak memiliki kepentingan untuk
mengenakannya. Begitu pula bermacam tulisan asing yang menempel di pakaian
anak-anak dan para pemuda muslim, padahal jika diterjemahkan,
tulisan-tulisan tersebut mengandung arti dan syi'ar agama mereka. Sungguh
memprihatinkan.

Menghadapi kenyataan ini, semestinya kita waspada dan memperingatkan adanya
bahaya yang mengintai aqidah umat. Jika kaum Muslimin melakukan tasyabbuh,
akan menyusahkan manakala ingin membedakan antara kaum Muslimin dan
orang-orang kafir. Padahal, kaum Muslimin adalah sebaik-baik umat yang
telah dimuliakan Allah di muka bumi. Kaum Muslimin memiliki kemulian,
kehormatan dan keagungan, dengan syarat senantiasa iltizam terhadap ajaran
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Renungkanlah kembali firman Allah Azza wa Jalla :

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ
الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ
الْفَاسِقُونَ

Engkau adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka,
di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik. [Ali Imran/3:110].

Di antara faktor yang dapat menggiring kepada tasyabbuh, misalnya seorang
muslim sering melakukan perjalanan ke negeri kafir.

Manakala seorang muslim sering berkunjung ke sana, kemudian melihat yang
ada pada di negeri orang-orang kafir tersebut, maka sangat mungkin
mendorong terjadinya tasyabbuh. Oleh karena itu, seorang muslim jangan
bersafar ke negeri kuffar, kecuali jika benar-benar ada kebutuhan mendesak
dan bersifat darurat. Bila telah sampai di sana, maka harus tetap bangga
dengan Islam, senantiasa menjaga akhlak dan adab Islam, serta jangan sampai
terpengaruh dengan adat dan kerusakan moral mereka.

Faktor lain yang dapat memunculkan tasyabbuh, misalnya adanya campur baur
antara kaum Muslimin dengan orang-orang kafir. Interaksi ini terjadi karena
kedatangan atau kehadiran orang-orang kafir di negeri muslim. Maka, setiap
muslim harus berhati-hati, jangan sampai terpengaruh dengan adat dan
kebiasaan yang mereka bawa. Bahkan sedapat mungkin kita menyeru dan
mendakwahi mereka supaya mengenal dan masuk Islam.

Begitu juga adanya acara-acara dan siaran-siaran media elektronika yang
menggambarkan dan menampilkan adat, kebobrokan moral, keseharian yang
menyimpang dan bertolak belakang dengan adab-adab Islam, dapat menimbulkan
efek di kalangan kaum Muslimin dan Muslimah, sehingga meniru dan
berperilaku dengan kebiasaan mereka, dalam semua aspek kehidupan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering memperingatkan umatnya agar
selalu menjauihi tasyabuh dan tidak mengekor prilaku mereka dalam
hadits-haditsnya di antaranya

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ
حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ

Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal
demi sejengkal. Sampai-sampai, ketika mereka masuk ke lubang biawak pun,
kalian juga akan mengikutinya.

Demikianlah peringatan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ! Dan
hendaklah kita berpegang teguh dengan agama yang mulia ini, menjauhi
tasyabbuh dan terus memperingatkan bahaya perbuatan meniru kepada perilaku
orang-orang kafir. Mudah-muadah Allah senantiasa menolong dan membimbing
kita ke arah jalan yang lurus dan diridhai-Nya.

(Diadaptasi oleh Ustadz Abu Ziyad Agus Santoso, dari Khotbah Mimbariyah, Dr
Shalih bin Fauzan Al-Fauzan dengan judul "Wujubu Tamassuki bil- Islam wa
Tarki Tasyabuh bil-Kuffar")

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun XI/1428/2007M. Penerbit
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]

Kirim email ke