Kumpulan berita ini juga disajikan di website http://umarsaid.free.fr

Serba-serbi tentang Tommy Soeharto

dan seluk-beluk Golkar (2)

 Berikut ini disajkan lanjutan dari kumpulan berita sekitar Tommy Soeharto
yang ingin jadi ketua umum Golkar dan kemudian ingin juga jadi presiden RI.
Sekarang ditambah lagi dengan isyu yang santer bahwa Tutut juga ingin jadi
ketua umum Golkar. Mengenai hiruk-pikuk soal pimpinan Golkar, adalah urusan
Golkar sendiri. Siapa pun menjadi pimpinan Golkar, partai ini tidak akan
berubah dan tetap merupakan partai yang tidak mendatangkan kebaikan apa pun
atau manfaat sedikit pun bagi rakyat dan negara. Bahkan sebaliknya !!!

Seperti yang sudah ditunjukkan, dengan jelas pula, oleh pengalaman selama
lebih dari 40 tahun (dan ini jangka waktu yang panjang sekali) Golkar
bersama pimpinan militer malahan menjadi sumber utama segala kebusukan,
kerusakan, dan kebobrokan di banyak bidang, yang akibat-akibat buruknya bagi
orang banyak masih terus kita saksikan sampai sekarang. Karenanya, siapapun
akan memimpin Golkar, partai ini sudah waktunya untuk « gulung tikar ». Dan,
kalau Tommy atau Tutut jadi pimpinan Golkar, ini justru akan lebih
mempercepat kehancuran partai yang memang seharusnya sudah  dimusnahkan oleh
rakyat sejak lama, melalui berbagai jalan, bentuk dan cara.

Untuk memudahkan para pembaca yang berminat mengikuti hiruk-pikuk pemilihan
ketua umum Golkar dan ilusi mereka untuk mendudukkan kembali jabatan
presiden di tangan mereka dalam tahun 2014 ; kumpulan berita ini akan
disajikan sesering mungkin sampai bulan Oktober yad.

* * *

            Tommy "Umpan" bagi Tutut?
            Gatra, 31 Agustus 2009

            Pengamat politik Burhanuddin Muhtadi menilai, rencana majunya
Tommy Soeharto sebagai kandidat Ketua Umum DPP Partai Golkar hanya sebagai
"umpan" bagi Siti Hardiyanti Rukmana (Tutut) yang akan mencalonkan diri.

            "Majunya Tommy Soeharto hanya sekadar `testing the water` bagi
Tutut (panggilan akrab Siti Hardiyanti Rukmana.red)," katanya di Jakarta,
Senin.

            Burhanuddin mengatakan, rencana pencalonan Tommy Soeharto hanya
untuk mengetahui reaksi pasar terhadap Keluarga Cendana yang akan terjun
kembali ke dalam dunia politik Golkar.

            Ternyata, katanya, Tutut melihat pencalonan Tommy relatif tidak
dipersoalkan oleh Golkar, kecuali Tommy dianggap tidak memenuhi AD/ART
Golkar untuk maju menjadi kandidat ketua umum.

            "Tutut akan maju ke bursa pencalonan ketua umum Partai Golkar
dengan tiga alasan," ujar peneliti senior Lembaga Survei Indonesia (LSI)
itu.

            Ia mengatakan, alasan pertama karena Tutut ingin menyelamatkan
aset-aset Keluarga Cendana.

            "Di Indonesia, bisnis dan kekuasaan adalah satu sisi dalam satu
koin mata uang yang tidak dapat dipisahkan," katanya.

            Alasan kedua, lanjutnya, Tutut merasa perlu menguasai Golkar
yang terlihat masih `seksi` dibandingkan dengan Partai Karya Peduli Bangsa
(PKPB) yang ia dirikan bersama Jenderal TNI (pur) R Hartono untuk
kepentingan investasi politik pada Pemilu 2014.

            Menurut Burhanuddin, alasan terakhir adalah dalam hal menghadang
Aburizal Bakrie yang mendapat dukungan dari dua orang yang dianggap paling
sukses melengserkan Soeharto, yakni Akbar Tandjung dan Ginandjar
Kartasasmita.

            "Lagipula, selama ini Tutut memang merupakan `putra mahkota`
Soeharto, bukan Tommy," tambahnya.

            Partai Golkar akan menggelar Musyawarah Nasional (Munas) di
Pekanbaru, Riau, pada 4-7 Oktober 2009, yang antara lain akan menentukan
Ketua Umum Partai Golkar mendatang menggantikan M Jusuf Kalla.

            Selain Tommy Soeharto dan Tutut, sejumlah tokoh Golkar yang
disebut-sebut bakal bersaing memperebutkan kursi orang nomor satu di Partai
Golkar adalah Aburizal Bakrie, Surya Paloh, Yuddy Chrisnandy, dan Ferry
Mursyidan Baldan. [TMA, Ant]

            * * *

            Jawa Pos 31 Agustus 2009

            Hartono: Tutut Masih Aktif di PKPB
            JAKARTA - Pusaran suksesi ketua umum Partai Golkar yang
menarik-narik anggota keluarga Cendana terus memicu kontroversi. Ketua Umum
Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) Jenderal TNI (pur) R. Hartono juga ikut
angkat bicara.

            Menurut dia, Siti Hardiyanti Rukmana yang populer dengan
panggilan Mbak Tutut seharusnya diperlakukan sebagai ''orang baru'' di
Partai Golkar. Sebab, Tutut pernah meninggalkan Partai Golkar dan aktif di
PKPB. Bahkan, sampai sekarang, menurut Hartono, Tutut belum pernah mundur
dari PKPB.

            ''Kalau Golkar beranggapan lain, silakan saja. Tapi, kalau saya
di PKPB tidak mau,'' kata Hartono ketika dihubungi di Jakarta kemarin
(30/8). Dia menyebut, bisa saja Tutut memutuskan kembali ke Partai Golkar
tanpa mengundurkan diri secara resmi dari PKPB. Sesuai UU Parpol, seseorang
yang pindah partai otomatis keluar dari partai sebelumnya.

            ''Tapi, seharusnya Tutut (dihitung, Red) sebagai orang baru,''
katanya. Lebih lanjut, dia juga menyindir sikap Golkar yang sekarang
berbaik-baik ingin merangkul lagi keluarga Cendana. Hartono mengingatkan
ketika Partai Golkar dipimpin Akbar Tandjung sudah tidak mengakui Soeharto
sebagai ketua dewan pembina.

            ''Ada buku kuning dengan pernyataan Akbar Tandjung. Tentu itu
sikap resmi Golkar. Kok sekarang malah memuji-muji,'' tuturnya.

            Pengamat politik Burhanudin Muhtadi menduga, Tommy Soeharto
hanya menjadi pancingan Tutut untuk melihat respons pasar. Yuddy Chrisnandi
juga ikut menjadi bagian dari proses itu. Kalau respons elite Golkar positif
terhadap eksperimen politik Yuddy yang mendorong Tutut maju, bukan tidak
mungkin Tutut mantap mencalonkan diri.

            Apalagi, Tutut tidak punya penghalang administratif untuk
mencalonkan diri. ''Sejak dulu keluarga Cendana menempatkan Tutut sebagai
putri mahkota Soeharto,'' katanya.

            Menurut dia, bisa saja Tutut mengubah konstelasi politik Golkar.
Sebab, hingga sekarang dukungan DPD-DPD terhadap Surya Paloh dan Aburizal
Bakrie masih cair. ''Munas Golkar selalu ditentukan di menit-menit akhir
pertandingan,'' ujar peneliti senior di Lembaga Survei Indonesia (LSI) itu.

            Dia menyebut, Munas Golkar 2004 telah membuktikan bahwa Jusuf
Kalla yang tidak disangka maju ternyata justru mampu mengalahkan Akbar
Tandjung. Munas Golkar mendatang bisa berubah cepat, kata Muhtadi, jika
Tutut mampu meyakinkan peserta munas bahwa dirinyalah yang paling mampu
bersaing mengalahkan Ical -panggilan akrab Aburizal Bakrie. ''Jika itu yang
terjadi, kubu Surya, Yuddy, dan Tommy akan bersatu untuk mengusung Tutut dan
menjadikan Ical sebagai common enemy,'' tandasnya. (pri/tof)

            * * *

            Tutut Bakal Bernasib Sama dengan Tommy

            Rakyat Merdeka, 31 Agustus 2009,

            Jakarta, RMOL. Adanya wacana Tutut Soeharto maju sebagai ketua
umum Golkar saat-saat terakhir menjelang Munas pada Oktober mendatang, tidak
akan membawa pengaruh apalagi bisa mengalahkan Aburizal Bakrie dan Surya
Paloh.

            Demikian dikemukakan mantan ketua umum Partai Golkar, Akbar
Tandjung, di sela-sela buka puasa bersama di kediamannya, Jalan Mulawarman,
Jakarta Selatan, Minggu malam (30/8)

            “Tak perlu dikuatirkan Tutut maju menjadi ketua umum Golkar,”
ujar Akbar Tandjung.

            Menurut mantan ketua DPR ini, Tutut juga akan bernasib sama
dengan Tommy Soeharto. Dia tidak akan bisa maju sebagai ketum Golkar.
Pasalnya, putri sulung penguasa Orde Baru itu pernah bergabung Partai Karya
Pembangunan Bangsa (PKPB) dan bahkan mendirikan partai itu bersama Hartono.

            “Kita ketahui dulu Tutut pernah mendirikan PKPB dan bila ingin
maju sebagai ketum Golkar harus ada persyaratan semacam verifikasi dari
Tutut,” tambah Akbar Tandjung yang juga menegaskan bahwa dirinya tetap
mendukung Aburizal. [wid]

            * * *
            Wacana Tutut Maju, Kubu Ical Tak Gentar Sedikitpun

            Rakyat Merdeka, 31 Agustus 2009,


            Jakarta, RMOL. Kubu Aburizal Bakrie tetap mengapresiasi niat dan
keinginan Siti Hardiyanti Rukmana alias Mbak Tutut untuk maju sebagai Ketua
Umum Golkar menjelang Munas pada Oktober mendatang.

            “Pak Ical mengapresiasi niat Mbak Tutut dan Mas Tommy untuk maju
pada Munas Golkar mendatang,” kata Jurubicara Aburizal Bakrie Lalu Mara
kepada Rakyat Merdeka Online siang ini (Senin, 31/8) menyikapi adanya wacana
putri almarhum mantan Presiden Soeharto untuk maju sebagai Ketua Umum Partai
Golkar.

            Bahkan kata dia, niat pangeran Cendana Tommy Soeharto dan Mbak
Tutut maju tidak akan mengganggu ataupun mengurangi dukungan kepada Ical
sebagai kandidat Ketua Umum Partai Golkar. Bahkan dukungan kepada Menko
Kesra tersebut terus mengalir.

            Sampai saat ini ungkap Lalu Mara, sebanyak 438 DPD
Kabupaten/kota dan 32 DPD Provinsi yang menyatakan dukungan dan akan memilih
Ical pada Munas mendatang. [dry]


      * * *

      Jawa Pos, 30 Agustus 2009

      Keluarga Cendana Satu Suara untuk Menangkan Tommy
      JAKARTA - Kubu Tommy Soeharto menilai upaya Yuddy Chrisnandi menarik
Siti Hardiyanti Rukmana alias Tutut dalam bursa calon ketua umum Partai
Golkar hanya wacana. Manuver Yuddy itu dianggap sebagai manuver untuk
meningkatkan popularitas. Sebab, keluarga Cendana sudah satu suara untuk
memenangkan Tommy sebagai calon ketua umum Partai Golkar.

      ''Kalau dia (Yuddy) bilang Mbak Tutut mau maju, itu hanya wacana yang
ada di kepala Yuddy,'' kata juru bicara Tommy Soeharto, Yusafri Syafei,
kepada Jawa Pos di Jakarta kemarin (29/8).

      Seperti diwartakan, Yuddy mendorong putri sulung Soeharto mencalonkan
diri sebagai ketua umum partai beringin. Yuddy mengaku sudah bertemu
langsung dengan menteri sosial pada era Orde Baru tersebut. Dia bahkan
bersedia mundur dari calon ketua umum dan menjadi tim kampanye apabila Tutut
mau maju. Kata Yuddy, Tutut masih mempertimbangkan tawaran itu.

      Yusafri mengakui, memang terjadi pertemuan pada Kamis lalu (27/8)
antara Tutut dan Yuddy. Namun, pertemuan tersebut sekadar silaturahmi. Tidak
ada pembicaraan politik khusus, apalagi sampai terjadi kesepakatan antara
keduanya.

      ''Jelas tidak ada pembicaraan politik. Karena pembicaraan itu sudah
kami (Yuddy dan Tommy, Red) lakukan pada 19 Agustus lalu di Gedung Granadi.
Yakni, mereka akan bersama-sama menghadapi persaingan menuju ketua umum.
Kami saling mendukung dan berjanji tidak akan ada black campaign,'' katanya.

      Selain itu, dalam pembicaraan tersebut, mereka tidak pernah
menyinggung mengenai pencalonan Tutut. Kalau memang Tutut menjadi bagian
gerakan politik mereka, Yuddy dan Tommy pasti membicarakan dalam pertemuan
di Granadi itu. ''Tapi, tidak ada pembicaraan mengenai Tutut. Jadi, mustahil
Tutut maju,'' tegasnya.

      Menurut Yusafri, sebelum nama Tommy mencuat sebagai calon ketua umum
partai beringin itu, keluarga Cendana menggelar rapat. Dalam rapat tersebut
disepakati bahwa Tommy yang didorong untuk maju. Sebab, di antara anak-anak
Soeharto, mantan pereli tersebut dianggap memiliki kans paling besar untuk
bersaing di partai yang didirikan ayahnya itu.

      ''Lagipula, kalau Mbak Tutut maju sendiri, akan banyak imbasnya. Suara
akan terpecah. Belum lagi pembiayaannya. Kami sudah hitung benar (untuk
mencalonkan Tommy, Red),'' katanya.

      Di sisi lain, pencalonan Tutut akan terhambat dengan persyaratan.
Tutut, menurut Yusafri, sampai saat ini masih tercatat sebagai kader Partai
Karya Pembangunan Bangsa (PKPB) pimpinan R Hartono. ''Tutut itu warnanya
hijau (PKPB, Red). Memang, hijau itu juga bagian dari kuning (Partai Golkar,
Red). Tapi, sudah tidak ada kemungkinan bagi Mbak Tutut untuk maju. Semua
kekuatan keluarga Cendana dikerahkan untuk Mas Tommy,'' ujarnya. (aga/tof)





Kirim email ke