Saudara Aris yang sangat baik,
Kebetulaan surat anda saya baca di satu pagi yang cerah,
udara yang nyaman serta perasaan yang leluasa dan segar. Lalu ditambah lagi
dengan ajakan anda yang begitu tulus dan bersahabat. Sayapun mohon maaf atas
kata-kata maupun kalimat saya yang  mungkin  atau sudah menyinggung perasaan
anda. Sekarang saya ingin meneruskan pekerjaan saya yang lain, semoga
berguna sebagaiamana juga harapan terbaik anda.
Salam tulus dari saya
asahan aidit.


----- Original Message ----- 
From: "kribo1" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Sent: Sunday, September 18, 2005 11:55 PM
Subject: Re: Fw: Fw: [budaya_tionghua] Merantau Cina


> Pak Asahan yang baik,
>
> Terima kasih atas penjelasan pak Asahan. Tidak ada hak saya untuk
> berkeberatan atas kritik terhadap sifat buruk sesuatu suku. Tidak
> juga saya punya anggapan bahwa sesuatu suku itu lebih superior dari
> suku lain. Andaikan dalam keterusterangan saya menyimpulkan tulisan
> pak Asahan - dengan cara baca 'menikmati bunga sambil naik kuda' ini
> alias tidak pusing dengan detail ceritera,- terdapat kata-kata yang
> menyinggung pak Asahan, saya mohon maaf. Mari kita sudahi diskusi
> kita yang tidak akan membawa kita ke mana-mana, dan mari kita gunakan
> waktu untuk menulis ini untuk menulis/berbuat sesuatu yang bermanfaat.
>
> Salam,
>
> Aris.
>
>
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "BISAI" <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
>>      Saudara Aris Tanone Yang baik,
>> Saya kira secara perlahan dan berangsur-angsur sudah mulai ada
> titik-titik
>> saling pengertian di antara kita untuk menuju ke saling pengertian
> yang
>> lebih besar lagi. Semua itu kita dapatkan dari keterus terangan kita
>> masing-masing yang telah kita curahkan secara sebebas-bebasnya
> dalam milis
>> yang menampung semua tulisan kita.Terima kasih saya pada semua
> milis dan
>> moderator yang dengan kesabaran luar biasa, memuat semua tulisan-
> tulisan
>> kita
>> tidak pandang bagaimanapun pendapat seseorang  atau pendirian
> seseorang.
>> Saya teringat akan kata-kata Ketua Ho chi Minh atau yang biasa kita
> panggil
>> dengan Paman Ho. Beliau mengatakan: "Noi that mat long" yang
> artinya:
>> Berterus
>> terang, atau berkata benar, akan menyinggung perasaan". Tapi beliau
> selalu
>> berterus terang kepada siapapun bila ada sesuatu yang tidak wajar,
> tidak
>> baik, tidak sepatutnya sambil mendidik rakyat beliau untuk mencapai
>> persatuan seluruh rakyat. Suatu hari ada cerita begini. Paman Ho
> makan
>> bersama dengan para para prajurit pengawal beliau. Seorang prajurit
> makannya
>> terlalu cepat hingga hingga khalayak makan yang lainnya tidak
> kebagian,
>> padahal yang disajikan sangat sedikit karena dalam situasi perang
> melawan
>> musuh bangsa dan juga persediaan makanan amat terlalu minim. Lalu
> Paman Ho
>> berkata: "Kalau Anh( panggilan akrab) makan terlalu cepat begini,
> semua
>> kawan lain akan kelaparan". Isi keterus terangan Paman Ho itu kalau
> kita
>> terjemahkan adalah bahwa prajurit yang makan terlalu cepat itu
> adalah
>> seorang yang hanya mermikirkan diri sendiri, individualis, rakus
> dan pula
>> tidak punya kesopanan karena hanya memikirkan perut sendiri di
> tengah
>> teman-temannya yang juga lapar.
>> Bung Aris sangat benar kalau mendapati ada juga segolongan suku
> bangsa atau
>> sekelompok ataupun bahkan hingga ke sebuah kota yang rakyatnya
> tidak suka
>> berterus terang. Bukankah juga jelas, saya juga memberikan
> perkecualian,
>> bukan seratus persen orang Indonesia itu punya sifat terus terang.
> Tapi
>> sebagai ciri umum manusia Indonesia, memang suka berterus terang dan
>> spontan. Mungkin saya salah dan mungkin tidak begitu, tapi itulah
> pendapat
>> saya dan penemuan saya. Salah satu contoh, umpamanya, seluruh
> bangsa
>> Indonesia sekarang ini
>> mengakui bahwa bangsanya sedang terpuruk, mengakui bahwa korupsi
> telah
>> menjadi budaya seluruh bangsa, mengakui para penguasanya di masa
> lalu(Orba)
>> adalah penguasa biadab, mengakui bahwa kebanyakan para pemimpin
> bangsa
>> mereka cuma memikirkan kepentingan diri sendiri dan macam-macam
> pengakuan
>> lainnya
>> yang digeneralisasi sebagai Indonesia atau  bangsa Indonesia.Tapi
> kan, kita
>> tidak berfikiran, asal Indonesia, atau bangsa Indonesia, berarti
> seratus
>> persen termasuk bayi-bayi yang baru lahir, punya ciri yang
> demikian. Tapi
>> keberanian orang Indonesia mengakui kekurangannya, kelemahannya,
> bukankah
>> itu masih bisa disebut positif? Apakah orang Indonesia akan menjadi
> hina
>> karena
>> berterus terang?. Orang Indonesia akan benar-benar menjadi bangsa
> yang hina
>> bila mereka tidak mau mengubah mentalitas mereka yang jelek, tidak
> mau
>> mengakui keterpurukannya di segala bidang yang sekarang mereka
> alami dan
>> rasakan. Lalu saya bertanya: Apakah bangsa Cina itu bangsa yang
> super?
>> etnis yang super? bangsa yang mulia sepanjang masa tanpa cacat cela
> dan
>> hanya bersedia menerima pujian, dikagumi dan mengharamkan semua
>> kritik, mengharamkan semua peringatan orang lain yang bermaksud
> baik agar
>> bisa hidup bersama secara harmonis dan tidak selalu merasa
> ekslusif?.
>> Begitulah maksud saya bila saya menyinggung masalah kekurangan Cina,
>> sifat-sifat Cina yang ada negatifnya yang bukan berarti adalah
> semua Cina
>> bahkan termasuk bayi yang baru lahir dan yang akan dilahirkan
> minggu depan.
>> Kita
>> tidak boleh terlalu mekanis sambil terlalu super sensitif
> menafsirkan sebuah
>> generalisasi .Harus juga dilihat konteks dari masaalah yang sedang
>> dibicarakn, benang merah atau makna apa yang dikatakan atau
> dimaksudkan
>> seseorang. Bila kita terlalu emosional, otak dan daya analisa kita
> akan
>> lumpuh dan lalu timbullah prasangka buruk, tuduhan yang berlebih
> lebihan
>> dan mungkin kontradiksi antara kita akan berkembang menjadi
> kontradiksi
>> antagonis.Kita tidak menghendaki hal itu.
>> Yang saya maksudkan dengan kritik terhadap sifat-sifat Cina yang
> negatif(
>> sekali lagi, apakah bangsa Cina tidak punya sifat-sifat negatif?)
> adalah
>> bahwa kita harus mengoreksi  kembali secara besar-besaran, secara
> lebih
>> beraani, lebih berterus terang, lebih blak-blakan, bagaimana
>> hubungan-hubungan antara Cina dan Indonesia di masa lalu maupun
> yang
>> sekarang
>> ini, yang telah dilakukan PKI dan PKC, antara dua bangsa, antara dua
>> kebudayaan yang berbeda, antara dua etnis yang sudah begitu lama
> saling
>> hidup bersama di Indonsia, tapi selalu saja terjadi percekcokan
> ras. Mengapa
>> demikian?. PKI sudah jelas melakukan banyak kesalahan fanatis dan
> dogmatis
>> dalam bersahabat dengan Cina terutama dengan PKC. Kesalahan itu
> telah
>> menimbulkan akibat luar biasa seperti yang semua kita telah
> mengetahuinya.
>> Saya, sebagai salah seorang korban dari yang berpuluh juta,bahkan
> bukan
>> hanya
>> kehilangan teman-teman, kawan-kawan, negeri dan sanak keluarga
> lainnya tapi
>> juga kehilangan seorang abang yang sangat saya cintai dan sangat
> mencintai
>> saya, yang itu anda gambarkan betapa dendamnya dan bencinya saya
> pada orang
>> Cina. Saya tidak sepicik itu untuk punya perasaan dendam dan beci
> ras
>> seperti yang anda gambarkan. Itu satu kesimpulan yang sesat, penuh
> emosi dan
>> sama sekali tidak berdasar. Tapi sudahlah, sayapun tidak yakin
> bahwa itulah
>> maksud anda yang sebetulnya. Karena kalau saya yakin begitu, e-mail
> anda ,
>> tidak akan pernah saya tanggapi seperti yang sepanjang sekarang
> ini, bahkan
>> tidak akan saya perdulikan. Tapi saya tidak bersikap arogan untuk
> menganggap
>> sepi setiap komentar yang tidak berkena di hati saya ataupun yang
> terlalu
>> agressiv menyerang saya. Semuanya saya jawab satu persatu. Dan
> tentu anda
>> sendiri maklum, untuk melakukan semua itu saya harus mengorbankan
> begitu
>> banyak waktu dan harus mengeluarkan tenaga dan pikiran yang tidak
> sedikit,
>> sambil saya juga harus menjamin kehidupan keluarga, kegiatan sehari-
> hari
>> yang tak mungkin ditelantarkan sehingga tidak jarang saya harus
> berhenti
>> bekerja sesudah jam dua tengah malam tanpa mendapatkan uang satu
> senpun.
>> Tentu tidak saya saja yang punya situasi demikian dan sayapun tidak
>> menuntut upah dari siapapun. Saya hanya melakukan kepedulian saya
> terhadap
>> semua yang menarik perhatian saya di sekitar yang terjadi sekitar
> bangsa
>> kita, meskipun saya berada jauh dan relatif aman, tidak lapar dari
> tempat
>> pembuangan saya yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan
> keadaan
>> rata-rata rakyat kita yang masih Paria korban ORBA dan penerusnya
> sekarang
>> ini yang masih tidak mau memperbaiki nasib rakyatnya dan hanya
> memperbaiki
>> nasib mereka yang sudah sangat baik itu menjadi super, super dan
> super
>> mewah.
>> Salam sebangsa dan setanah air.
>> asahan aidit.
>>
>>
>>
>>
>>
>> ----- Original Message ----- 
>> From: "kribo1" <[EMAIL PROTECTED]>
>> To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
>> Sent: Sunday, September 18, 2005 4:47 AM
>> Subject: Re: Fw: [budaya_tionghua] Merantau Cina
>>
>>
>> > Pak Asahan yang baik,
>> >
>> > Maaf karena keluar kota dan sekembalinya banyak timbunan kerjaan,
>> > baru sekarang sempat membalas email pak Asahan.
>> >
>> > Terus terang saya tidak punya waktu ikuti detail setiap tulisan,
>> > tetapi apa yang ungkapkan bukan saya ambil dari "thin air" seperti
>> > kata orang sini. Semua yang saya tuliskan adalah  kesimpulan saya
>> > dari kata-kata pak Asahan sendiri.
>> >
>> > Berikut ini saya kutipkan bagian yang saya maksudkan itu. Saya
>> > bintangi di awal ****** kata-kata dalam tulisan di bawah dan di
>> > ekornya ****** untuk menunjukkan bagian yang saya anggap
>> > melatarbelakangi rasa dendam pak Asahan sampai membuat pak Asahan
>> > menarik kesimpulan tersebut:
>> >
>> > http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/14172
>> >
>> > ==== quote ========
>> > Dan bila terjadi bentrok etnis yang bersifat rasial, sudah pasti
>> > etnis yang lebih kecillah yang menderita korban lebih banyak. Dan
>> > bila sudah begitu, yang menderita lebih banyak, tentu memerlukan
>> > pertolongan, memerlukan sokongan moril dan materil yang dalam
> hal
>> > ini etnis pribumilah yang bisa dijadika sandaran. Simpati pribumi
>> > mutlak diperlukan, yang akan melindungi, membela hak-hak
>> > mereka ,korban kerusuhan. Adalah kewajiban rakyat Indonesia
>> > melindungi dan membela etnis yang lain yang ditimpa kemalangan dan
>> > korban kerusuhan rasial bukan hanya terhadap etnis Cina saja. Tapi
>> > pembela-pembela, terutama dikalangan elit, haruslah juga membela
>> > dengan   tulus hati, tidak berlebihan menjadi fanatik, menjadi
>> > agresiv, menjadi berpihak secara berlebih-lebihan apalagi dengan
>> > emosi yang meluap-luap ******karena biasanya yang begini kalau
> suatu
>> > ketika dikecewakan oleh etnis yang pernah dibelanya, lalu membalik
>> > jadi anti setengah mati.****** Dalam membela , juga orang harus
>> > melihat timbangan ekstrimitas agar tidak mencapai ke puncak
>> > fanatisme. Karena kita juga harus waspada. ******Cina punya sifat
>> > menghianati teman.****** Pengalaman internasional menunjukkan juga
>> > hal itu. Partai Komunis Indonesia yang bersahabat dengan Partai
>> > Komunis Cina di masa sebelum kejatuhannya adalah persahabatan yang
>> > telah mencapai ke puncak fanatisme dan bahkan juga dogmatisme di
>> > bidang politik. Apa yang dibilang Cina lalu ditelan mentah-mentah
> dan
>> > semuanya harus menurut jalan Cina dari garis politik hingga
> ideologi,
>> > semuanya harus Cina  dan karena persahabatan yang telah begitu
>> > kentalnya, juga   telah membuat geram musuh musuh Cina, membuat
> geram
>> > Amerika dan CIA-nya, membuat geram Rusia yang ketika itu sedang
>> > menjad imusuh Cina nomor satu, membuat geram kaum reaksioner dalam
>> > negeri Indonesia sendiri. Dan ketika kegeraman itu memuncak,
>> > terkosentrasi dalam aliansi yang tidak jelas bentuknya yang
> bekerja
>> > sama dengan kaum reaksioner dalam    negeri, maka hancurlah PKI
> dalam
>> > waktu singkat, merata, total, habis-habisan. Dan apa yang
> diperbuat
>> > si sahabat kental?. Diam. Tanpa uluran tangan apalagi bantuan
>> > kongkrit. Penghianatan yang tak kelihatan itu sangat sukar
> dikatakan,
>> > sukar dibuktikan, sukar dibeberkan tapi juga sebuah penghianatan
>> > terhadap teman yang tak terbilangkan kejinya.
>> >
>> > ==== end quote ===========
>> > Menurut saya dalam menuliskan bahwa ~{!0~}Cina punya sifat
>> > menghianati teman~{!1~} pak Asahan sudah memukul rata dan ini
> sangat
>> > tidak fair buat orang lain selain Mao yang tidak ada sangkut paut
>> > dengan pengkhianatan PKC terhadap PKI menurut pendapat pak Asahan
> itu.
>> >
>> > Seingat saya, ada yang pernah menyinggung bahwa dalam setiap suku
>> > bangsa itu pasti ada orang yang jahatnya. Mungkin dalam salah satu
>> > tulisan saudara Rinto. (Maaf, saya tidak sempat mengeceknya lagi.)
>> > Soal pengkhianatan Mao terhadap orang sekitarnya sudah ada banyak
>> > bukunya. Termasuk di sini Liu Shaoqi yang mati di penjara dan
>> > jenazahnya hanya dipindahkan pakai jeep sampai kakinya menyorok
>> > keluar padahal itu mantan presiden. Jenderal He Long yang rasanya
>> > juga mati di penjara dan pernah harus minum kencingnya sendiri
> karena
>> > tidak dikasih minum. Ada lagi Marsekal Peng Dehuai yang dicopot
> dari
>> > jabatan saat kongres di Lushan. Begitu juga Deng Xiaoping yang di
>> > kirim suruh cuci otak dua kali. Sayang mungkin belum begitu banyak
>> > buku begini yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
> Kalau
>> > membaca sejarah penghianatan Mao terhadap teman-teman
>> > seperjuangannya,  saya rasa predikat ~{!0~}penghianatan
> keji~{!1~} itu
>> > sudah selayaknya ditimpakan kepada Mao namun itu bukan predikat
> untuk
>> > semua orang Cina. Bagi saya pemukulrataan itu kesimpulan yang
> terlalu
>> > jauh. Sama jauhnya dengan membayangkan bahwa penulis Merantau Cina
>> > adalah Cina ganti nama yang memasukkan unsur melankolik gaya Cina
>> > (yang menurut saya lolos sensor PKC) ke dalam ceritera itu.
>> >
>> > Soal keberterusterangan orang Indonesia, saya koq punya pikiran
> pak
>> > Asahan ini belum pernah tinggal di Yogya atau Jawa Tengah. Ataukah
>> > ini yang dimaksudkan pak Asahan sebagai pengecualian?
>> >
>> > Soal reaksi spontan pak Asahan dan keinginan membuka hati, OK-lah.
>> > Saya bisa mengerti dan saya sambut dengan baik. Saya juga berharap
>> > pak Asahan bisa maklumi bahwa tidak semua orang punya waktu teliti
>> > kalimat per kalimat dan jangan heran kalau tulisan pak Asahan bisa
>> > memberikan kesan yang berlainan dari yang pak Asahan harapkan,
>> > seperti halnya pendapat saya dari tulisan pak Asahan sendiri. Saya
>> > mohon maaf kalau keterusterangan saya itu tidak berkenan di hati
> pak
>> > Asahan.
>> >
>> > Sekian dulu komentar saya, dan salam kembali buat pak Asahan.
>> >
>> > Aris Tanone
>
>
>
>
>
> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
>
> .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
>
> .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
>
> .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
>



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/Ryu7JD/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke