Subhanallah...
pemahaman yang dalam hakikat jiwa kita yang bersumber Al Quran
semoga bermanfaat selalu
terima kasih
wahyudi
On Thu, 2007-09-13 at 06:59 +0000, agussyafii wrote:
> Nafs & Tazkiyyat An Nafs
>
> Dalam Alqur'an kalimat nafs digunakan untuk menyebut totalitas
> manusia, sisi dalam manusia (jiwa), penggerak tingkah laku dan
> diri Tuhan. Konsep Tazkiyyat an Nafs (penyucian jiwa) berkaitan
> dengan adanya penyebutan nafs zakiyya (jiwa yang suci).
>
> Sebagaimana telah disebutkan dalam surat as Syams 9-10 bahwa nafs itu
> diciptakan Tuhan secara sempurna, tetapi ia harus tetap dijaga
> kesuciannya, sebab ia bisa rusak jika dikotori dengan perbuatan
> maksiat. Kualitas nafs tiap orang berbeda-beda berhubungan dengan
> bagaimana usaha masing menjaganya dari hawa (Q/79:40), yakni dari
> kecenderungannya kepada syahwat, karena menuruti dorongan syahwat
> itu, seperti yang dikatakan oleh al Maraghy, merupakan tingkahlaku
> hewan yang dengan itu manusia telah menyia-nyiakan potensi akal yang
> menandai keistimewaannya.
>
> Dalam bahasa Indonesia, syahwat yang menggoda manusia sering disebut
> dengan istilah hawa nafsu, yakni dorongan nafsu yang cenderung
> bersifat rendah. Al Qur'an membagi tingkatan nafs pada dua kelompok
> besar, yaitu nafs martabat tinggi dan nafs martabat rendah. Nafs
> martabat tinggi dimiliki oleh orang-orang yang taqwa, yang takut
> kepada Allah dan berpegang teguh kepada petunjuk Nya serta menjauhi
> laranganNya. Sedangkan nafs martabat rendah dimiliki oleh orang-orang
> yang menentang perintah Allah dan yang mengabaikan ketentuan-
> ketentuan Nya, serta orang-orang yang sesat, yang cenderung
> berperilaku menyimpang dan melakukan kekejian serta kemungkaran.
>
> Secara ekplisit Al-Qur'an menyebut tiga jenis nafs, yaitu
> Ç(an nafs al mutmainnah,(3) Ç(an nafs al lawwamah ), dan (an nafs al
> ammarah bi as su' ) Ketiga jenis nafs tersebut merupakan tingkatan
> kualitas, dari yang terendah hingga yang tertinggi. Ayat-ayat yang
> secara ekplisit menyebut ketiga jenis nafs itu adalah sebagai
> berikut :
>
> artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati
> yang puas lagi diridaiNya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hambaku,
> dan masuklah ke dalam surga Ku (Q/89:27-30)
>
> artinya : Aku bersumpah dengan hari kiamat, dan Aku bersumpah dengan
> jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri) (Q/75:1-2).
>
> artinya : Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena
> sesunguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu
> yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun
> lagi Maha Penyyayang (Q/12: 53)
>
> Disamping tiga penggolongan tersebut, Al-Qur'an juga menyebut term
> ÜÓÇ ÒßíøÜÉ pada anak yang belum dewasa, seperti tersebut dalam
> surat al Kahfi: 73
>
> artinya : Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa
> dengan seorang anak, maka Khidir membunuhnya. Musa berkata: Mengapa
> kamu bunuh jiwa yang suci, bukan karena dia membunuh orang lain ?.
> Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar.
> (Q/18:74).
>
> Dari empat tingkatan itu dapat digambarkan bahwa pada mulanya, yakni
> ketika seorang manusia belum mukallaf, jiwanya masih suci (zakiyyah).
> Ketika sudah mencapai mukallaf dan berinteraksi dengan lingkungan
> kehidupan yang menggoda, jika ia merespond secara positip terhadap
> lingkungan hidupnya maka nafs itu dapat meningkat menjadi nafs
> mutma'innah setelah terlebih dahulu berproses di dalam tingkatan nafs
> lawwamah.Setiap nafs yang telah mencapai tingkat mutma'innah pastilah
> ia menyandang predikat zakiyyah pula. Akan tetapi jika nafs itu
> merespon lingkungan secara negatip, maka ia dapat menurun menjadi
> nafs ammarah dengan segala karakteristik buruknya.
>
> a. Nafs Zakiyyah (Jiwa Yang Suci)
> Term zakiyyah disebut dalam Al-Qur'an sebanyak 25 kali dalam
> berbagai kata bentukan, dua kali dalam bentuk ism sebagai sifat,
> äÝÓÜÇ ÒßíøÉ dan ÛÜáÇãÇ ÒßíøÜÇ, empat kali dalam bentuk af'al tafdil
> ÃÒßì , duabelas kali dalam bentuk kata kerja Òßøì íÒßøì, satu kali
> dalam bentuk kata kerja Òßì empat kali dalam bentuk kata kerja ÊÒßøì
> íÊÒßøì dua kali dalam bentuk kata kerja íÒøßøì disamping 32 kali
> dalam bentuk kalimat 񧂃 .
>
> Menurut Asfihani, kalimat Òßì pada dasarnya mengandung arti tumbuh
> karena berkah dari Tuhan ,seperti yang yang terkandung dalam arti
> zakat. Jika dihubungkan dengan makanan, mengandung arti halal, tetapi
> jika dihubungkan dengan nafs maka di dalamnya terkandung arti sifat-
> sifa terpuji. Terjemahan Al-Qur'an terbitan Departemen Agama Republik
> Indonesia menggunakan istilah jiwa yang suci ketika menterjemahkan
> kalimat äÝÓÜÇ ÒßíøÉ. Dengan demikian maka pengertian menyucikan jiwa
> atau tazkiyyat an nafs adalah membersihkan jiwa dari sifat-sifat
> tercela dan mengisinya dengan sifat-sifat terpuji.
>
> Dari ayat-ayat yang berbicara tentang gagasan nafs zakiyyah dapat
> disimpulkan bahwa konsep nafs zakiyah dalam Al-Qur'an adalah
> sebagai berikut :
>
> a. Bahwa ada nafs yang suci secara fitri, yakni suci sejak mula
> kejadiannya , yaitu nafs dari anak-anak yang belum mukallaf dan belum
> pernah melakukan perbuatan dosa seperti yang disebut dalam surat al
> Kahfi 74 dan surat Maryam 19
>
> artinya : Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya
> berjumpa dengan seorang anak, maka Khidir membunuhnya. Musa berkata:
> Mengapa kamu bunuh jiwa yang suci, bukan karena dia membunuh orang
> lain ?. Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang
> mungkar. (Q/18:74).
>
> artinya : Ia (Jibril) berkata: Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang
> utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci
> (Q/19:19)
>
> b. Bahwa nafs yang suci jika tidak dipelihara kesuciannya bisa
> berubah menjadi kotor seperti yang tersebut dalam surat as Syams 10
>
> artinya : dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotori (jiwa) nya
> (Q/91:10)
>
> c. Bahwa manusia bisa melakukan usaha penyucian jiwa seperti yang
> disebut dalam surat an Nazi'at 18, al Fatir : 18 dan surat al A'la :14
>
> artinya : dan katakanlah (kepada Fir'aun) adakah keinginan bagimu
> untuk membersihkan diri (dari kesesatan) (Q/79:18)
>
> artinya : Dan barang siapa yang mensucikan dirinya , sesungguhnya ia
> mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allahlah
> kembali (mu) (Q/35:18).
>
> artinya : Sesungguhna beruntunglah orang yyang membersihkan diri
> (dengan beriman) (Q/87:14)
>
> d. Proses penyucian jiwa itu bisa melalui usaha , yakni dengan
> mengeluarkan zakat seperti yang tersebut dalam surat at Taubah :103,
> dan menjalankan pergaulan hidup secara terhormat seperti yang
> diisyaratkan dalam surat an Nur :28 dan 30.
>
> artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
> kamu membersihkan (hati dari kekikiran dan cinta harta) dan
> mensucikan mereka (dengan tumbuhnya sifat-sifat terpuji dalam jiwa
> mereka) (Q/9: 103)
>
>
> artinya : Jika kamu tidak menemui seorangpun di dalam rumah (yang
> bukan rumahmu) itu maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat
> izin. Dan jika dikatakan kepadamu: "Kembali (saja)lah", maka
> hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah Maha
> mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q/24:28)
>
> artinya : Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah
> mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang
> demikian itu adalah lebih suci bagi mereka , sesunguhnya Allah
> mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan
> (Q/24:30).
>
> e. Penyucian nafs juga bisa dilakukan dengan proses pendidikan
> seperti yang dilakukan oleh para Nabi kepada ummatnya. Hal ini
> ditegaskan Al-Qur-an dalam surat al Baqarah: 129, 151, surat Ali
> Imran 164 dan surat Jum'ah : 2
>
> artinya : Dia-lah yang mengutus keepada kaum yang buta huruf seorang
> Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat Nya kepada mereka,
> mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah. Dan
> sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata
> (Q/62:2)
>
> f. Disamping melalui usaha dan pendidikan, penyucian jiwa juga bisa
> terjadi karena karunia dan rahmat Allah yang diberikan kepada orang
> yang dikehendaki oleh Nya, seperti yang disebutkan dalam surat an
> Nur 21 dan surat an Nisa 49.
>
> artinya : Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-
> langkah syaitan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan
> maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang
> keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan
> rahmatNya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu
> bersih (dari perbuatan-perbuattan keji dan munkar itu) selama-
> lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki Nya. Dan
> Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ( Q/24:21).
>
> g. Perbuatan mensucikan jiwa (tazkiyyat an nafs) merupakan perbuatan
> terpuji dan dihargai Tuhan seperti yang disebut dalam surat Taha
> 75-76, Q/91:9, Q/87:14, dan Q/92:18).
>
> artinya : (yaitu) surga `Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya,
> mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang
> bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan) (Q/20:76).
>
> h. Bahwa perbuatan mengaku jiwanya telah suci itu merupakan hal yang
> tercela, seperti yang tersurat dalam surat an Najm/53:32, dan Q/4:49)
>
> artinya : maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang
> paling mengetahui tentang orang yang bnertakwa (Q/53:32)
>
> Wassalam,
> agussyafii
>
> ==============================================
> Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui
> http://mubarok-institute.blogspot.com atau [EMAIL PROTECTED]
> ==============================================
>
>
>
>
>