Ada berita dari temanku, semoga aja ada hikmahnya..

 

*Maaf kalo kurang berkenan...

 

-Bunda dextra-

 


From: vira [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, December 21, 2004 5:44 PM
To: Amelia Prameswati; Ira_Pranita; Fajar Lina; Euis reni; Dhidhi
Subject: [Fwd: Fw: HATI - HATI dengan dr. Jhonny Arsyad SpA dan gerombolannya di RS Permata Hati - BATAM]

 

kalo sampe kejadian ini beneran. Waduh serem banget yah.....

-------- Original Message --------

Subject:

Fw: HATI - HATI dengan dr. Jhonny Arsyad SpA dan gerombolannya di RS Permata Hati - BATAM

Date:

Tue, 21 Dec 2004 14:46:48 +0700

From:

Warehouse <[EMAIL PROTECTED]>

Organization:

PT GMAC Batam

To:

<Undisclosed-Recipient:;>

 

 

----- Original Message -----

From: Erizal

Sent: Monday, December 20, 2004 4:39 PM

Subject: FW: HATI - HATI dengan dr. Jhonny Arsyad SpA dan gerombolannya di RS Permata Hati - BATAM

 

FYI.

Mungkin bermanfaat untuk saudara yang telah atau yang akan punya anak.

 

Rekans,

Ini semua kisah nyata pengalaman pribadi saya ... tolong sebarkan agar tidak bertambah banyak lagi korban ...

isi dan lihat komen2 dan pengalaman anda di http://www.ismusurizan.com/default.aspx?show=drjhonny

 

        

HATI - HATI
dr. Jhonny Arsyad SpA dan gerombolannya
RS Permata Hati - BATAM

Selama ini saya hanya melihat di TV dan membaca di majalah dan koran tentang ketidakadilan dan kesewenangan seorang tenaga medis (mungkin hanya sebagian kecil dari ribuan tenaga medis yang ada di Indonesia) dalam menjalankan tugasnya, dan saya menanggapi itu seadanya, sampai pada akhirnya saya mengalami sendiri.

Kamis,
9 Desember 2004, saya tak akan pernah lupa dengan hari itu, Syahid Akbar Pasya, putra pertama saya, buah hati keluarga, mengalami muntah-muntah, sebenarnya dalam dua minggu terakhir Syahid memang sudah mulai mengalami muntah, tapi bukan dalam tahap yang sangat mengkhawatirkan, misalnya kalau Syahid minum susu kekenyangan trus muntah, menurut orang-orang yang sudah berpengalaman itu hal biasa, mungkin karena kekenyangan atau mungkin juga susunya gak cocok, jadi sayapun tidak begitu khawatir, tapi hari kamis itu Syahid muntah 2x dalam waktu yang cukup dekat, tapi Syahid tidak lemas, Syahid juga tidak panas, tidak mencret, intinya Syahid masih menunjukkan tanda-tanda kalau dia sehat, tapi untuk menghilangkan kekhawatiran saya dan suami berinisiatif memeriksakan Syahid ke dokter anak (yang katanya pernah menjadi dokter anak paling terkenal di kota Batam) dr. Jhonny Arsyad SpA, sekalian mau cek kesehatan Syahid karena dari lahir sampai hari itu Syahid belum di cek kesehatannya.

Sesampai di tempat dr. Jhonny, saya menyampaikan keluhan-keluhan tentang kondisi Syahid kepada dokter tersebut, saya katakan kalau Syahid muntah dalam dua minggu terakhir ini, tapi tidak terlalu sering tapi siang ini dia muntah sampai 2x, kemudian dr. Jhonny melakukan USG di perut Syahid, cuma beberapa detik, dokter itu langsung bilang kalau ada something wrong di usus Syahid, Syahid harus di tes di laboratorium, harus diperiksa darahnya, harus difoto paru-parunya, diperkirakan ada bakteri di usus Syahid dengan kata lain ada infeksi diusus Syahid, sebagai orang awam saya hanya akur saja dengan yang dikatakan dr, Jhonny, selanjutnya dr. Jhonny bilang kalau Syahid mesti di rawat inap, saya kaget “loh kok sampai dirawat inap sih?” menurut dr. Jhonny, usus Syahid harus diistirahatkan dan butuh perawatan intensif, makanya harus dirawat, ya sudahlah demi anak, saya menyetujui rawat inap, dan dokter bilang Syahid harus diinfus, wah kalau yang satu itu saya keberatan sekali, saya gak tega anak seumuran Syahid (29 hari) harus di infus, saya tanya “kok diinfus dok?” dokter itu bilang “ya harus diinfus, untuk mengganti cairan tubuh yang hilang”, suami saya juga gak terima kalau Syahid harus di infus, suami saya bilang “dok, saya kok gak yakin kalau penyakit anak saya sampai sejauh itu, sampai-sampai harus di infus, apa gak ada cara lain?” dr. Jhonny tidak suka dengan pernyataan itu dan langsung bilang, (dengan emosi), “kamu tidak boleh tidak yakin dengan dokter, saya sekolah untuk mempelajari semua itu, saya sudah 40 tahun menjadi dokter, saya sudah biasa menangani kasus seperti ini, pokoknya kamu percaya saja sama saya” dan banyak lagi yang dikatakan dr. Jhonny, agar suami saya tidak ikut emosi saya coba alihkan dahulu topik pembicaraan, saya tanya “dok, kira-kira apa penyebab infeksi anak saya itu” dokter itu bukannya menjawab pertanyaan saya tapi malah bilang, “Kamu gak perlu tahu kenapa, percuma saya jelaskan kamu tak akan mengerti, pokoknya tugas kamu hanya melihat tetesan di infus berjalan dengan baik, yang lainnya kerja dokter, kamu gak perlu tau kerja dokter” kok jawabannya seperti itu, sebagai seorang pasien, saya rasa berhak menanyakan apa penyebab penyakitnya dan segala macamnya, yang sesuai dengan uneg-uneg yang dirasakan, kan pasien membayar dokter untuk itu, untuk segala advice nya, keterangannya,  seharusnya dokter itu menerangkan, saya tahu sebagai orang awam kami tidak paham dengan bahasa medis, tapi saya rasa dokter punya cara untuk menjelaskan penyakit pasien dengan bahasa pasien, agar pasien mengerti, dan puas (saya yakin dokter punya bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien).

Selagi kami bicara soal infus, Syahid dibawa keluar oleh suster jaga disana, tanpa sepengetahuan saya, Syahid diinfus, padahal jelas-jelas saya dan suami belum menyetujui kalau Syahid harus diinfus, kalau di rawat inap saya setuju tapi bukan untuk diinfus, saya keluar karena saya dengar anak saya menangis, saya lihat selang infus sudah dipasang dikaki Syahid, Syahid meronta-ronta dan menangis kejang, muka Syahid sampai menghitam, ya Tuhan, saya benar-benar tidak tega melihat keadaan Syahid, saya coba peluk dia, saya mencoba membuat Syahid tenang dan diam, Syahid gak bisa diam, mungkin tubuh mungilnya tak bisa terima tusukan jarum infus itu. Seorang suster sempat ngebentak suami saya, waktu suami saya memeluk Syahid, spontan suami saya balas ngebentak suster itu “wajar aja saya meluk anak saya, situ punya anak gak!!!” jelas banget suami saya emosi, saya juga bilang ke suster itu “wajar aja kan sus, kalau suami saya khawatir ama anaknya” suster itu ngomel-ngomel, benar-benar itu bukan sikap seorang suster, dan juga ada salah satu suster disana, kumal sekali, dia mengenakan baju putih, tapi kotor sekali, saya pikir tadinya dia itu pembantu disana, eh gak taunya suster, coba bayangkan, seorang suster jorok, padahal jelas-jelas pekerjaan suster atau dokter itu harus dalam lingkungan yang bersih malah harus steril, ini malah susternya sendiri jorok gimana pekerjaannya mau bersih?!?!, GAK MUNGKIN banget. Juga untuk kamar rawat inapnya, kasurnya saja tidak dialas, sumpah deh itu rumah sakit paling bobrok yang pernah saya temui, mungkin lebih cocok kalau rumah sakit itu dijadikan penampungan korban bencana alam.

Karena ketidakyakinan suami saya, dia mencoba menghubungi dokter dan kepala suster perusahaan tempatnya bekerja, ternyata mereka menyarankan agar Syahid segera keluar dari sana, dan pergi ke rumah sakit Budi Kemuliaan atau cari dokter anak yang lain. Dengan kekuatan itu kami sepakat untuk membawa Syahid keluar dari sana, karena Syahid sudah semakin lemah (mungkin karena menangis terus).

Saya dan ibu mertua saya menemui dr. Jhonny dan minta agar infus Syahid dilepas, karena kami ingin membawa Syahid pulang, dr. Jhonny marah besar dengan keinginan kami, dia tanyakan apa penyebab saya ingin mengeluarkan Syahid dari sana, saya tak mau memberi alasan yang jelas, karena kalau saya beritahu alasan yang sebenarnya bahwa kami tidak yakin dengan diagnosanya, dan kami ingin membawa Syahid ke dokter lain, pasti dia akan semakin murka, jadi saya bilang kami tidak punya alasan, yang kami inginkan cuma mengeluarkan Syahid dari sana, dr. Jhonny menakut-nakuti saya, dia bilang kondisi Syahid sudah demikian parah, bisa-bisa nanti malam Syahid kejang-kejang dan mengganggu jaringan otaknya, terus terang ada rasa takut juga dihati saya waktu itu, tapi mengingat Syahid yang sudah menangis kejang dan semakin lemas, saya kuatkan hati untuk mengeluarkan Syahid dari sana, dan membawa ke dokter lain, dr. Jhonny bilang kalau hasil laboratorium Syahid menyatakan bahwa sel darah putih Syahid 10.900, dan katanya lagi itu sudah diatas batas normal, tapi saya tetap ngeyel ingin mengeluarkan Syahid malam itu juga, sampai akhirnya dr. Jhonny bilang “apa kamu gak punya uang, kalau gak punya uang biar saya kasih” cepat-cepat saya bantah hal itu, saya bilang bukan itu masalahnya. Akhirnya saya bohong kepada dr. Jhonny kalau saya punya tante seorang bidan, dan saya ingin membawa Syahid kesana, dr. Jhonny semakin berang, dan dia bilang “apalah daya bidan, dokter lebih pandai dari bidan” terserahlah, yang penting saya mau mengeluarkan Syahid dari sana sekarang juga, mungkin karena dr.Jhonny sudah kehabisan kata untuk menahan saya, akhirnya dia memerintahkan suster untuk membuka infus Syahid, Alhamdulillah, akhirnya dia mengijinkan Syahid keluar.

Semua kejadian itu hanya berlangsung selama 1 (satu) jam, dan tau gak berapa biaya yang harus kami keluarkan untuk sesuatu yang nothing itu? Rp 450.000, gila kan???? Bayangkan kalau Syahid sempat di rawat inap sampai beberapa hari, bisa-bisa jutaan biaya yang harus kami keluarkan. Tapi sudahlah demi Syahid, kami tutup mata saja membayar tagihan Rp450.000 itu.

Sewaktu saya menunggu perincian tagihan, gantian susternya yang menakut-nakuti saya, suster itu bilang, kalau keadaan Syahid emang parah, katanya badan Syahid udah lembek (gimana gak lembek, Syahid nangis lama banget sampe wajahnya menghitam, kita aja manusia dewasa juga bakal lembek kalau udah nangis kejang kayak Syahid, lagian kalau badan Syahid lembek, ya wajarlah..Syahid itu masih berumur 29 hari) dan ada bercak putih dikedua pahanya (setelah saya periksa , gak ada tuh bercak putih dipaha Syahid), apa maksudnya??? entahlah saya juga tak tau.

Kemudian kami segera membawa Syahid ke rumah sakit Budi Kemuliaan, ternyata dokter anak disana sudah pulang, akhirnya kami membawa Syahid ke tempat praktek dr. Iman T. Rachman SpA, setelah diperiksa, dr. Iman mengatakan Syahid hanya perlu ganti susu, selama ini Syahid minum susu Morinaga dan harus diganti dengan susu Enfalac AR dan tidak perlu diinfus, dan gak ada infeksi dan segala macam yang dikatakan dr. Jhonny sebelumnya, saya katakan pada dr. Iman kalau dr. Jhonny bilang sel darah putih Syahid 10.900, dr. Iman cuma manggut-manggut dan tidak menanggapi itu sesuatu yang serius, dari ekspresi dr. Iman, jelas dong kalau gak ada pengaruhnya jumlah sel darah Syahid itu, saya benar-benar kecewa, marah, kesal dan sebagainya dengan pernyataan dr. Jhonny.

Apa maksudnya dengan menakut-nakuti, dan membohongi kami??? Saya benar-benar mengutuk sikap dr. Jhonny, dan saya tak rela dan tak ikhlas dengan segala yang dilakukannya terhadap Syahid, sampai kapanpun saya tak rela, dan saya yakin Allah akan membalas semua ini. Kalau seandainya saya membiarkan Syahid lebih lama disana, apa yang akan terjadi pada Syahid, jangan-jangan Syahid dijadikan kelinci percobaan untuk diagnosa tak jelas dr.Jhonny . Tapi thanks God, kami cepat mengambil tindakan untuk mengeluarkan Syahid dari tempat dr.Jhonny, kalau bertahan lebih lama lagi, entah diagnosa apalagi yang akan dia katakan pada kami.

Kami pulang dengan senyum malam itu, lega karena Syahid tidak apa-apa, dan air infus yang sudah terlanjur masuk ke tubuh Syahid juga tidak perlu dikhawatirkan (begitu kata dr. Iman) cuma mungkin karena terlalu lama menangis Syahid jadi lemah dan pucat, disepanjang perjalanan Syahid tertidur lelap.

Sewaktu saya mengganti baju Syahid, saya melihat di kedua tangan dan kedua kaki Syahid biru seperti bekas tusukan jarum, ya Tuhan ternyata ketika suster disana memasang infus di tubuh Syahid, mereka mencoba di kedua tangan dan kedua kaki Syahid, pantas Syahid menangis kejang, pasti teramat sakit bagi Syahid, tusukan-tusukan jarum itu (bayangkan Syahid masih berumur 29 hari, kulitnya masih lembut dan tipis, dagingnya masih lembek). Bagaimana cara kerja suster-suster disana??? Apakah gak ada rasa kasihan sewaktu dia menusuk-nusuk tubuh mungil Syahid??? Kok bisa mereka tega melihat Syahid yang menangis kayak gitu??? Sebenarnya apa saja yang mereka lakukan pada anak saya??? sewaktu saya masih diruangan dokter, seorang suster minta baju ganti buat Syahid ke ibu mertua saya, ketika ditanya buat apa, suster itu bilang buat ganti baju Syahid soalnya Syahid muntah, loh Syahid muntah karena apa??? karena saya tau pasti, Syahid muntah kalau hanya habis minum susu dan Syahid udah hampir 2 jam gak minum susu,so...Syahid kok muntah??? kemudian baju basah yang dikembalikan suster itu saya cium, baunya bukan bau muntah tapi bau obat, obat apa yang tumpah ke baju Syahid??? obat apa yang diberikannya kepada Syahid??? karena diperincian tagihan saya juga baca, ada obat yang dimasukan ke mulut Syahid(padahal sebelumnya dr. Jhonny bilang segala macam obat akan disuntikkan di selang infus Syahid, tapi kok...???) kalau mengingat itu semua, saya kembali emosi.

Tapi sekarang yang bisa saya lakukan, hanya pasrah pada Tuhan, dan super hati-hati melihat pertumbuhan Syahid, kalau ada yang aneh, saya harus segera bawa ke dokter, dan saya berdoa tak akan terjadi apa-apa pada Syahid, sekarang ataupun nanti di masa depannya, amin.

Sewaktu teman-teman saya mengetahui kejadian ini, mereka juga menjadi berang dan dari mereka, saya mengetahui ternyata Syahid bukanlah korban pertama, mungkin Syahid korban yang ke-sepuluhribu, atau malah lebih, pokoknya setiap pasien yang berobat kesana (tua, muda atau bayi sekalipun) pasti akan diinfus trus dikatakan tentang kemungkinan-kemungkinan terjangkit penyakit berbahaya sehingga pasien mau tak mau harus rela diinfus, di cek darah, di periksa ini itu, di bla bla bla, sampai akhirnya pasien harus menanggung biaya yang sangat besar, dan juga tak sedikit pasien yang berobat kesana malah makin sakit atau malah meninggal, Astagfirullah, saya sampai bergidik mendengar cerita-cerita mereka.

Ini pelajaran buat kita semua, saya ingatkan kepada rekan-rekan, supaya jangan sekali-kali memeriksakan anak kepada dokter maut itu (dr. Jhonny Arsyad SpA) mungkin belasan tahun yang lalu dia memang pernah menjadi dokter anak terbaik di Batam, tapi sekarang TIDAK LAGI, walaupun dia seorang dokter tapi bukan berarti dia manusia paling pintar di dunia, masih banyak lagi dokter yang jauh lebih pintar dan lebih jujur menangani pasiennya, mungkin dr.Jhonny memang pintar tapi TAK JUJUR dalam menangani pasiennya, apa sebenarnya yang dicari dokter gaek itu??? hanya menginginkan uang pasien??? entahlah….jawaban yang pasti hanya dia yang tau.

Bagi rekan-rekan yang mungkin juga pernah menjadi korban dari dr Jhonny, kita bisa sharing disini, ceritakan aja apa yang pernah terjadi di kolom komen, mungkin dengan begini kita bisa menghentikan terjadinya pem-BODOH-an dr.Jhonny terhadap orang awam seperti kita.

Isi komen dan pengalaman anda di http://www.ismusurizan.com/default.aspx?show=drjhonny

Wassalam
Umi-nya
“Syahid Akbar Pasya”

http://www.ismusurizan.com

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com

 

 

 

 

Kirim email ke