================================================= 
THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] 
Seri : "Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, 
           nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia."  
================================================= 
[Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration & Pruralism Indonesia 
Quotient] 
Mensyukuri 81 Tahun Sumpah Pemuda dan Memperingati Hari Pahlawan 10 Nopember 
2009 
"Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia." 
Tak Ada yang Kalah dan Menang 
Oleh : Ahmad Syafii Maarif
Jika ada negara di muka bumi yang paling enak ditonton dalam arti runyam dan 
remuk dalam proses penegakan hukum, Indonesia adalah salah satu di antaranya 
yang berada di baris paling depan. 
Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang sengaja dibentuk dalam semangat 
reformasi untuk membantu tugas-tugas kepolisian dan kejaksaan, khususnya dalam 
memerangi korupsi - karena dua institusi negara itu setengah lumpuh dalam 
menjalankan tugas dan kewajibannya - sekarang justru sedang adu jotos. Bukankah 
ini adalah sebuah pertunjukan dari bangsa yang tunamalu?
Presiden bertindak cepat
Saya tidak tahu, bagaimana pilunya arwah tokoh seperti Bung Hatta dan Jenderal 
Hoegeng menyaksikan tontonan gratis yang setengah biadab ini. Petinggi polisi 
dan Kejaksaan Agung telah sama-sama pasang badan dalam upaya menegakkan benang 
basah, dengan merekayasa bukti hukum untuk melumpuhkan KPK dengan mengorbankan 
Bibit dan Chandra. Namun, tanpa dikomando, rakyat dari berbagai lapisan yang 
masih berfungsi nuraninya bangkit serentak melawan segala kepalsuan ini.
Syukurlah, kali ini Presiden bertindak cepat dengan membentuk Tim Delapan pada 
2 November lalu. Temuannya telah diserahkan kepada Presiden pada 16 November, 
sesuai jangka waktu yang diberikan kepada tim ini.
Kini publik sudah tahu apa isi laporan tim setebal 31 halaman itu. Dari salah 
seorang anggota tim, saya diberi tahu bahwa Presiden cukup puas dengan hasil 
kerja Tim Delapan ini. Salah satu indikator kepuasan itu adalah agar temuan 
investigasi itu dibagikan kepada publik, segera setelah dilaporkan kepada 
Presiden.
Bagi saya, yang selama ini bersikap kritis kepada kepemimpinan Presiden SBY, 
kejadian ini sungguh luar biasa. Keluarbiasaan semacam ini jangan hanya 
berhenti pada titik awal ini.
Kini bagaimana selanjutnya? Bola sepenuhnya berada di tangan Presiden. Jika 
ingin Program 100 Hari-nya dihargai publik, saya mohon agar saran dan 
rekomendasi Tim Delapan dilaksanakan dengan berani dan penuh tanggung jawab 
sekalipun akan membawa korban.
Menghargai hasil Tim Delapan
Tidak ada jalan yang paling bijak bagi Presiden, kecuali menghargai dan 
melaksanakan hasil kerja tim yang dibentuknya sendiri. Untuk sementara waktu, 
agar semua pihak tidak kehilangan muka, bisa saja dicari formula dalam format 
”tak ada yang menang dan kalah” (win-win solution) agar tidak menyulut 
keguncangan dahsyat seketika.
Namun, untuk jangka panjang, reformasi total pada semua institusi penegakan 
hukum wajib dilaksanakan. Untuk tujuan ini perlu dibentuk komisi/tim independen 
yang terdiri dari mereka yang punya rekam jejak yang telah teruji selama ini 
dengan integritas moral yang tahan banting, baik dari kalangan warga biasa, 
perguruan tinggi, kepolisian, maupun kejaksaan. Pribadi baik di kalangan 
kepolisian dan kejaksaan masih cukup tersedia. Tim Delapan adalah satu contoh 
terpuji untuk itu sekalipun saya semula agak skeptis.
Berharap kepada Presiden
Kemudian, untuk jangka lebih panjang lagi, reformasi birokrasi secara 
keseluruhan - yang selama ini hanya berkutat dalam teori dan wacana - harus 
dilakukan mulai sekarang. Birokrasi kita tetap buruk dan rapuh seperti 
sediakala, tidak banyak berbeda dengan keadaan sebelum era reformasi. Jika ada 
perbedaan, bukan dalam bentuk perubahan fundamental. Segi positifnya sekarang 
adalah borok menahun itu lebih mudah dibongkar berkat pers bebas sebagai salah 
satu pilar demokrasi dibandingkan dengan masa sebelumnya yang selalu ditutup 
rapat, sesuai dengan watak utama sebuah rezim otoritarian.
Sekiranya SBY gagal membaca tanda-tanda zaman saat ini untuk bertindak cepat 
dan tepat, pemerintahannya mungkin saja bertahan sampai tahun 2014 dengan 
legitimasi konstitusional yang dimiliki.
Namun, terkait legitimasi moral dan sosial, kita semua tidak perlu bertanya 
karena berangsur-angsur akan runtuh. Kita belum dapat membayangkan akibat 
buruknya jika semua itu berlaku.
Pembentukan Tim Delapan melalui gerak cepat yang tangkas itu harus diikuti 
gerak cepat selanjutnya jika memang kita tidak rela melihat Indonesia tercinta 
ini seperti kampung tak bertuan.
Kita semua masih berharap, semoga Presiden SBY mampu membawa negara dan bangsa 
ini ke keadaan yang lebih baik. [Ahmad Syafii Maarif Mantan Ketua Umum PP 
Muhammadiyah,Kompas, 20/11/2009]
---------
Marilah melanjutkan semangat juang, kepemimpinan, keteladanan dan kerja keras 
para pahlawan, khususnya di dalam usaha meletakkan dasar negara Pancasila, 
dasar pemahaman politik, kenegaraan dan kebangsaan bagi masa depan bangsa 
Indonesia.
Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat.
 
Best Regards, 
Retno Kintoko                                                                   
                                 
 
Ikutilah :
Magnificat Choir Competition 2009 [MCC 2009] 
 
The Flag 
Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! 
ERDBEBEN Alarm [ Alarm gempa ] 
Sedia Bibit Ikan Patin



 
SONETA INDONESIA <www.soneta.org>
Retno Kintoko Hp. 0818-942644
Aminta Plaza Lt. 10
Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
Ph. 62 21-7511402-3 
 


      

Kirim email ke