Mohon maaf ini sepengetahuan saya saja terutama tentang Budaya Kristen yang
kami coba kembangkan lagi terutama di Gereja saya dalam lingkup kecil. Kami
berpendapat bahwa akar permasalahan adalah dendam dan kami mencoba untuk
memaafkan sesuai dengan doa utama Bapa Kami yaitu "ämpunilah kami seperti
Bung Kurniawan dan TTM semuah,
Hai, apakabar? Sudah makan?
Terima kasih atas respon anda, Bung Kurniawan, ttg posting saya yang berjudul
asli "Damai itu Selalu Indah" itu.
Saya ABG - anak baru gabung di milis ini, tapi sebelumnya saya baca-baca juga
beberapa posting yang masuk di sini. Yang saya
Pak Bagyo, bagaimana pendapat anda mengenai penghayatan falsafah
permaafan ini, didunia Barat dan Tiongkok? Baik dalam kehidupan se-
hari hari maupun sikap kenegaraan?
Dimanakah azas harmony lebih mengakar? Di Tiongkok atau dalam
falsafah Barat?
Apakah azas These-Antithese bermuasal dari Tion
Sdr.Tantono,
konsep memaafkan itu ada dalam banyak aliran filsafat, seperti Mo Zi,
Kong Zi dan Lao Zi.
Hal ini kemudian meresap kedalam ritual maupun budaya mereka.
Contoh sederhana adalah budaya memberi muka yang selain bermakna tepo
saliro juga mengandung makna menghargai dan memaafkan orang
Sdri.Uly,
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Ulysee" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> * Dua orang yang bawa makalah dalam seminar tersebut. Lie Tek Tjeng
dan
> Sindhunata,
> Lie Tek Tjeng membahas mengenai istilah, tapi bukan istilah Cina
atau
> Tionghoa, melainkan istilah Huakiao dan Hu
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Edith Koesoemawiria"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> ok, no problem. japri juga tak apa.
>
> tadinya, saya pikir ada pengalaman2 /info dari teman2 di sini
> yang terkait dg tema bisa muncul juga. kan yang melawan
> VOC bukan raja2 di khatulistiwa saja.
>
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Kurniawan
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bukan mau mengungkit-ungkit postingan Sdr. Mulyawan Lie yang
masalahnya sudah selesai.
>
> Cuma ingin mengomentari semangat "damai" Sdr. Ophoeng di bawah ini
yang dilakukan dengan mengkutak-katik tulisan asli dan m
Mas Sugiri,
Sumber info bagus, bisa dikirim ke kami, terima kasih.
Salam tabik, TB
- Original Message -
From: <[EMAIL PROTECTED]>
To:
Sent: Sunday, October 05, 2008 6:11 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Mona Lohanda : The passen-en wijkenstelsel
.Dutch practice of restriction policy on
encoding: Big5
½×»y
¨½¤¯
[EMAIL PROTECTED]
´¿¤l¤ê¡G¡§°ß¡C¡¨
¤l¥X¡C
ªù¤H°Ý¤ê¡G¡§¦ó¿×¤]¡H¡¨
´¿¤l¤ê¡G¡§¤Ò¤l¤§¹D¡A©¾®¤¦Ó¤w¨o¡C¡¨
Lun Yu
Bab Li Ren, ayat 15
Kongzi berujar: "Shen hu (Zengzi, murid Kongzi) ! Dao yang aku jalani
memiliki satu prinsip pemersatu."
Zengzi menjawab: "Ya."
Kon
Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua
Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni dls, walaupun
tidak selalu mudheng, lha sekarang Lookay ingin belajar lebih jauh lagi
tentang konsep memaafkan. Mohon diperjelas tentang konsep ini karena selama
ini (kalau tidak salah) buda
saya tertarik bisa kirim ke email saya
--- On Mon, 10/6/08, rerez lana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: rerez lana <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mona Lohanda : The passen-en wijkenstelsel .
Dutch practice of restriction policy on Chinese
To: budaya_tionghua@yahoogroups.c
Mo nanya lagi, identitas huaren di Indonesia sekarang itu seperti apa y?
Makasih...
-Mita-
Dear All,
Berhubung komputer saya payah, sehingga waktu lihat video Youtube
terputus-putus dan bahasa Ingris saya so-so.
Barangkali ada yang bisa menjelaskan.
UNTOLD BLACK HISTORY: The Black Chinese
http://www.youtube.com/watch?v=pFhS-49WGGY
Terima kasih
Dear all,
Mo nanya ni, ada yang tau ga ttg rumah2an kertas yang suka dibakar
dalam ritual kematian etnis Tionghoa? Rumah2an itu ada sebutan
istilah'y ga? Trus ada yg tau makna dari detail2 dalam rumah2an kertas
itu ga?
Makasih...
regrats,
-Mita-
Bukan mau mengungkit-ungkit postingan Sdr. Mulyawan Lie yang masalahnya sudah
selesai.
Cuma ingin mengomentari semangat "damai" Sdr. Ophoeng di bawah ini yang
dilakukan dengan mengkutak-katik tulisan asli dan menyusun versi lain dari
tulisan yang dipermasalahkan menjadi lebih "positif" daripada
yellow juga suka dipake untuk menggambarkan pengecut, bukan?
Original-Nachricht
> Datum: Mon, 06 Oct 2008 08:29:13 -
> Von: "dipodipo" <[EMAIL PROTECTED]>
> An: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Betreff: [budaya_tionghua] Re: Chinaman = Cina? (Was: VOA sudah tidak
> menggun
ok, no problem. japri juga tak apa.
tadinya, saya pikir ada pengalaman2 /info dari teman2 di sini
yang terkait dg tema bisa muncul juga. kan yang melawan
VOC bukan raja2 di khatulistiwa saja.
salam, edith
Original-Nachricht
> Datum: Mon, 6 Oct 2008 15:46:53 +0700
> Von: "Akhm
Dear bung Ophoeng dan teman2,
kabar baik, sudah kenyang.
karena di luar mendung, pagi ini sarapan mie instan buatan filipina,
yang mereka nyebutnya pancit.
terima kasih juga telah berbagi cerita. buat saya, cerita bung Ophoeng, bung KH
serta teman2 lain yang muncul di milis ini menggambarkan k
Kalau mendengar gambaran fisik seorang Tionghoa Tanggerang, saya
ingat dokter kami di Vienna. Dr. Lauw. Beliauw ini gemuk, tidak
tinggi, benar benar HiTaChi, dan bermata besar. Beliauw ini masih
turunan pemilik gedung SinMingHui. Memang masih banyak saudara
saudara di Tanggerang.
Mungkin, kare
Bung Dipodipo,
Memang, kesadaran akan identitas mereka sebagai warga Cina Benteng
owe nilai sangat tinggi. Pernah ada seorang teman warga Cina Benteng
yang menyatakan kekesalannya kepada owe, karena orang âluarâ yang
tidak tahu bahwa dia seorang Cina, menyapanya dengan sapaan Abang
(memang
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
>
> Dear pak Danardono,
>
> terima kasih pencerahannya, sayang saya tak cakap baca bahasa
> Belanda... akan musti cari sumber lain. tapi di kepala saya rasanya
> masih ada missing link deh.
>
> > Setelah VOC bangkrut, ditutup, as
Bung King Hian dan TTM semuah,
Hai, apakabar? Sudah makan?
Ooops, sorry, rupanya salah pasang link ya.
Jadi mestinya link tsb menunjuk ke pembagian suku-suku besar di Tiongkok.
Sedang Hak-ka, Tio-chiu dan Hok-kian, kalau dilihat di petanya pada link tsb.
dimasukkan menjadi suku (besar) Han. Mung
Sebetulnya ini topik menarik.
Tetapi tidak ada hubungannya dengan budaya tionghoa, baik tionghoa Tiongkok
maupun tionghoa Indonesia, karena itu barangkali di japri saja...
Wasalam.
-
- Original Message -
From: [EMAIL PROTECTED]
To:
Dari pengalaman saya bergaul degan mereka, benar diantara mereka
sendiri masih menggunakan istilah cina dan kampung. Akan tetapi
dikalangan mudanya, jika berhadapan dengan orang "luar" mereka kadang
menggunakan istilah tionghoa dan pribumi.
Yang agak sensitif terhadap orang cina benteng justru ka
Sekedar menambahakan, benar chinaman istilah lama yang "status"nya
mirip kata cina disini. Istilah ini sekarang dianggap ofensif oleh
sebagian orang, meskipun dulunya tidak. Untuk istilah yang benar2
dianggap menghina (dari dulu sampai sekarang) adalah "chink" dan
"yellow".
Salam
--- In budaya_
Dear pak Danardono,
terima kasih pencerahannya, sayang saya tak cakap baca bahasa
Belanda... akan musti cari sumber lain. tapi di kepala saya rasanya
masih ada missing link deh.
> Setelah VOC bangkrut, ditutup, asetnya disita pemerintah Belanda,
> dan wilayahnya dikuasai oleh mahkota Belanda
Uly:
Lha kalau luo orang ngomong bukan trader atas dasar argumen apa?
KH:
Sekarang lu tanya lagi ???
Kan gua udah tulis, keputusan mengganti istilah Tionghoa/Tiongkok menjadi Tjina
itu tidak terpengaruh oleh makalah Lie Tek Tjeng ataupun K Sindhunata.
-
U
Ophoeng:
Semisal teng-lang Medan kebanyakan berasal dari Hok-kian, dan Pontianak ber-
asal dari Tio-chiu. Sementara Aceh dan Singkawang dominan dari Hak-ka.
Selengkapnya, sila lihat link ini (daftar nama suku-suku di Tiongkok):
http://en.wikipedia .org/wiki/ List_of_ethnic_ groups_in_ China
KH:
B
mas saya juga tertarik untuk memiliki paper dari mona lihanda.
kirim ke email saya mas
terimkasih sebekumnya
rezza
--- On Fri, 10/3/08, Mario <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Mario <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [budaya_tionghua] Re: Mona Lohanda : The passen-en wijkenstelsel .
Dutch practice of r
29 matches
Mail list logo