----- Original Message -----
From: Han Hwie
Song
Sent: Wednesday, September 14, 2005 8:54 PM
Subject: Re: Han Hwie-Song: Polemik dan perbedahan tentang aksara
pribumi dan non-pribumi Polemik dan perbedahan tentang aksara pribumi dan
non-pribumi Belakangan ini saya dengan interesan
membaca polemik mengenai terminologi pribumi dan non-pribumi. Diskusi untuk
mencari penyelesaian sangat berguna kalau ada satu kontradiksi, angsalkan jangan
sampai kontradiksi itu berkembang menjadi kontradiksi antar musuh, yang saya
sebut antagonisme, penuh dengan emosi dan sampai mengenai pribadi. Tujuan dari
diskusi atau polemik ini adalah membangun dan mencari kebersamaan dan kalau bisa
menjadi kawan akrab untuk berpolemik, dengan perkataan lain ialah polemik dengan
menempatkan diri kita diatas perbedahan politik, agama dan ide ide, tetapi
bebas, jujur dan tidak terikat pada sesuatu. Ada yang tidak setuju dengan aksara pribumi
dan non-pribumi, tetapi adakah aksara alternative untuk menggantinya; kalau ada
katakanlah apa alternative yang baik. Memang persoalan ini susah
diselesaikan, apalagi kalau sudah digunakan dengan politik, paradigma-paradigma
etc. akan lebih lebih kompleks lagi. Saya memberi satu contoh. Dalam sejarah
Tiongkok 2000 tahun yang lalu, pikiran manusia masih sangat conservative dan
secara etis, moral dilarang orang lelaki memegang tangan wanita, apalagi
mengendong wanita bukan istri atau putrinya. Meng Zi (Mencius) filosof
besar kedua dalam confucianisme bercerita: ada satu wanita karena kurang
hati-hati, maka dia jatuh kedalam kolam, seorang pria menolongnya dengan menarik
tangannya atau mengangkat wanita itu kepinggir kolam. Dia membelah orang yang
menolong itu dengan kata-kata:kalau pria itu tidak menolong wanita yang
tenggelam, maka dia adalah srigala. Dan orang menolong itu harus menurut
Tao, artinya menolong orang tenggelam harus dengan menarik tanggannya atau
menggendongnya keatas tanpa tujuan apa-apa, selain menyelamatkan jiwa wanita
itu! Budaya Tionghoa mengatakan bahwa
orang harus tetap kalm, tenang jangan cepat dipengaruhi oleh fenomena yang
datangnya secara fleeting (waktu yang pendek). Hilangkan semua dualitas
dan jangan membiarkan jiwa kita mendapatkan ketegangan sedikitpun. Alam
manusia di tandai dengan berbagai konflik, keadaan ditarik-tarik dengan
keinginan yang bertentangan (opposing desires), ini mengakibatkan disharmoni
dari jiwa kita, maka kita harus selalu waspada tentang
ini. Kalau kita demi kepentingan yang baik harus
memakai aksara pribumi dan non-pribumi tanpa prasangka apa-apa saya rasa tidak
apa-apa. Maka saya usulkan bahwa perdebatan itu harus dengan tujuan yang baik
dan dalam suasana yang tenang dan debat itu diharepkan berachir dengan
suasana persaudaraan. Dr. Han Hwie-Song Breda, 14 September 2005 The
Netherlands .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.
SPONSORED LINKS
YAHOO! GROUPS LINKS
|