Tulisan ini juga disajikan dalam website http://umarsaid.free.fr/



Catatan A. Umar Said



Seusai pilpres 8 Juli 2009 :



Indonesia membutuhkan gerakan

extra-parlementer yang kuat





Setelah melalui masa yang penuh dengan hiruk-pikuk, umbaran janji-janji
kosong, saling serang-menyerang dengan macam-macam kebohongan, baku hantam
dengan segala cara,   maka pertarungan antara tiga kubu capres-cawapres
telah  - pada pokoknya – selesai dengan diselenggarakanya pemilu presiden
tanggal 8 Juli yang lalu.



Meskipun hasil terakhir pemilihan presiden masih belum diumumkan secara
resmi, dan juga masih mengandung banyak hal yang bisa dipersoalkan, namun
sudah dapat diketahui bahwa pasangan SBY-Budiono mendapat suara yang
terbanyak dibandingkan dengan dua pasangan lainnya, yaitu Mega-Prabowo dan
Jusuf Kalla-Wiranto.

Menurut hasil quick count KPU,  pasangan SBY-Boediono unggul dengan
perolehan mencapai 61 persen suara. Sementara Mega-Prabowo mendulang suara
sebesar 28 persen, sedangkan  pasangan JK-Wiranto mendapatkan 12 persen
suara. (Tempo Interaktif 12 Juli). Tentu saja, angka-angka hasil quick count
ini masih bisa berobah di kemudian hari , walaupun tidak besar. Dan walaupun
hasil pemilu presiden yang lalu itu masih terus menjadi soal yang
dipertentangkan oleh berbagai fihak atau kalangan.

Jadi, kiranya sudah dapat disimpulkan bahwa negara dan pemerintahan kita
selama lima tahun mendatang akan dipimpin oleh presiden SBY dan wakilnya
Budiono, sebagai hasil kemenangan pasangannya dalam pemilihan presiden.
Apakah kemenangan SBY-Budiono merupakan bukti bahwa sebagian terbesar rakyat
kita betul-betul menganggap pasangan itu terbaik dibandingkan dengan yang
lain, ataukah karena sebab-sebab yang lain, hal ini bisa menjadi bahan
analisa yang bermacam-macam oleh berbagai kalangan atau golongan.

Dengan terpilihnya pasangan SBY-Budiono maka slogan « Lanjutkan », yang
dipakai selama kampanye pemilu 2009, akan diusahakan untuk dilaksanakan
selama 5 tahun mendatang. Ini berarti bahwa banyak hal-hal negatif, atau
masalah-masalah besar dan parah yang terjadi selama pimpinannya dari
2004-2009 akan berlangsung terus, disamping hal-hal positif yang tercapai
selama itu.



Masalah-masalah besar yang harus dihadapi

Berikut di bawah ini adalah sebagian dari hal-hal negatif atau
masalah-masalah besar dan parah selama pimpinan SBY antara 2004-2009, yang
masih akan terus dihadapi pemerintahan di bawahnya yang akan datang. Deretan
sejumlah sebagian masalah-masalah besar dan parah  ini mengingatkan kita
semua, baik yang mendukung pasangan SBY-Budiono maupun yang menentangnya,
bahwa negara dan bangsa kita memang betul-betul membutuhkan adanya perubahan
besar dan fundamental, dan tidak bisa diatasi dengan tindakan « tambal
sulam », apalagi dengan sikap politik yang pro-neoliberal dan tidak
menguntungkan rakyat miskin yang jumlahnya besar sekali.

Pemerintahan SBY-Budiono harus tetap menghadapi masalah besar yang sudah
puluhan tahun tidak bisa diatasi oleh berbagai pemerintahan sebelumnya,
yaitu pengangguran yang menurut BPS jumlahnya berkisar 10 juta orang. (Ini
jumlah « penganggur terbuka » atau yang sama sekali tidak punya pekerjaan,
sedangkan kalau dihitung dengan mereka yang setengah menganggur, maka bisa
mencapai puluhan juta orang). Jumlah penganggur yang begitu banyak tidaklah
mungkin diatasi dalam tempo 5 tahun yang mendatang.

Menurut BPS juga jumlah penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di
Indonesia pada bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 persen). Masalah
rakyat miskin yang begitu besar itu bukanlah hal yang mudah dipecahkan,
apalagi tanpa politik yang fundamental pro rakyat miskin. Pemerintahan SBY
yang lalu sudah mencoba menguranginya dengan mentrapkan BLT dan
tindakan-tindakan tambal sulam lainnya.  Di bawah pemerintahan yang dipimpin
SBY-Budiono nantinya berapakah jumlah rakyat miskin yang tetap menderita ?
Sulit diperkirakan.

Yang juga menyedihkan ialah adanya pengangguran lulusan perguruan tinggi di
Indonesia yang mencapai 2,6 juta orang dari pengangguran kurang lebih 40
juta orang. Dari jumlah itu terbagi atas pengangguran terbuka yang mencapai
kurang lebih 1,2 juta orang dan setengah pengangguran yang mencapai 1,4 juta
orang (Antara 19 Juni 09). Jelaslah kiranya bahwa soal ini juga tidak mudah
diatasi oleh pemerintahan SBY-Budiono dalam lima tahun saja.

Karena adanya krisis keuangan dan ekonomi dunia akhir-akhir ini, maka banyak
perusahaan kecil dan menengah Indonesia mengalami kesulitan atau bangkrut,
yang menyebabkan dipecatnya banyak buruh dan pegawai. Berbagai macam
kesulitan besar dan kecil  juga terjadi di bidang pertanian, kehutanan,
industri perkayuan, industri tekstil dan kerajinan tangan, pendidikan, dan
kesehatan.



9 partai politik akan “menguasai” DPR dan pemerintahan

Itu semua barulah sebagian kecil dari masalah-masalah besar dan parah yang
sudah lama dan sedang dihadapi bangsa dewasa ini,  dan juga dalam 5 tahun
yang mendatang. Dan berdasarkan pengamatan terhadap pengalaman 5 tahun
pemerintahan SBY-JK (antara 2004-2009) maka wajarlah kalau kita memiliki
kesangsian bahwa pemerintahan SBY-Budiono akan bisa memecahkan
masalah-masalah besar dan parah yang banyak itu dalam 5 tahun.

Mengingat itu semuanya, kita semua perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi
situasi yang tidak pasti, atau yang penuh dengan kesulitan yang
bermacam-macam itu.  Kita semua perlu mengamati atau mengawasi terus-menerus
segala politik atau tindakan pemerintahan SBY-Budiono. Bersandarkan kepada
pengalaman selama pemerintahan yang sudah-sudah, kita tidak boleh lagi
membiarkan adanya sekelompok penguasa atau « golongan elite »  terus-menerus
melakukan hal-hal yang merugikan rakyat banyak atau kepentingan negara.

Dengan hasil pemilu legislatif yang lalu, DPR kita akan « dikuasai » oleh 9
partai politik, besar dan kecil, yang sebagian terbesar sudah  kita kenal
praktek-prakteknya pada  masa-masa yang lalu dalam « mewakili » rakyat.
Selama periode « masa bakti » yang lalu, kita sudah menyaksikan kualitas
professional dan kualitas moral sebagian besar anggota-anggota DPR, yang
sangat mengecewakan dan , karenanya,  tidak patut mendapat penghargaan  dari
rakyat.



Jangan punya ilusi kepada mereka

Seperti  yang sama-sama kita ingat, DPR kita nantinya akan dipenuhi oleh
wakil-wakil partai politik : Partai Demokrat, Partai Golkar, PDI-P, PKS,
PAN, PPP, PKB, Gerindra dan Hanura.  Dengan komposisi yang semacam ini, dan
dengan mengingat pengalaman selama ini, maka kita tidak bisa, atau tidak
boleh, atau juga tidak patut sama sekali mempunyai ilusi bahwa negara dan
pemerintahan kita akan diurus oleh mereka dengan baik.

Kebejatan  moral dan kerusakan patriotisme, dan kebobrokan semangat
kerakyatan, yang sudah dengan jelas dipertontonkan selama pemilu lesgislatif
dan pemilu presiden 2009 menjadi peringatan bagi kita semua bahwa
wakil-wakil partai yang duduk dalam badan legislatif (DPR, DPRD, DPD) dan
juga dalam pemerintahan perlu sama-sama kita awasi dengan waspada sekali.

Terlalu besar berbagai  kebohongan yang sudah dijajakan dan terlalu banyak
janji-janji palsu  atau kosong yang mereka sodorkan, demi memperoleh kursi
di parlemen atau jabatan presiden dan wakil presiden, sehingga kita menjadi
ragu terhadap kejujuran atau ketulusan mereka dalam mengurus negara dan
kepentingan rakyat banyak.



Penjahat, maling, penipu dan pengkhianat

Patutlah kiranya sama-sama kita akui secara jujur  bahwa sejak berbagai
pemerintahan selama Orde Baru yang disusul oleh pemerintahan-pemerintahan
sesudahnya kita saksikan  adanya terlalu banyak penguasa (militer dan sipil)
dan tokoh-tokoh masyarakat (termasuk tokoh agama) yang sebenarnya bisa kita
masukkan dalam kategori sebagai penjahat, atau maling, atau penipu, atau
pengkhianat kepentingan rakyat banyak.

Nyata sekali bahwa selama pemilu legislatif dan pemilu presiden 2009 faktor
kekuatan dana memainkan peran yang amat besar sekali, bahkan ikut
menentukan. Tidak peduli apakah dana yang dipakai dalam kampanye itu haram
atau halal, atau juga tidak peduli asal-usul dari mana datangnya dana. Kalau
diusut atau diteliti benar-benar, maka nyatalah bahwa sebagian besar dana
yang dipakai berbagai fihak selama pemilu adalah hasil tindakan yang kotor
atau najis dan haram..



Pentingnya membangun kekuatan extra-parlementer

Mengingat itu semunya, maka seluruh kekuatan demokratis di Indonesia, tidak
peduli dari golongan atau aliran politik yang mana pun (termasuk 39 partai
pôlitik yang kecil-kecil yang tidak bisa masuk parlemen atau partai-partai
kecil lainnya,  dan ornop atau LSM, serta  segala macam gerakan atau
perkumpulan dalam masyarakat, termasuk serikat-serikat buruh ) untuk
membangun kekuatan extra-parlementer yang kuat dan meluas.

Gabungan luas dan besar segala macam kekuatan extra-parlementer ini
diperlukan sekali oleh rakyat kita yang berjumlah 240 juta ini untuk
menghadapi, mengawasi, bahkan menandingi DPR yang terdiri dari wakil-wakil 9
partai itu, dan juga menghadapi pemerintah yang akan mengurus negara selama
5 tahun yang mendatang.

Kekuatan extra-parlementer yang besar dan luas , yang terdiri dari
macam-macam aliran politik dan golongan dalam masyarakat itu adalah alat
atau senjata di tangan rakyat, dalam memperjuangkan kepentingannya. Sebab,
selama sejak pemerintahan Orde Baru yang 32 tahun ditambah dengan 10 tahun
berbagai pemerintahan .yang menyusulnya, sudah terbukti bahwa rakyat
Indonesia tidak bisa lagi – dan tidak boleh terus-menerus  - meyerahkan
mentah-mentah segala urusan negara dan bangsa hanya di tangan DPR dan
pemerintah saja.

Perlu kita ingat secara jelas atau kita sadari sedalam-dalamnya bahwa
rakyat berhak, bahkan wajib, dan  secara sah pula ( !)  untuk mengontrol
atau mengawasi pekerjaan DPR atau berbagai tindakan pemerintah. Ini adalah
tugas mulia dan luhur dari rakyat. Jadi, jangan takut dituduh mau mengrecoki
DPR atau mempersulit pekerjaan pemerintah Sebab, dalam demokrasi yang
betul-betul ditrapkan secara baik, peran gerakan extra-parlementer sangat
dihargai sebagai pelengkap persenjataan di tangan rakyat.



Contoh dari praktek di Prancis

Di negara-negara maju (antara lain : di Eropa, Australia, Amerika Serikat,
Amerika Latin  kekuatan extra-parlementer memainkan peran yang tidak kecil
dalam kehidupan rakyat masing-masing negara. Contohnya umpamanya, apa yang
terjadi di Prancis selama ini.

Prancis sejak lama sudah terkenal sebagai negara yang tradisi kehidupan
demokratiknya  menjadi contoh berbagai negeri.. Setiap minggu Parlemen dan
Senat Prancis mengadakan sidang  satu kali untuk memberi kesempatan kepada
anggota-anggotanya mengajukan pertanyaan, atau melancarkan kritik, atau
menyampaikan pendapat yang ditujukan kepada Perdana Menteri atau para
menteri mengenai berbagai kebijakan atau tindakan pemerintah. Sidang khusus
oleh dua badan tertinggi Prancis (yaitu Parlemen dan Senat) ini dinamakan
« Question au gouvernement » (Pertanyaan kepada pemerintah).

Walaupun tiap minggu pemerintah Prancis »diperiksa » atau diawasi oleh dua
badan legislatif tertinggi, namun sejak lama pula kehidupan
extra-parlementer tetap diperlukan oleh masyarakat. Gerakan
extra-parlementer ini terdiri dari partai-partai politik yang kecil-kecil,
organisasi-organisasi sosial-politik yang macam-macam, banyak sekali serikat
buruh yang amat kuat, dan berbagai lembaga masyarakat.

Oleh karena kuatnya kehidupan extra-parlementer inilah maka boleh dikatakan
bahwa di Prancis setiap harinya ada saja demonstrasi (besar dan kecil)  oleh
serikat buruh atau berbagai macam organisasi. Ini menunjukkan bahwa walaupun
sudah ada dua badan legislatif tertinggi yang mengawasi berbagai kebijakan
pemerintah Prancis setiap minggu melalui sidang khusus, namun toh masyarakat
masih membutuhkan adanya berbagai macam wadah atau alat lainnya untuk
menyalurkan perasaan atau pendapat mereka, dan sekaligus juga untuk
mengontrol pemerintah serta parlemen .



Gerakan besar extra-parlemnter untuk mendorong revolusi

Seyogyanya, demikian jugalah kiranya di Indonesia !!! Mengingat banyaknya
persoalan besar dan parah yang sedang dihadapi rakyat Indonesia, dan juga
mengingat buruknya sikap politik para penguasa selama ini, ditambah dengan
rendahnya sikap moral golongan elite kita pada umumnya, maka kebutuhan
rakyat akan adanya kekuatan extra-parlementer yang kuat, yang luas, yang
betul-betul  memihak rakyat kecil atau rakyat miskin, adalah besar sekali
dan  mendesak atau urgen sekali.

Berbagai kegiatan atau usaha untuk membangun kekuatan extra-parlementer,
dari mana pun datangnya atau oleh siapa pun pelakunya, adalah penting untuk
mencegah supaya urusan negara dan bangsa hanya dikuasai  atau dimonopoli
oleh wakil-wakil 9 partai di DPR dan di pemerintahan.

Gerakan extra-parlementer yang besar dan perkasa, akan bisa memberikan
sumbangan penting untuk dibangunnya secara bersama-sama kekuatan
revolusioner, yang merupakan syarat mutlak untuk terjadinya perubahan besar
dan fundamental  (atau revolusi, menurut bahasa yang sering digunakan Bung
Karno) bagi kepentingan rakyat banyak. Karena rakyat sudah tidak bisa lagi
menaruh kepercayaan kepada wakil partai-partai politik yang duduk di DPR dan
pemerintahan, maka gerakan extra-parlementer yang luas dan kuat merupakan
tameng atau senjata dan sekaligus pengayom kepentingan rakyat banyak, dalam
perjuangan bersama meneruskan revolusi yang belum selesai, sesuai dengan
ajaran-ajaran revosioner Bung Karno.



Paris, 12 Juli 2009
























Kirim email ke