Rekans,
Ini semua kisah nyata pengalaman pribadi saya ... tolong sebarkan
agar tidak bertambah banyak lagi korban ...
isi dan lihat komen2 dan pengalaman anda di http://www.ismusurizan.com/default.aspx?show=drjhonny
![]()
HATI - HATI
dr. Jhonny Arsyad SpA dan gerombolannya
RS Permata Hati - BATAM
Selama ini saya hanya melihat di TV dan membaca di majalah
dan koran tentang ketidakadilan dan kesewenangan seorang tenaga medis
(mungkin hanya sebagian kecil dari ribuan tenaga medis yang ada di Indonesia)
dalam menjalankan tugasnya, dan saya menanggapi itu seadanya, sampai pada
akhirnya saya mengalami sendiri.
Kamis, 9 Desember 2004, saya tak akan pernah lupa dengan
hari itu, Syahid Akbar Pasya, putra pertama saya, buah hati keluarga,
mengalami muntah-muntah, sebenarnya dalam dua minggu terakhir Syahid memang
sudah mulai mengalami muntah, tapi bukan dalam tahap yang sangat
mengkhawatirkan, misalnya kalau Syahid minum susu kekenyangan trus muntah,
menurut orang-orang yang sudah berpengalaman itu hal biasa, mungkin karena
kekenyangan atau mungkin juga susunya gak cocok, jadi sayapun tidak begitu
khawatir, tapi hari kamis itu Syahid muntah 2x dalam waktu yang cukup dekat,
tapi Syahid tidak lemas, Syahid juga tidak panas, tidak mencret, intinya
Syahid masih menunjukkan tanda-tanda kalau dia sehat, tapi untuk
menghilangkan kekhawatiran saya dan suami berinisiatif memeriksakan Syahid ke
dokter anak (yang katanya pernah menjadi dokter anak paling terkenal di kota
Batam) dr. Jhonny Arsyad SpA, sekalian mau cek kesehatan Syahid karena dari
lahir sampai hari itu Syahid belum di cek kesehatannya.
Sesampai di tempat dr. Jhonny, saya menyampaikan keluhan-keluhan tentang
kondisi Syahid kepada dokter tersebut, saya katakan kalau Syahid muntah dalam
dua minggu terakhir ini, tapi tidak terlalu sering tapi siang ini dia muntah
sampai 2x, kemudian dr. Jhonny melakukan USG di perut Syahid, cuma beberapa
detik, dokter itu langsung bilang kalau ada something wrong di usus Syahid,
Syahid harus di tes di laboratorium, harus diperiksa darahnya, harus difoto
paru-parunya, diperkirakan ada bakteri di usus Syahid dengan kata lain ada
infeksi diusus Syahid, sebagai orang awam saya hanya akur saja dengan yang
dikatakan dr, Jhonny, selanjutnya dr. Jhonny bilang kalau Syahid mesti di
rawat inap, saya kaget “loh kok sampai dirawat inap sih?” menurut dr. Jhonny,
usus Syahid harus diistirahatkan dan butuh perawatan intensif, makanya harus
dirawat, ya sudahlah demi anak, saya menyetujui rawat inap, dan dokter bilang
Syahid harus diinfus, wah kalau yang satu itu saya keberatan sekali, saya gak
tega anak seumuran Syahid (29 hari) harus di infus, saya tanya “kok diinfus
dok?” dokter itu bilang “ya harus diinfus, untuk mengganti cairan tubuh yang
hilang”, suami saya juga gak terima kalau Syahid harus di infus, suami saya
bilang “dok, saya kok gak yakin kalau penyakit anak saya sampai sejauh itu,
sampai-sampai harus di infus, apa gak ada cara lain?” dr. Jhonny tidak suka
dengan pernyataan itu dan langsung bilang, (dengan emosi), “kamu tidak boleh
tidak yakin dengan dokter, saya sekolah untuk mempelajari semua itu, saya
sudah 40 tahun menjadi dokter, saya sudah biasa menangani kasus seperti ini,
pokoknya kamu percaya saja sama saya” dan banyak lagi yang dikatakan dr.
Jhonny, agar suami saya tidak ikut emosi saya coba alihkan dahulu topik
pembicaraan, saya tanya “dok, kira-kira apa penyebab infeksi anak saya itu”
dokter itu bukannya menjawab pertanyaan saya tapi malah bilang, “Kamu gak
perlu tahu kenapa, percuma saya jelaskan kamu tak akan mengerti, pokoknya
tugas kamu hanya melihat tetesan di infus berjalan dengan baik, yang lainnya
kerja dokter, kamu gak perlu tau kerja dokter” kok jawabannya seperti itu,
sebagai seorang pasien, saya rasa berhak menanyakan apa penyebab penyakitnya
dan segala macamnya, yang sesuai dengan uneg-uneg yang dirasakan, kan pasien
membayar dokter untuk itu, untuk segala advice nya, keterangannya,
seharusnya dokter itu menerangkan, saya tahu sebagai orang awam kami
tidak paham dengan bahasa medis, tapi saya rasa dokter punya cara untuk menjelaskan
penyakit pasien dengan bahasa pasien, agar pasien mengerti, dan puas (saya
yakin dokter punya bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien).
Selagi kami bicara soal infus, Syahid dibawa keluar oleh suster jaga disana,
tanpa sepengetahuan saya, Syahid diinfus, padahal jelas-jelas saya dan suami
belum menyetujui kalau Syahid harus diinfus, kalau di rawat inap saya setuju
tapi bukan untuk diinfus, saya keluar karena saya dengar anak saya menangis,
saya lihat selang infus sudah dipasang dikaki Syahid, Syahid meronta-ronta
dan menangis kejang, muka Syahid sampai menghitam, ya Tuhan, saya benar-benar
tidak tega melihat keadaan Syahid, saya coba peluk dia, saya mencoba membuat
Syahid tenang dan diam, Syahid gak bisa diam, mungkin tubuh mungilnya tak
bisa terima tusukan jarum infus itu. Seorang suster sempat ngebentak suami
saya, waktu suami saya memeluk Syahid, spontan suami saya balas ngebentak
suster itu “wajar aja saya meluk anak saya, situ punya anak gak!!!” jelas
banget suami saya emosi, saya juga bilang ke suster itu “wajar aja kan sus,
kalau suami saya khawatir ama anaknya” suster itu ngomel-ngomel, benar-benar
itu bukan sikap seorang suster, dan juga ada salah satu suster disana, kumal
sekali, dia mengenakan baju putih, tapi kotor sekali, saya pikir tadinya
dia itu pembantu disana, eh gak taunya suster, coba bayangkan, seorang suster
jorok, padahal jelas-jelas pekerjaan suster atau dokter itu harus dalam
lingkungan yang bersih malah harus steril, ini malah susternya sendiri jorok
gimana pekerjaannya mau bersih?!?!, GAK MUNGKIN banget. Juga untuk kamar
rawat inapnya, kasurnya saja tidak dialas, sumpah deh itu rumah sakit paling
bobrok yang pernah saya temui, mungkin lebih cocok kalau rumah sakit itu
dijadikan penampungan korban bencana alam.
Karena ketidakyakinan suami saya, dia mencoba menghubungi dokter dan kepala
suster perusahaan tempatnya bekerja, ternyata mereka menyarankan agar Syahid
segera keluar dari sana, dan pergi ke rumah sakit Budi Kemuliaan atau cari
dokter anak yang lain. Dengan kekuatan itu kami sepakat untuk membawa Syahid
keluar dari sana,
karena Syahid sudah semakin lemah (mungkin karena menangis terus).
Saya dan ibu mertua saya menemui dr. Jhonny dan minta agar infus Syahid
dilepas, karena kami ingin membawa Syahid pulang, dr. Jhonny marah besar
dengan keinginan kami, dia tanyakan apa penyebab saya ingin mengeluarkan
Syahid dari sana, saya tak mau memberi alasan yang jelas, karena kalau saya
beritahu alasan yang sebenarnya bahwa kami tidak yakin dengan diagnosanya,
dan kami ingin membawa Syahid ke dokter lain, pasti dia akan semakin murka,
jadi saya bilang kami tidak punya alasan, yang kami inginkan cuma
mengeluarkan Syahid dari sana, dr. Jhonny menakut-nakuti saya, dia bilang
kondisi Syahid sudah demikian parah, bisa-bisa nanti malam Syahid
kejang-kejang dan mengganggu jaringan otaknya, terus terang ada rasa takut
juga dihati saya waktu itu, tapi mengingat Syahid yang sudah menangis kejang
dan semakin lemas, saya kuatkan hati untuk mengeluarkan Syahid dari sana, dan
membawa ke dokter lain, dr. Jhonny bilang kalau hasil laboratorium Syahid
menyatakan bahwa sel darah putih Syahid 10.900, dan katanya lagi itu sudah
diatas batas normal, tapi saya tetap ngeyel ingin mengeluarkan Syahid malam
itu juga, sampai akhirnya dr. Jhonny bilang “apa kamu gak punya uang, kalau
gak punya uang biar saya kasih” cepat-cepat saya bantah hal itu, saya bilang
bukan itu masalahnya. Akhirnya saya bohong kepada dr. Jhonny kalau saya punya
tante seorang bidan, dan saya ingin membawa Syahid kesana, dr. Jhonny semakin
berang, dan dia bilang “apalah daya bidan, dokter lebih pandai dari bidan”
terserahlah, yang penting saya mau mengeluarkan Syahid dari sana
sekarang juga, mungkin karena dr.Jhonny sudah kehabisan kata untuk menahan
saya, akhirnya dia memerintahkan suster untuk membuka infus Syahid,
Alhamdulillah, akhirnya dia mengijinkan Syahid keluar.
Semua kejadian itu hanya berlangsung selama 1 (satu) jam, dan tau gak berapa
biaya yang harus kami keluarkan untuk sesuatu yang nothing itu? Rp 450.000,
gila kan????
Bayangkan kalau Syahid sempat di rawat inap sampai beberapa hari, bisa-bisa
jutaan biaya yang harus kami keluarkan. Tapi sudahlah demi Syahid, kami tutup
mata saja membayar tagihan Rp450.000 itu.
Sewaktu saya menunggu perincian tagihan, gantian susternya yang
menakut-nakuti saya, suster itu bilang, kalau keadaan Syahid emang parah,
katanya badan Syahid udah lembek (gimana gak lembek, Syahid nangis lama
banget sampe wajahnya menghitam, kita aja manusia dewasa juga bakal lembek
kalau udah nangis kejang kayak Syahid, lagian kalau badan Syahid lembek, ya
wajarlah..Syahid itu masih berumur 29 hari) dan ada bercak putih dikedua
pahanya (setelah saya periksa , gak ada tuh bercak putih dipaha Syahid), apa
maksudnya??? entahlah saya juga tak tau.
Kemudian kami segera membawa Syahid ke rumah sakit Budi Kemuliaan, ternyata
dokter anak disana sudah pulang, akhirnya kami membawa Syahid ke tempat
praktek dr. Iman T. Rachman SpA, setelah diperiksa, dr. Iman mengatakan
Syahid hanya perlu ganti susu, selama ini Syahid minum susu Morinaga dan
harus diganti dengan susu Enfalac AR dan tidak perlu diinfus, dan gak ada
infeksi dan segala macam yang dikatakan dr. Jhonny sebelumnya, saya katakan
pada dr. Iman kalau dr. Jhonny bilang sel darah putih Syahid 10.900, dr. Iman
cuma manggut-manggut dan tidak menanggapi itu sesuatu yang serius, dari
ekspresi dr. Iman, jelas dong kalau gak ada pengaruhnya jumlah sel darah
Syahid itu, saya benar-benar kecewa, marah, kesal dan sebagainya dengan
pernyataan dr. Jhonny.
Apa maksudnya dengan menakut-nakuti, dan membohongi kami??? Saya benar-benar
mengutuk sikap dr. Jhonny, dan saya tak rela dan tak ikhlas dengan segala
yang dilakukannya terhadap Syahid, sampai kapanpun saya tak rela, dan saya
yakin Allah akan membalas semua ini. Kalau seandainya saya membiarkan Syahid
lebih lama disana, apa yang akan terjadi pada Syahid, jangan-jangan Syahid
dijadikan kelinci percobaan untuk diagnosa tak jelas dr.Jhonny . Tapi thanks
God, kami cepat mengambil tindakan untuk mengeluarkan Syahid dari tempat
dr.Jhonny, kalau bertahan lebih lama lagi, entah diagnosa apalagi yang akan
dia katakan pada kami.
Kami pulang dengan senyum malam itu, lega karena Syahid tidak apa-apa, dan
air infus yang sudah terlanjur masuk ke tubuh Syahid juga tidak perlu
dikhawatirkan (begitu kata dr. Iman) cuma mungkin karena terlalu lama
menangis Syahid jadi lemah dan pucat, disepanjang perjalanan Syahid tertidur
lelap.
Sewaktu saya mengganti baju Syahid, saya melihat di kedua tangan dan kedua
kaki Syahid biru seperti bekas tusukan jarum, ya Tuhan ternyata ketika suster
disana memasang infus di tubuh Syahid, mereka mencoba di kedua tangan dan
kedua kaki Syahid, pantas Syahid menangis kejang, pasti teramat sakit bagi
Syahid, tusukan-tusukan jarum itu (bayangkan Syahid masih berumur 29 hari, kulitnya
masih lembut dan tipis, dagingnya masih lembek). Bagaimana cara kerja
suster-suster disana??? Apakah gak ada rasa kasihan sewaktu dia menusuk-nusuk
tubuh mungil Syahid??? Kok bisa mereka tega melihat Syahid yang menangis
kayak gitu??? Sebenarnya apa saja yang mereka lakukan pada anak saya???
sewaktu saya masih diruangan dokter, seorang suster minta baju ganti buat
Syahid ke ibu mertua saya, ketika ditanya buat apa, suster itu bilang buat
ganti baju Syahid soalnya Syahid muntah, loh Syahid muntah karena
apa??? karena saya tau pasti, Syahid muntah kalau hanya habis minum susu
dan Syahid udah hampir 2 jam gak minum susu,so...Syahid kok
muntah??? kemudian baju basah yang dikembalikan suster itu saya cium,
baunya bukan bau muntah tapi bau obat, obat apa yang tumpah ke baju Syahid???
obat apa yang diberikannya kepada Syahid??? karena diperincian tagihan saya
juga baca, ada obat yang dimasukan ke mulut Syahid(padahal sebelumnya dr.
Jhonny bilang segala macam obat akan disuntikkan di selang infus Syahid, tapi
kok...???) kalau mengingat itu semua, saya kembali emosi.
Tapi sekarang yang bisa saya lakukan, hanya pasrah pada
Tuhan, dan super hati-hati melihat pertumbuhan Syahid, kalau ada yang aneh,
saya harus segera bawa ke dokter, dan saya berdoa tak akan terjadi apa-apa
pada Syahid, sekarang ataupun nanti di masa depannya, amin.
Sewaktu teman-teman saya mengetahui kejadian ini, mereka juga menjadi berang
dan dari mereka, saya mengetahui ternyata Syahid bukanlah korban pertama,
mungkin Syahid korban yang ke-sepuluhribu,
atau malah lebih, pokoknya setiap pasien yang berobat kesana (tua, muda atau
bayi sekalipun) pasti akan diinfus trus dikatakan tentang
kemungkinan-kemungkinan terjangkit penyakit berbahaya sehingga pasien mau tak
mau harus rela diinfus, di cek darah, di periksa ini itu, di bla
bla bla, sampai akhirnya pasien harus menanggung biaya yang sangat besar, dan
juga tak sedikit pasien yang berobat kesana malah makin sakit atau malah
meninggal, Astagfirullah, saya sampai bergidik mendengar cerita-cerita mereka.
Ini pelajaran buat kita semua, saya ingatkan kepada
rekan-rekan, supaya jangan sekali-kali memeriksakan anak kepada dokter maut
itu (dr. Jhonny Arsyad SpA) mungkin belasan tahun yang lalu dia memang pernah
menjadi dokter anak terbaik di Batam, tapi sekarang TIDAK LAGI, walaupun dia
seorang dokter tapi bukan berarti dia manusia paling pintar di dunia, masih
banyak lagi dokter yang jauh lebih pintar dan lebih jujur menangani
pasiennya, mungkin dr.Jhonny memang pintar tapi TAK JUJUR dalam menangani pasiennya,
apa sebenarnya yang dicari dokter gaek itu??? hanya menginginkan uang
pasien??? entahlah….jawaban yang pasti hanya dia yang tau.
Bagi rekan-rekan yang mungkin juga pernah menjadi korban
dari dr Jhonny, kita bisa sharing disini, ceritakan aja apa yang pernah
terjadi di kolom komen, mungkin dengan begini kita bisa menghentikan
terjadinya pem-BODOH-an dr.Jhonny terhadap orang awam seperti kita.
Isi komen dan pengalaman anda di http://www.ismusurizan.com/default.aspx?show=drjhonny
Wassalam
Umi-nya “Syahid Akbar Pasya”
http://www.ismusurizan.com