----- Forwarded by Agung Satoto Tehnik/CKR/KLBF/KalbeFarma on 03/17/2006 01:34 PM -----
"Tuty" <[EMAIL PROTECTED]> -----Original Message----- Wajib baca HAL YANG MASIH BISA TERJADI DI ERA MILENIUM!!! Kepada Redaksi/Pembaca yang budiman, baik dan terhormat, saya berharap surat ini dapat disebarluaskan dan diketahui oleh masyarakat luas agar kejadian yang menimpa saya tidak terulang/terjadi lagi kepada orang/keluarga lain. Perlu diketahui saya menulis surat ini bukan bertujuan untuk menjelekkan atau merendahkan siapapun. Saya menulis surat ini karena hati saya tergerak dan ingin membagi pengalaman pahit yang saya dapatkan untuk para pembaca agar dikemudian hari diharapkan tidak terjadi lagi kejadian yang sama terhadap siapapun dimanapun yang akan melakukan persalinan terutama di Medan (SUMUT). Saat saya menulis surat ini, saya sedang berduka karena istri saya tercinta sudah meninggal akibat pendarahan sewaktu melahirkan. Sebagai informasi, istri saya selalu cek up rutin dengan dokter bersalin dan mengikuti program senam hamil di RS Gleneagles. Istri saya melahirkan secara normal dan dibantu dengan alat Vacuum di RS Gleneagles, Medan. Anak saya saat ini sehat-sehat saja. Menurut pihak rumah sakit, dalam hal ini adalah dokter, Pendarahan tersebut terjadi karena darah istri saya terlalu encer dan tidak bisa beku disebabkan karena kadar trombosit didalam darah terlalu rendah. Dugaan dokter, kadar Trombositnya rendah karena mengkonsumsi Jamur (Hio-ko) dan Io-som (Ginseng). Tetapi dokter tidak menjelaskan seberapa besar konsumsi yang dapat membahayakan kesehatan ibu hamil. Jujur saja, saya tidak bermaksud untuk menyalahkan siapapun (Dokter/Rumah Sakit) dan apapun (Prosedur persalinan atau Undang-undang). Akan tetapi, ada beberapa hal yang sangat mengganjal dihati saya yang perlu saya sampaikan kepada para pembaca. Pertama, istri saya harus menunggu waktu sampai 2 jam untuk menerima transfusi darah dari RS. Waktu itu pihak RS bilang harus mengambil darah dari PMI. Saat itu saya heran dan bertanya kenapa kok RS yang terkenal di medan ini tidak ada stok darah sama sekali. Kemudian, pihak RS mengatakan kalau peraturan pemerintah sudah menerapkan bahwa RS tidak boleh ada stok darah. Apa benar? Sampai sekarang, hal ini masih menjadi tanda tanya besar bagi saya karena kalau harus mengambil darah lagi di PMI dan pasien sedang sekarat, waktu 2 jam itu sangat berarti. Saya rasa kita sebagai orang awam tahu kalau darah yang mengalir dalam waktu 2 jam itu sudah seberapa banyak dan seberapa besar efeknya terhadap pasien. Sesaat sebelum istri saya menerima transfusi darah, dia masih dalam keadaan sadar dan memberitahukan kepada saya, "Kenapa darah belum datang? Kenapa darah belum datang? Kok lama sekali? Tuuubbuuuh ssaayaa seemuanyaa suudah keeebbaaas/mati rasa (lidah sudah kaku). Kamu ada dimana? Kok tidak kelihatan?". Saat itu pandangan matanya pun sudah gelap. Setelah itu dia menerima transfusi darah, akan tetapi istri saya memberitahukan kepada saya bahwa darah tersebut tidak masuk kedalam tubuh, karena masuk dari tangan keluar dari daerah persalinan/selangkangan (alias numpang lewat). Selanjutnya, istri saya tidak sadarkan diri dan dioperasi untuk diangkat rahimnya (atas saran dokter). Tiga hari kemudian istri saya meninggal karena kondisinya tidak stabil (tensi naik turun). Perlu anda ketahui bahwa istri saya total menerima lebih 40 bags/10 liter transfusi darah (1 bag = 250 cc). Selama tiga hari itu, saya harus mati-matian mencari pendonor darah karena stok di PMI tidak banyak. Kebetulan, banyak sanak keluarga dan teman-teman yang datang untuk menyumbangkan darah setelah mendengar kasus istri saya. Ada hal aneh lagi, para pendonor darah harus ke PMI dulu untuk mendonor karena pihak RS tidak ada tempat/kantong darah. Kedua, jikalau darah istri saya saat itu memang encer atau trombositnya rendah, kenapa pihak RS tidak mengecek darah istri saya terlebih dahulu sebelum terjadinya persalinan? Apakah dianggap tidak penting atau tidak ada prosedur tetap/baku? Setahu saya, pendarahan ini tidak hanya terjadi pada istri saya alias tidak hanya terjadi kali ini saja tetapi juga sudah pernah terjadi terhadap pasien-pasien sebelumnya. Tetapi kenapa pihak RS tidak ada ide inovatif untuk mencegah hal tersebut terjadi/tidak terulang kembali? Ketiga, sewaktu saya mau mengambil jenazah istri saya, saya harus menyelesaikan dulu semua administrasi yang diwajibkan oleh pihak RS. Yang anehnya, saya diwajibkan/diharuskan membayar lebih 10 juta rupiah dari tagihan yang ada dengan alasan biaya dokter belum masuk. Total tagihan sementara 60 juta rupiah, saya diharuskan membayar 70 juta rupiah untuk menebus jenazah istri saya. Apakah memang pihak RS sudah tidak lagi memiliki rasa prikemanusiaan/rasa sosial? Bayangkan dimana saya harus mencari uang sebanyak itu pada waktu tengah malam? Kebetulan, saya masih dapat pinjaman dari saudara, kalau tidak saya rasa saya bakal di charge lagi biaya inap jenazah. Untuk itu, berdasarkan pengalaman yang saya alami, saya mengharapkan dan meminta kepada orang-orang yang bersangkutan dan bertanggung jawab untuk merubah atau memikirkan lagi peraturan pemerintah dalam hal transfusi darah maupun prosedur persalinan karena sangat penting. Alasannya sangat sederhana, pasien yang sekarat tidak bisa menunggu lama (terutama dalam hitungan jam), perlu penanganan segera dan sangat penting. Kemudian, saya sangat menganjurkan kepada para Ibu hamil agar segera mengecek darah pada saat diketahui hamil dan pada saat hari H persalinan. Begitu sampai di RS, segera minta cek darah untuk memastikan kondisi terakhir kita fit atau tidak untuk melakukan persalinan. Disamping itu, siapkan makanan dan minuman tradisional yang kita percaya dapat membangkitkan tenaga dan tekanan darah serta dapat menghentikan pendarahan. Jangan terlalu percaya 100% dengan tindakan dokter, kita juga harus ada persiapan tersendiri. Alangkah lebih baik, jika kita sudah bisa mengantisipasi dari awal. Bukankah para dokter selalu bilang lebih baik mencegah dari pada mengobati! Saya sangat berharap agar kasus istri saya ini dapat memberikan suatu pelajaran yang berharga kepada semua yang bersangkutan. Saya juga berharap kejadian ini tidak akan terulang kembali terhadap siapapun dimanapun dan saya mohon kepada orang-orang yang bersangkutan (dalam hal ini pihak RS dan instansi terkait) dapat memikirkan suatu solusi/prosedur persalinan yang lebih baik agar resiko kematian akibat persalinan dapat dihindari karena nyawa seseorang sangat berharga. Apakah anda tahu bagaimana rasanya seorang anak begitu lahir hidup tanpa ibu? Dan apakah anda tahu bagaimana perasaan seorang suami yang menemani istrinya dari dia menangis bahagia waktu melihat bayinya lahir hingga dia sekarat (sekitar 3 jam) tanpa bisa memberikan pertolongan apapun? Wajah istri saya masih membayang dipikiran saya. Jika ada yang merasa keberatan dengan perkataan/penulisan saya ini, saya siap untuk berdiskusi/berdebat. Demikianlah pengalaman ini saya beritahukan kepada semua pembaca budiman dan semoga pengalaman yang saya dapatkan ini dapat berguna bagi para pembaca semua, terutama untuk ibu-ibu hamil. Saya secara pribadi juga mau mengucapkan terima kasih kepada para dokter, para pendonor darah dan saudara-saudara yang telah berusaha untuk menyelamatkan nyawa istri saya. Surat ini saya persembahkan untuk istri saya tercinta, semoga arwah istri saya tenang dan hidup bahagia dialam sana. Saya akan selalu mengingat semua kenangan manis yang kita lalui bersama. Amitabha. Hormat Saya, Edy PS: I Love You LIANG I LING / CHRISTIN SUYANTO (26 tahun) (27 Oktober 1981 - 1 Februari 2006) (Angkatan 99 TI-Universitas Kristen Maranatha, Bandung) Sampai saat ini belum ada penjelasan resmi dari pihak rumah sakit tentang kenapa, mengapa dan bagaimana istri saya dapat mengalami hal tersebut diatas. Jika pihak dokter/rumah sakit mempunyai itikad baik dan bertanggung jawab bukan hanya terhadap keluarga saya akan tetapi juga terhadap keluarga/pasien yang lain, pihak dokter/rumah sakit harus bisa memberikan keterangan yang jelas agar kejadian ini tidak terulang kembali. Kasus istri saya ini sudah dibicarakan beberapa kali di Deli TV News, TV Swasta Medan. [Non-text portions of this message have been removed] Subscribe: [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: [EMAIL PROTECTED] Info Belanja si Kecil: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/Ayahbunda-Online/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/