bisa minta alamat restorannya nggak ya ?

Thanks




________________________________
From: mediacare <mediac...@cbn.net.id>
To: resto-indone...@yahoogroups.com; bango-mania@yahoogroups.com; 
media-jaka...@yahoogroups.com
Cc: wuland...@bisnis.co.id
Sent: Monday, December 15, 2008 6:06:34 AM
Subject: [bango-mania] Dibesarkan bebek


Dibesarkan bebek 

Usianya sudah tidak lagi muda. Jika dihitung-hitung, pria yang belum lama 
pensiun dari sebuah perusahaan penerbitan ini sudah pantas dipanggil kakek. 
Antonius Karjono, pria kelahiran Yogyakarta 60 tahun lalu ini, baru beralih 
profesi sebagai wirausahawan saat pensiun. 

Semula pria yang akrab disapa Jon ini memulai usaha dagang koran tetapi dia 
banting setir dengan membuka usaha makanan. Maka lahirlah The Jon's Burger di 
Tebet pada Mei 2006. 

Dengan usaha keras, usahanya makin berkembang. Hingga setahun kemudian dia 
kembali membuka usaha makanan dengan nama Bebek Ginyo, masih di lokasi yang 
sama. 

"Dahulu kawasan Tebet belum seramai sekarang, jadi boleh dibilang The Jon's 
Burger turut menjadi cikal bakal keramaian kawasan makan Tebet dan sekitarnya," 
ujar Jon. 

Kembali ke Bebek Ginyo, Jon mengaku bukanlah seorang ahli di bidang bisnis 
makanan. Bahkan tidak pernah terbayang sebelumnya jika dia akhirnya membuka 
usaha restoran. 

Jauh sebelum Bebek Ginyo, di Jakarta sudah ada beberapa rumah makan dan warung 
yang menyediakan menu bebek meski jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari. 

Padahal cita-cita sebelumnya adalah membuka usaha rumah makan soto yang sudah 
pasti tidak akan pernah kehilangan penggemarnya. Namun, pikirannya berubah saat 
dia bersama dua anaknya berkunjung ke Surabaya. Di kota ujung timur Pulau Jawa 
itu, Jon menanyakan ke beberapa orang menu apa paling favorit di kota itu. 

Ternyata jawabannya adalah nasi bebek. Belum puas dengan jawaban tersebut, pria 
yang masih tampak segar pada usia senjanya itu menanyakan restoran apa yang 
menyediakan menu nasi bebek paling enak dan terkenal. 

"Akhirnya saya dibawa ke salah satu restoran nasi bebek di kawasan Perak 
Surabaya yang menurut saya memang paling enak. Sepulang dari restoran itu 
tiba-tiba saya lontarkan ide untuk membuka restoran bebek kepada anak-anak 
saya," ujarnya. 

Idenya itu tidak lantas begitu saja direalisasikan. Butuh waktu setahun lamanya 
bagi Jon dan anggota tim yang terdiri dari anak dan istrinya itu untuk 
menemukan resep paling jitu dalam pengolahan daging bebek yang terkenal amis 
dan tidak seempuk daging ayam. 

Bukan hanya itu, melainkan ketiga anaknya juga mendapatkan tugas cukup berat 
untuk bisa menemukan siapa tukang masak bebek paling andal yang dapat mereka 
pekerjakan. 

Setahun berjalan, akhirnya Jon memiliki tiga juru masak yang dua di antaranya 
sudah memiliki keahlian di bidang masak-memasak daging bebek, sedangkan seorang 
lagi dilatih secara khusus. 

Selama proses itu pula, Jon dan tim menentukan menu apa saja yang akan 
disajikan sebagai menu hidangan para calon pelanggannya. 

Akhirnya terpilih beberapa menu masakan bebek mulai dari bebek bakar, goreng, 
balado, sambal ijo, dan kremes jadi menu utama sajian mereka. 

Pusat keramaian 

Saat proses belajar memasak selesai, saatnya mencari lokasi berdagang yang 
paling sesuai dan menjadi pusat keramaian. 

Beruntung, Jon yang sudah memiliki lokasi The Jon's Burger dan kedua anaknya 
dengan dua butik toko pakaian, mendapat satu lahan baru yang akhirnya menjadi 
lokasi Bebek Ginyo untuk didirikan. 

"Kalau orang awam bilang saya menemukan lokasi Bebek Ginyo karena faktor 
keberuntungan, tapi kalau orang beriman bilang ini karena anugerah dari Tuhan," 
ujar pria yang sehari-harinya tinggal di kawasan Jatibening Bekasi ini. 

Kini, setahun berjalan Bebek Ginyo didirikan di Tebet, kawasan pusat jajan ini 
menjadi makin ramai saja. 

Bukan hanya dipenuhi oleh kalangan eksekutif yang berkantor di kawasan Tebet 
dan sekitarnya, melainkan beberapa kelompok mahasiswa dan pelajar juga kerap 
menyambangi kawasan ini. 

Oleh karena itu, harga yang dipatok Bebek Ginyo juga tidak terlalu mahal, 
berkisar antara Rp20.000 dan Rp25.000 untuk menu lengkap makan dan minum. 

Tidak heran jika setiap hari Jon harus menyediakan sedikitnya 200 hingga 250 
ekor bebek yang akan diolah dalam variasi bumbu dan rasa. 

Meski berharga murah, bukan berarti sajian restoran ini murahan. Dari 
bangunannya saja, dominasi hitam dan merah restoran Bebek Ginyo menjadi daya 
tarik tersendiri. 

Belum lagi aneka pernak-pernik bergaya vintage yang sengaja dikumpulkan anak 
sulung Jon sebagai pelengkap desain ruangan restoran, menjadikan restoran ini 
cocok dijadikan ajang kongkow-kongkow kawula muda. 

Beberapa faktor itu pula yang menjadi kelebihan dari Bebek Ginyo jika 
dibandingkan dengan restoran bebek lainnya. 

Jadi tidak heran jika di sudut-sudut tertentu restoran yang notabene 
menyediakan menu makanan berat ini tetap ramai dipenuhi orang muda yang sekadar 
duduk berkumpul sembari menikmati secangkir minuman dingin. 

"Ini kelebihan kami supaya bisa bersaing dengan tempat makan lain yang ada di 
sekitar Tebet. Rata-rata 800 hingga 1.000 pengunjung datang dan pergi setiap 
hari," ujarnya. 

Setidaknya, usia pensiun bukan alasan seseorang berhenti berkarya. Ini 
ditunjukkan dengan Jon yang tidak pernah berhenti berusaha. Dengan usaha keras 
dan kejelian melihat peluang bisnis, sukses bisa diraih. (wuland...@bisnis. 
co.id) 

Th. D. Wulandari 
Bisnis Indonesia 

http://www.bisnis. com/servlet/ page?_pageid= 
145&_dad=portal30&_schema=PORTAL30&vnw_lang_id= 2&ptopik=B19&cdate=14-DEC- 
2008&inw_id=643104 
 


      

Kirim email ke