SALAFIYAH DAN SOLIDARITAS MUSLIM
Oleh
Ustadz Abu Asma Kholid Syamhudi
http://almanhaj.or.id/content/3012/slash/0

Loyalitas, persaudaraan dan solidaritas muslim harus dilandasi dan
ditegakkan di atas aqidah dan manhaj yang shahih; sehingga loyalitas
dan solidaritas tersebut tidak menyimpang. Persaudaraan tidak mungkin
terjadi, kecuali berlandaskan iman. Allah berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ
وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara; karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya
kamu mendapat rahmat. [Al Hujurat:10].

Ayat yang mulia ini menjelaskan, betapa Allah menjadikan iman sebagai
perekat persaudaraan. Iman tidak dapat tegak di dalam aqidah yang
rusak. Sehingga hal ini menuntut adanya perbaikan aqidah setiap
muslim, agar menjadi mukmin yang penuh persaudaraan. Dan hal ini dapat
terwujud, dengan kembali kepada agama yang telah dibersihkan dari
ajaran asing, dan mentarbiyah jiwa muslim berlandaskan agama yang suci
dan mulia ini. Yaitu Islam. Lalu bagaimanakah mewujudkannya?

DAKWAH SALAFIYAH DALAM MEMPERBAIKI MASYARAKAT
Memperbaiki masyarakat muslim dari penyimpangan dan kerusakan
beragama, merupakan wujud solidaritas muslim yang terbesar dan
terpenting. Ini merupakan loyalitas (wala’) yang mestinya diberikan
kepada sesama muslim. Semua usaha memperbaiki masyarakat ini,
dikategorikan sebagai solidaritas muslim.

Adapun dakwah Salafiyah, juga mewujudkan solidaritas kepada kaum
muslimin dengan upaya memperbaiki masyarakat dengan cara bertahap,
dimulai dengan yang paling penting dan mendesak, kemudian yang
setelahnya; sehingga dapat membentuk masyarakat yang baik dan terjauh
dari penyimpangan agama. Dakwah Salafiyah memulai dengan mengajak
kepada perbaikan aqidah, mengajak bertauhid dan melarang kesyirikan.
Kemudian mengajak untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat,
melaksanakan seluruh kewajiban dan menjauhi segala larangan.[1]

Demikianlah salah satu ketentuan manhaj Salaf dalam berdakwah. Yaitu
dengan mencontoh dakwah para rasul, mengajak menusia memperbaiki
aqidah mereka. Bahkan dakwah kepada tauhid merupakan asas dan inti
dakwah para rasul. Allah berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ
وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللهُ وَمِنْهُم مَّنْ
حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلاَلَةُ فَسِيرُوا فِي اْلأَرْضِ فَانظُرُوا
كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu," maka
diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah, dan
ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.
Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah, bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). [An Nahl:36]

Dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan tugas para
rasul, asas dakwah dan inti risalah kerasulan mereka, yaitu berdakwah
kepada tauhid, mengikhlaskan ibadah semata untuk Allah serta menjauhi
sesembahan selain Allah [2]. Demikian juga firman Allah:

وَمَآأَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّنُوحِي إِلَيْهِ
أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلآ أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Ilah(yang hak) melainkan
Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". [Al Anbiya:25].

Begitulah dakwah para rasul. Mereka berjalan di atas satu pijakan,
yaitu tauhid yang menjadi bagian terbesar yang mereka sampaikan kepada
seluruh manusia di setiap tempat dan zaman. Oleh karena itu, setiap
da’i wajib mengetahui, mendakwahkan dan mengajarkan asas pijakan
dakwah para rasul ini; karena amalan manusia tidak akan diterima,
kecuali dengannya.

Syaikh Dr. Shalih bin Abdillah bin Fauzan Al Fauzan berkata: “Sungguh,
seluruh dakwah yang tidak ditegakkan di atas asas ini (tauhid), dan
manhajnya tidak tegak di atas manhaj para rasul, maka akan menuai
kerugian dan kehancuran serta lelah tanpa faidah. (Sebagai) bukti
nyatanya, yaitu para jama’ah dakwah (pergerakan) sekarang ini, yang
mengambil manhaj dakwahnya berbeda dengan manhaj dakwah para rasul.
Mereka semua -kecuali sedikit- melalaikan sisi aqidah dan mengajak
kepada perkara sampingan. Ada jama’ah yang berdakwah mengajak
perbaikan hokum dan politik, serta menuntut penegakkan hudud (hukum
Islam dalam masalah pidana) dan penerapan syari’at dalam menghukum
manusia. Ini memang perkara penting, namun bukan yang terpenting.
Sebab, bagaimana (mungkin) menuntut penerapan hukum Allah terhadap
pencuri dan pezina sebelum menuntut penerapan hukum Allah terhadap
orang musyrik? Bagaimana menuntut penerapan hukum Allah pada dua orang
yang bertengkar karena kambing dan onta, sebelum menuntut penerapan
hukum Allah pada para penyembah berhala dan kubur, dan orang yang
menyimpang dalam masalah nama dan sifat Allah dengan menghapus
penunjukkan maknanya dan menyimpangkannya?” [3]

Syaikh Dr Rabi’ bin Hadi Al Madkhali berkata: “Kita wajib meyakini,
seandainya disana ada manhaj yang lebih utama dan baik dari manhaj
ini, tentulah Allah akan memilihkan dan mendahulukannya untuk para
rasulNya. Lalu apakah pantas seorang mukmin membencinya dan memilih
selainnya sebagai manhaj, serta melecehkan manhaj Rabbani ini dan para
da’inya?’ [4]

Dewasa ini bermunculan opini maupun tuduhan, bahwa dakwah Salafiyah
adalah dakwah yang jumud, parsial, tidak memiliki solidaritas terhadap
kaum muslimin. Dakwahnya, hanya dakwah tauhid saja, tidak ada yang
lainnya. Penilaian miring ini, nampaknya disebabkan ketidaktahuan
terhadap hakikat dakwah Salafiyah yang menyeluruh di setiap aspek
kehidupan. Atau disebabkan fanatisme buta terhadap golongan
(pergerakan dakwah) yang menyelisihi manhaj Salaf, yang saat ini
berkembang. Padahal dakwah Salafiyah merupakan dakwah Islam bersifat
menyeluruh, meliputi setiap aspek kehidupan. Dakwah Salaf ini datang
untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan syirik menuju tauhid, dari
kerancuan dan bid’ah menuju kesatuan sunnah dan aqidah, serta dari
adzab kemaksiatan kepada kelezatan dan cahaya ketaatan.[5]

Dakwah Salafiyah berjalan mengikuti dakwah para salafush shalih. Yakni
tiga generasi terbaik umat ini. Mereka adalah para sahabat, tabi’in
dan tabi’it tabi’in. Dakwah inilah yang telah menjadikan mereka
sebagai generasi terbaik, dan teladan bagi generasi sesudahnya. Hanya
berpegang dengan dakwah inilah, kaum muslimin dapat mengembalikan
kemuliaan dan kejayaan yang telah lama hilang.

Konsep kebenaran dalam dakwah, tidaklah berdasarkan pemikiran dan hawa
nafsu. Namun, ia harus sesuai dengan ketentuan Allah Subhanahu wa
Ta'ala. Ketaatan yang paling penting dan utama dalam Kitabullah dan
Sunnah Rasulullah adalah tauhid. Adapun dosa dan kemungkaran yang
paling besar dan berbahaya adalah syirik.

Seorang da’i yang berdakwah secara bertahap dari yang terpenting,
kemudian yang setelahnya, tentu mengerti apa yang dianggap terpenting
dalam Al Qur’an dan Sunnah. Konsep dakwah secara bertahap ini, bukan
berarti tidak perduli dengan kejadian atau kemungkaran yang terjadi di
sekitarnya. Tetapi, dengan tetap menjalankan konsep bertahap ini
(tadarruj), iapun memperhatikan perkembangan kemaksiatan dan
kemungkaran yang terjadi di masyarakatnya, dan mendakwahi mereka untuk
meninggalkannya. Inilah yang disampaikan Rasulullah dalam sabdanya:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ
أَضْعَفُ الْإِيمَانِ

Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah merubahnya
dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Dan jika
tidak mampu, maka dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemahnya iman.
[6]

Demikianlah Rasulullah l diutus untuk memperbaiki alam semesta dan
mewujudkan kemaslahatan para hamba Allah, dengan mengajak kepada
kebajikan dan melarang dari kemungkaran. Dijelaskan dalam sabda Beliau
:

إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِي إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ
يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى مَا يَعْلَمُهُ خَيْرًا لَهُمْ وَيُنْذِرَهُمْ
مَا يَعْلَمُهُ شَرًّا لَهُمْ

Sesungguhnya tidak ada seorang nabipun sebelumku, kecuali wajib
baginya untuk menunjuki umatnya kepada kebaikan yang ia ketahui, dan
memperingatkan mereka dari kejelekan yang ia ketahui. [7]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Perintah yang dibebankan kepada
RasulNya adalah amar ma’ruf (mengajak kepada kebajikan). Dan larangan
yang diemban Beliau adalah nahi ‘anil munkar (larangan dari
kemungkaran)”. [8]

Dengan demikian, dakwah Salafiyah mengajak manusia kepada ajaran agama
secara menyeluruh, tidak parsial, dan tidak sebagaimana tuduhan
sebagian kalangan. Sebab, adanya syari’at adalah untuk mewujudkan dan
menyempurnakan kemaslahatan dan kemanfaatan. Dan (juga) untuk
menghapus atau memperkecil kerusakan dan kemudharatan.

Oleh karena itu, seorang da’i dalam berdakwah adalah mewujudkan
kemaslahatan dan –sedapat mungkin (mampu) menghilangkan kerusakan.
Sehingga ia memulai dengan yang besar dan mendasar, baru kemudian yang
setelahnya. Dan jika di tengah masyarakat berkembang kemungkaran dan
perkara yang menyelisihi agama, maka ia harus menjelaskan kebenaran
dalam perkara tersebut, serta mengajak masyarakat untuk meninggalkan
dan menjauhi kemungkaran tersebut.

Atas dasar ini, maka manhaj Salaf sangat memperhatikan perbaikan
masyarakat dan memperbaiki perkara-perkara yang menyelisihi syari’at,
dengan menyebarkan kebaikan dan menghilangkan kerusakan yang ada. Bila
saat ini, dakwah Salaf banyak menjelaskan kesalahan yang dilakukan
para da’i dan pergerakan yang ada, maka tidak lain ialah untuk
menjelaskan kebenaran kepada masyarakat. Agar kaum Muslimin terhindar
dari kerusakan dan kemungkaran agama. Yang demikian ini tidak bisa
difahami sebagai hujatan kepada sesama muslim. Hendaklah suatu nasihat
jangan diahami sebagai olok-olok dan cemooh; karena begitulah salah
satu bentuk solidarits terhadap sesama kaum muslimin.

Syaikh Fawaz As Suhaimi, penulis kitab Usus Manhaj Salaf Fi Dakwah
Ilallah berkata: “Jika manhaj Salaf memberikan perhatian terbesar
dalam masalah tauhid dan dakwah kepadanya, bukan berarti manhaj Salaf
tidak mau mengerti yang terjadi di masyarakat muslim, (yaitu) berupa
perkara-perkara mungkar. Dengan dakwah tauhid, bukanlah berarti tidak
berdakwah kepada tuntutan dan syarat-syaratnya. Yang benar, dakwah
kepada tauhid adalah dakwah yang menyeluruh untuk mewujudkan kalimat
lailaha illallah dalam semua aspek yang terdapat di masyarakat
muslimin; seluruhnya sesuai dengan kedudukan dan kemampuannya.[9]

Dengan penjelasan ini, nampaklah tudingan miring terhadap dakwah Salaf
tersebut hanyalah isapan jempol dari orang yang tidak faham terhadap
hakikat dakwah Salafiyah. Semua ini akan semakin jelas, bila mengenal
keistimewaan manhaj Salaf dalam berdakwah.

KEISTIMEWAAN MANHAJ SALAF DALAM BERDAKWAH [10]
Manhaj Salaf dalam berdakwah kepada Allah memiliki banyak
keistimewaan. Secara ringkas memiliki tiga keistimewaan sebagai
berikut:

Pertama : Bersumber dari syari’at.
Diantara keistimewaan manhaj dakwah Salafiyah, adalah karena
berlandaskan Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam, yang merupakan sumber petunjuk dan keselamatan bagi manusia.
Keistimewaan inilah yang telah dijelaskan Al Qur’an dan diserukan para
salafush shalih. Ia menjadi sebab kejayaan dan kemenangan, serta
bersatunya kaum muslimin.

Kedua : Mewujudkan kemaslahatan agama dan dunia.
Berdakwah dengan manhaj Salaf akan mewujudkan kemaslahatan yang besar
dalam agama dan dunia; baik untuk para da’inya ataupun mad’unya,
karena dijalankan di atas syari’at yang akan memberikan rasa aman,
jaminan, ketenteraman dan kedamaian. Syari’at Allah diperuntukkan demi
kebaikan umat dalam masalah agama dan dunianya. Rasulullah telah
menjelaskan dalam sabdanya:

إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِي إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ
يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى مَا يَعْلَمُهُ خَيْرًا لَهُمْ وَيُنْذِرَهُمْ
مَا يَعْلَمُهُ شَرًّا لَهُمْ

Sesungguhnya tidak ada seorang nabipun sebelumku, kecuali wajib
baginya untuk menunjuki umatnya kepada kebaikan yang ia ketahui, dan
memperingatkan mereka dari kejelekan yang ia ketahui. [11]

Ibnul Qayyim berkata,”Syari’at dibangun dan ditegakkan di atas hikmah
dan maslahat hamba di dunia dan akhirat. Seluruh syari’at adalah adil,
rahmat dan maslahat.[12]” Oleh karenanya, dakwah Salafiyah memiliki
cirri-ciri berikut:

1. Keteguhan dan kesempurnaan dalam pemahaman, akal, dan kejelasan
tujuan maupun cara mencapainya. Allah berfirman:

مَّافَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِن شَىْءٍ

Tiadalah Kami lupakan sesuatu apapun di dalam Al Kitab, [Al An'am :38).

2. Petunjuk kepada yang paling baik dan lurus bagi agama dan dunia.
Allah berfirman:

إِنَّ هَذَا الْقُرْءَانَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ

Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang
lebih lurus, [Al Isra:9].

3. Kebaikan dunia di setiap zaman dan tempat, sebagaimana firman Allah:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ
نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah
Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi
agamamu. [Al Maidah:3].

4. Komitmen dengan fithrah dan jauh dari hawa nafsu yang merusak,
sebagaimana firman Allah:

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ
النَّاسَ عَلَيْهَا لاَتَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللهِ ذَلِكَ الدِّينُ
الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَيَعْلَمُونَ

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, [Ar Rum:30].

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menegaskan, bahwa syari’at, dengan segala
masalah dakwah yang terkandung di dalamnya memberikan maslahat dan
menghilangkan kerusakan. Beliau t berkata,”Bahkan cukuplah seorang
mukmin itu mengetahui, bahwa seluruh perintah Allah adalah untuk
kemaslahatan semata, atau kemaslahatan yang lebih besar. Sedangkan
seluruh larangan Allah adalah mafsadah (kerusakan) semata, atau
kerusakan yang lebih besar.”[13]

5. Mudah, jauh dari sifat memberatkan, sebagaimana firman Allah:

يُرِيدُ اللهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. [Al Baqarah:185].

Ketiga, manhaj Salaf senantiasa dimenangkan Allah sampai hari kiamat.
Diantara keistemewaan terbesar dakwah Salafiyah, yaitu karena akan
senantiasa dimenangkan Allah sampai hari kiamat. Allah menjadikan
manhaj NabiNya Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai penutup sekalian
agama. Sehingga agama selain Islam, tidak akan diterima. Demikian juga
Allah menjadikannya sebagai agama untuk seluruh penduduk bumi. Jika
agama ini untuk seluruh penduduk bumi, tentunya manhaj yang menjadi
bagian dari agama ini, dari generasi demi generasi sampai hari kiamat
nanti akan kekal.

Tak dipungkiri, terjadinya pasang surut telah menyebabkan dakwah ini
menjadi asing di kebanyakan tempat dan daerah. Terlebih lagi ketika
bid’ah, khurafat dan penyimpangan telah menguasai bumi ini. Namun
Allah tetap akan membangkitkan orang yang memperbaharui (tajdid) agama
ini, guna membongkar habis penyimpangan dan kebobrokan, serta tipu
daya musuh Islam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

يَحْمِلُ هَذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُلُهُ يَنْفُوْنَ عَنْهُ
تَحْرِيْفَ الْغَالِيْنَ وَانْتِحَالَ الْمُبْطِلِيْنَ وتَأْويْلَ
الْجَاهِلِيْنَ

Membawa ilmu ini dari setiap generasi orang-orang adilnya yang
menghilangkan darinya penyimpangan orang yang sesat dan ajaran orang
yang merusak (agama), serta ta'wilnya orang-orang bodoh.

Allah berfirman, yang artinya: Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami
kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya
mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan. Dan sesungguhnya
tentara Kami itulah yang pasti menang. [Ash Shaffat:171-173].

Juga firmanNya, yang artinya: Allah telah menetapkan: "Aku dan
rasul-rasulKu pasti menang". Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha
Perkasa. [Al Mujadilah:21]

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَزَال مِنَْ أُمَّتِيْ أُمَّةٌ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ لَا
يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ
أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ

Senantiasa akan ada dari umatku sekelompok orang yang menegakkan
perintah Allah; tidak merugikannya orang yang menghina dan menyelisihi
mereka sampai datang hari kiamat, dan mereka berada dalam keadaan
demikian.[14]

Allah Subhanahu wa Ta'ala menjanjikan kemenangan dan kejayaan itu akan
diraih, sebagaimana firmanNya, yang artinya: Dan Allah telah berjanji
kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang shalih, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka
agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
merubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan
menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang
fasik. [An Nur:55].

Ayat yang mulia ini menjelaskan sebab kemenangan dapat diraih, yaitu
dengan beribadah kepada Allah, mentauhidkanNya, berjalan di atas
manhaj tauhid dan kenabian, menjauhi hawa nafsu dan bid’ah. Bersihnya
tauhid dari noda syirik, bid’ah dan hawa nafsu syahwat inilah yang
menjadi sebab kemenangan dan kejayaan.

Syaikh Abdul Aziz bin Baaz berkata,”Ketika para salafush shalih dan
generasi awal umat ini berjalan di atas ketentuan Al Qur’an dan Sunnah
Rasulullah, maka Allah memuliakan, mengangkat nama mereka, dan
memberikan kekuasaan kepada mereka di muka bumi ini, sebagai wujud
dari janji Allah kepada mereka.” [15]

Oleh karena itu, marilah wujudkan solidaritas kita kepada kaum
muslimin. Yaitu dengan mengamalkan kandungan ayat ini. Mengajak
saudara-saudara kita untuk mewujudkan sebab-sebab yang dapat
mengantarkan meraih kemenangan. Ingatlah, Allah tidak pernah
menyelisihi janjiNya.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun VIII/1425H/2004M
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi
Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
_______
Footnote
[1]. Lihat muqaddimah Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan, dalam kitab
Manhajul Anbiya’ Fid Da’wah Ilallah Fihil Hikmah Wal ‘Aql, hlm. 7.
[2]. Usus Manhaj As Salaf Fid Dakwah Ilallah, karya Fawaz bin Hulaiyil
bin Rabah As Suhaimi, Cetakan pertama, Tahun 1423 H, Dar Ibnu Affan,
Mesir dan Dar Ibnu Al Qayyim, Damam, KSA, hlm. 85.
[3]. Muqaddimah Manhajul Anbiya’, Op.Cit. hlm. 9.
[4]. Dr. Rabi’ bin Hadi Al Madkhali, Manhajul Anbiya Fid Dakwah
Ilallah Fihil Hikmatu Wal Aqlu, Cetakan kedua, Tahun 1414 H, Maktabah
Al Ghuraba’ Al Atsariyah, Madinah, KSA, hlm. 43.
[5]. Lihat Usus Manhaj As Salaf, Op. Cit. hlm. 98.
[6]. HR Muslim dalam Shahih-nya, kitab Al Iman, no. 49.
[7]. HR Muslim dalam Shahih-nya, kitab Al Imarah, Bab Wujub Al Wafa Bi
Baiat Al Khalifah Al Awwal Fal Awal, no. 1.844.
[8]. Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah (28/65).
[9]. Hlm. 100.
[10]. Pembahasan ini kami ringkas dari kitab Usus Manhaj As Salaf Fid
Dakwah Ilallah, Op. Cit. hlm. 171-179.
[11]. HR Muslim dalam Shahih-nya, kitab Al Imarah, Bab Wujub Al Wafa
Bi Baiat Al Khalifah Al Awwal Fal Awal, no. 1.844.
[12]. Ibnul Qayyim, I’lam Al Muwaqqi’in (3/3).
[13]. Majmu’ Fatawa (27/91).
[14]. Mutafaqun’alaihi, dan hadits ini dari Muawiyah memiliki delapan
jalan periwayatan yang telah ditakhrij dalam Allaaali al mantsurah bi
Aushaafith Thoifatil Manshurah (1).
[15]. Majalah Al Buhuts Al Islamiyah, Edisi 23/9.


------------------------------------

Website anda http://www.almanhaj.or.id
Berhenti berlangganan: assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com
Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/aturanmilis/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    assunnah-dig...@yahoogroups.com 
    assunnah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke