Sajak Rendra, untuk mengingatkan kita semua.

TITIPAN ILAHI

Seringkali aku berkata,
ketika orang memuji milikku
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipanNya,
bahwa rumahku hanya titipanNya,
bahwa hartaku hanya titipanNya,
bahwa putraku hanya titipanNya
 Tetapi mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku?
untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
Kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milikNya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang
bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat,
ketika titipan itu diminta kembali olehNya?

Ketika diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja
untuk melukiskan bahwa itu adalah derita

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan

Seolah ...
Semua derita adalah hukuman bagiku
Seolah ...
Keadilan dan kasihNya harus berjalan seperti matematika
Aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku,
kuperlakukan Dia seolah mitra dagang dan bukan kekasih,
kuminta Dia membalas "perlakuan baikku"
dan menolak keputusanNya
yang tak sesuai keinginanku


Ya Rabb, padahal tiap hari kuucapkan
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah kepadaMu,
ketika langit dan
bumi bersatu,
bencana dan keberuntungan sama saja.


----------
Dikutip dari Surya, 12/9/2007


-- 
Gde Wisnaya Wisna
Jl.Dewi Sartika Utara 32A
Singaraja-Bali

Kirim email ke