Jakarta, Kompas

Asuhan dr Samsuridjal

SEJAK umur 15 tahun saya menderita penyakit lupus sistemik. Menurut dokter
spesialis penyakit dalam yang memeriksa, didapatkan empat dari 11 kriteria
penyakit lupus pada diri saya, sehingga saya dipastikan menderita lupus
sistemik.
Pada waktu itu, keluhan yang saya alami adalah demam yang berulang-ulang,
nyeri sendi-sendi, sariawan di mulut, dan rambut rontok. Saya juga merasa
lemah. Dokter mendapati saya mengalami anemia (Hb saya waktu itu hanya 6)
dan ginjal saya terserang lupus. Karena kelainan darah dan ginjal, maka saya
harus memakan obat prednison dosis tinggi yaitu sebanyak 12 tablet sehari
(berat badan saya hanya 42 kg).

Setelah memakan obat tersebut, keluhan saya mulai menghilang. Tak ada demam
lagi, rambut juga tak rontok. Sariawan dan rasa nyeri di otot tak saya
rasakan lagi. Saya menggunakan steroid dosis tinggi selama dua bulan,
barulah obat tersebut diturunkan secara bertahap.

Sekarang usia saya sudah 21 tahun. Prestasi kuliah saya cukup baik. Selama
ini boleh dikatakan saya merasa baik saja, namun saya harus tetap
menggunakan 3 tablet prednison (steroid) setiap hari.

Sejak menggunakan prednison penampilan saya berubah. Muka saya menjadi lebih
bulat. Timbul bintik-bintik seperti jerawat di dada dan punggung. Menurut
teman saya, ini semua akibat prednison. Bahkan dia mengatakan, prednison
obat yang berbahaya dan tidak boleh dimakan terlalu lama.

Saya tanyakan kepada dokter saya dan beliau mengatakan saya harus
menggunakan terus prednison. Saya harus menerima keadaan, meski ada efek
samping tetapi prednison harus diteruskan. Bila tidak, penyakit lupus saya
akan kambuh dan dapat membahayakan jiwa saya.

Saya kemudian mencari informasi tentang efek samping predniso. Ternyata
menurut informasi yang saya baca, efek samping cukup menakutkan seperti
misalnya kencing manis, darah tinggi, keropos tulang, katarak, mudah terkena
infeksi, dan jerawat.

Saya mulai berpikir apakah keadaan saya sekarang ini yang terbebas dari
gejala penyakit lupus sistemik akan berubah menjadi penderita berbagai
penyakit lain akibat penggunaan prednison. Adakah obat selain prednison
untuk lupus?

Saya sekarang sudah mempunyai pacar dan kami merencanakan akan menikah bila
telah selesai kuliah. Apakah sebagai penderita lupus, saya dapat menikah dan
mempunyai anak seperti wanita lain? Jawaban dokter amat saya nantikan.

(Nurwati , Jakarta)


PENYAKIT lupus eritematosus memang banyak menimpa perempuan dalam usia
subur. Penyakit ini dapat mengenai berbagai organ tubuh seperti kulit,
sendi, jantung, paru, darah, dan ginjal. Gejala penyakit ini adalah demam
yang lama, rambut rontok, sariawan, nyeri di persendian, dan bercak merah di
kedua pipi.

Untuk menunjang diagnosis lupus, diperlukan berbagai pemeriksaan
laboratorium. Sampai saat ini memang belum ada pemeriksaan laboratorium yang
memastikan seseorang terkena lupus. Karena itu digunakan kriteria.

Seperti dijelaskan oleh dokter Anda, terdapat 11 kriteria penyakit lupus.
Kriteria tersebut terdiri dari gejala, tanda penyakit, dan pemeriksaan
laboratorium. Bila seseorang mempunyai 4 dari 11 kriteria tersebut maka dia
dianggap menderita penyakit lupus. Adakalanya kriteria tersebut belum
lengkap empat tetapi yang bersangkutan menunjukkan gejala yang menjurus ke
lupus. Pada keadaan ini, biasanya dokter akan memantau perjalanan penyakit
karena mungkin suatu waktu kriteria itu terpenuhi.

Pengobatan lupus biasanya didasarkan pada organ yang terpengaruh oleh
penyakit ini. Jika yang terkena hanya kulit atau sendi biasanya tidak
diperlukan obat steroid, cukup diberikan obat lain yang lebih ringan.
Prednison merupakan salah satu jenis obat yang termasuk kelompok steroid.
Bila penyakit lupus eritematosus sistemik ini sampai mengenai sistem darah
(anemia hemolitik) atau ginjal, maka diperlukan pengobatan dengan steroid
dosis tinggi. Pengobatan ini perlu untuk mencegah kerusakan organ tersebut.

Seperti Anda jelaskan dengan prednison ternyata gejala penyakit Anda
menghilang. Penggunaan steroid pada penyakit lupus perlu dilaksanakan dalam
jangka panjang. Penghentian obat steroid secara mendadak akan mengakibatkan
gejala penyakit kambuh bahkan juga dapat terjadi gejala putus obat. Karena
itu, dicari dosis steroid terendah yang masih memberikan perlindungan
terhadap organ tubuh dengan cara menurunkan dosis secara bertahap.

Efek samping steroid memang dapat terjadi seperti yang Anda kemukakan.
Namun, patut Anda ketahui, bila seseorang menggunakan steroid, belum tentu
dia akan mengalami semua efek samping tersebut. Pada umumnya, efek samping
obat terjadi pada sebagian kecil pengguna obat dan tidak semua efek samping
yang tercantum dalam informasi obat akan dialami oleh pengguna obat.

Pada akhirnya Anda bersama dokter perlu mempertimbangkan, manfaat dan risiko
obat yang Anda gunakan. Bila manfaatnya jauh lebih besar daripada efek
samping maka penggunaan obat tersebut dapat diteruskan.

Selain prednison, terdapat obat lain yang dapat digunakan untuk lupus
sistemik, namun obat-obat tersebut juga mempunyai efek samping yang cukup
berat, bahkan lebih berat daripada steroid. Karena itulah steroid digunakan
sebagai obat pilihan untuk penyakit lupus eritematosus sistemik. Dengan
pengobatan yang baik, Anda dapat menjalani kehidupan sebagaimana orang lain
seperti bekerja, berkeluarga, dan mempunyai anak.

Saya anjurkan Anda bergabung dengan Yayasan Lupus Indonesia telepon no (021)
47868336. Bila perlu berkonsultasi dengan dokter Anda dapat mengirim fax ke
(021) 3904546 atau melalui e-mail ke [EMAIL PROTECTED]*



>> kirim cake & bunga ke 20 kota di Indonesia? klik, http://www.indokado.com  
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]


















Kirim email ke