Khonghucu merupakan tali vital dalam busur panah RRT
----------------------------------------------------------------
Oleh Jian Junbo

Semakin berkembang otot-otot ekonomi dan militer RRT, semakin banyak
perbincangan mengenai “Kebangkitan Tiongkok”. Tetapi ekonomi dan militer
termasuk “hard power”; sedangkan “soft power”nya yang diperlukan oleh RRT
untuk menjadi kekuatan kelas-dunia sejati berjalan terseok-seok di
belakangnya.

Namun beberapa cendekiawan di Tiongkok berpendapat bahwa “soft power”
Beijing mulai menggeliat dengan kebangkitan kembalinya Konfusianisme.
Pemikiran Kong Zi, sang pendidik dan pemikir Tionghoa yang hidup sekitar
2.500 tahun yang lalu, telah menjadi semakin populer di RRT.

Pemerintah juga menggunakan pemikiran Kong Zi untuk menyebarkan kebudayaan
Tionghoa di seluruh dunia untuk meningkatkan “soft power” RRT. Misalnya,
sejak tahun 2004, ketika Institut Konfusius pertama didirikan di Seoul,
Korea Selatan, lebih dari 250 Institut Konfusius telah didirikan di
seluruh pelosok dunia. [1]

Pada saat yang sama, orang bijak kuno ini menjadi semakin dihormati di
dalam negeri. Setiap tahun pada hari kelahirannya (29 September 551 SM),
upacara peringatan diadakan di kuil-kuil Kong Zi (Wen Miao).

Biasanya, upacara ini diselenggarakan dan dituanrumahi oleh pemerintah
setempat. Misalnya, di kota Qufu provinsi Shandong, kota kelahiran Kong
Zi, pemerintah daerah mengadakan upacara agung yang secara ketat mengikuti
tatacara ritual Khonghucu kuno.

Upacara seperti ini tidak dapat dibayangkan terjadi 30 tahunan yang lalu.
Pengaruh Konfusianisme yang telah berlangsung lebih dari dua milenium
mulai menurun pada awal abad ke-20 karena telah disalahkan sebagai
penyebab utama keterbelakangan Tiongkok. Selama berlangsungnya gerakan
mahasiswa anti-imperalis pada 4 Mei 1919, slogan “Ganyang Konfusianisme”
diteriak-teriakkan.

Di bawah rezim Mao Zedong, Kong Zi dikritik oleh Partai Komunis RRT
sebagai gembong feudalisme dan kaki-tangan eksploitasi kaum buruh.
Ajaran-ajarannya dianggap tidak berharga dan seharusnya dimasukkan ke
dalam “keranjang sampah sejarah.”

Sekarang ini Partai Komunis RRT menyetujui secara diam-diam atau bahkan
menyemangati kebangkitan kembali Konfusianisme dengan harapan bisa mengisi
kekosongan ideologis yang tercipta karena ditinggalkannya Marxisme dan
Leninisme ortodoks. Hal ini dipercaya bisa membuka jalan reformasi
ekonomi...

(Artikel selengkapnya dapat dibaca dengan mengkklik link sebagai berikut:
http://www.atimes.com/atimes/China/KJ09Ad01.html

als


Kirim email ke