----- Original Message -----
Sent: Wednesday, September 14, 2005 8:54 PM
Subject: Re: Han Hwie-Song: Polemik dan perbedahan tentang aksara pribumi dan non-pribumi

Polemik dan  perbedahan tentang aksara pribumi dan non-pribumi

 

Belakangan ini saya dengan interesan membaca polemik mengenai terminologi pribumi dan non-pribumi. Diskusi untuk mencari penyelesaian sangat berguna kalau ada satu kontradiksi, angsalkan jangan sampai kontradiksi itu berkembang menjadi kontradiksi antar musuh, yang saya sebut antagonisme, penuh dengan emosi dan sampai mengenai pribadi. Tujuan dari diskusi atau polemik ini adalah membangun dan mencari kebersamaan dan kalau bisa menjadi kawan akrab untuk berpolemik, dengan perkataan lain ialah polemik dengan menempatkan diri kita diatas perbedahan politik, agama dan ide –ide, tetapi bebas, jujur dan tidak terikat pada sesuatu.

Ada yang tidak setuju dengan aksara pribumi dan non-pribumi, tetapi adakah aksara alternative untuk menggantinya; kalau ada katakanlah apa alternative yang baik. Ada teman yang mengatakan pada saya pakailah  terminology WNI keturunan Tionghoa atau etnis Tionghoa. Sebab menurut saya pada suatu waktu terminologi itu perlu dipakai untuk menjelaskan satu fenomen yang bertujuan baik. Misalnya untuk penyelidikan kesehatan yang terkena penyakit kanker payu darah (Breast cancer), atau penyakit pembuluh darah dan jantung golongan etnis mana lebih banyak; lalu dilanjutkan penyelidkan mengapa demikian, adakah pengaruh ini dan itu etc? Kalau umpama karena cara hidup, nah cara hidup ini bisa dirobah demi kesehatan rakyat Indonesia. Bagaimana kalau demi ilmu pengetahuan mengadakan penyelidikan demografis, maka penggunaan terminologi seperti itu sara rasa adalah satu keharusan, kalau tidak ada terminologi lain. Umpama penyelidikan demografis di kota ABC ternyata penduduknya berjumblah X dan golongan etnis Jawa y jumblahnya dan etnis Tionghoa Z etc. etc. Dibagi dari wanita, pria, umur-umur dan seterusnya. Ini sangat perlu untuk beleid Negara pada tahun tahun yang akan datang baik dalam bidang ekonomi maupun penghidupan social satu Negara.

Memang persoalan ini susah diselesaikan, apalagi kalau sudah digunakan dengan politik, paradigma-paradigma etc. akan lebih lebih kompleks lagi. Saya memberi satu contoh. Dalam sejarah Tiongkok 2000 tahun yang lalu, pikiran manusia masih sangat conservative dan secara etis, moral dilarang orang lelaki memegang tangan wanita, apalagi mengendong wanita bukan istri atau putrinya. Meng Zi (Mencius)  filosof besar kedua dalam confucianisme bercerita: ada satu wanita karena kurang hati-hati, maka dia jatuh kedalam kolam, seorang pria menolongnya dengan menarik tangannya atau mengangkat wanita itu kepinggir kolam. Dia membelah orang yang menolong itu dengan kata-kata:”kalau pria itu tidak menolong wanita yang tenggelam, maka dia adalah srigala. Dan orang menolong  itu harus menurut Tao, artinya menolong orang tenggelam harus dengan menarik tanggannya atau menggendongnya keatas tanpa tujuan apa-apa, selain menyelamatkan jiwa wanita itu!”

Budaya Tionghoa mengatakan bahwa orang harus tetap kalm, tenang jangan cepat dipengaruhi oleh fenomena yang datangnya secara fleeting (waktu yang pendek). Hilangkan semua dualitas dan jangan membiarkan jiwa kita mendapatkan “ketegangan” sedikitpun. Alam manusia di tandai dengan berbagai konflik, keadaan ditarik-tarik dengan keinginan yang bertentangan (opposing desires), ini mengakibatkan disharmoni dari jiwa kita, maka kita harus selalu waspada tentang ini.

Kalau kita demi kepentingan yang baik harus memakai aksara pribumi dan non-pribumi tanpa prasangka apa-apa saya rasa tidak apa-apa. Maka saya usulkan bahwa perdebatan itu harus dengan tujuan yang baik dan dalam suasana yang tenang dan debat itu diharepkan berachir dengan  suasana persaudaraan.

 

Dr. Han Hwie-Song

Breda, 14 September 2005  The Netherlands

 

 



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke