Tulisan ini juga disajikan dalam website http://umarsaid.free.fr yang sampai
sekarang

sudah dikunjungi lebih dari 601 660 kali



Bangunlah kaum yang terhina

bangunlah kaum yang lapar



Menjelang datangnya Hari Buruh Sedunia tanggal 1 Mei yang akan datang, yang
akan dirayakan di banyak penjuru dunia sebagai salah satu peringatan
kemenangan perjuangan kaum buruh/pekerja melawan penindasan, pemerasan atau
penghisapan kaum kapitalis reaksioner, maka di bawah berikut ini disajikan
teks atau lirik lagu « Internasionale » dalam bahasa Indonesia.



Bangunlah kaum jang terhina,

Bangunlah kaum jang lapar.
Kehendak jang mulja dalam dunia
senantiasa tambah besar.
Lenjapkan adat dan faham tua
kita Rakjat sedar-sedar.
Dunia sudah berganti rupa
untuk kemenangan kita.
Perdjuangan penghabisan,
kumpullah berlawan.
Dan Internasionale
pastilah di dunia.

Kitalah kaum pekerja s'dunia,
Tent'ra kerja nan perkasa.
Semuanya mesti milik kita,
Tak biarkan satupun penghisap!
Kala petir dahsyat menyambar
Di atas si angkara murka,
Tibalah saat bagi kita
surya bersinar cemerlang!
Perdjuangan penghabisan,
kumpullah berlawan.
Dan Internasionale
pastilah di dunia





Dikumandangkan oleh para perintis kemerdekaan


Lagu yang dijadikan oleh berbagai gerakan buruh dan golongan kiri di dunia
sebagai lambang perjuangan ini juga sudah dikenal d Indonesia sejak jaman
pemerintahan kolonial Belanda, dan dinyanyikan oleh gerakan–gerakan
nasionalis  perintis kemerdekaan, serikat buruh dan anggota serta simpatisan
PKI, baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi.



Namun, seperti yang dialami atau diketahui oleh banyak orang di Indonesia,
lagu « Internasionale » ini telah tidak bisa disuarakan dengan terbuka atau
terang-terangan dalam jangka yang lama sekali, karena dilarang oleh rejim
militer Orde Baru sebagai barang taboo dan dianggap berbahaya karena «
berbau komunis ». Karena itu, lagu « Internasionale » ini kurang dikenal di
Indonesia, tidak seperti di jaman pemerintahan Bung Karno ketika nyanyian
ini sering terdengar dimana-mana.



Sedangkan, ketika « Internasionale » ini dilarang di Indonesia oleh rejim
militer Suharto pada waktu itu, di banyak negeri di seluruh dunia lagu ini
disuarakan dengan lantang oleh berbagai rakyat dalam macam-macam bahasa,
yang jumlahnya melebihi 300 bahasa dan dialek, dan diterjemahkan dengan
sedikit perobahan-perobahan dari teks aslinya. Di seluruh dunia, hanya di
Indonesia di bawah Suhartolah lagu Internasionale dilarang atau ditabookan
secara terang-terangan dan menjadi sikap politik yang resmi dari rejim Orde
Baru.





Diciptakan semasa Komune  Paris


Padahal, sejak lagu ini diciptakan pada tanggal 30 Juni tahun 1871 oleh
seorang penyair dan tukang kayu di Perancis, Eugene Pottier, sudah menjadi
sangat terkenal secara internasional di kalangan gerakan buruh dan
revolusioner. Eugene Pottier adalah anggota Komune Paris yang terkemuka,
yang merupakan pemerintahan klas buruh yang pertama kali di dunia, yang
berkuasa selama  72 hari di Prancis



Pemerintahan klas buruh Komune Paris dikalahkan  oleh kaum borjuis
reaksioner, dan ribuan pendukung Komune dibunuh dan sekitar  50 000 orang
diadili. Eugene Pottier sendiri dijatuhi hukuman mati in absensia, sehingga
terpaksa melarikan diri untuk sementara ke Amerika Serikat, dan kemudian
kembali lagi ke Prancis. Syair gubahannya, yang mengumandangkan semangat
pembrontakannya melawan  penindasan, penghisapan dan kemiskinan  oleh klas
borjuasi, kemudian diisi sebagai musik oleh Pierre Degeyter dalam tahun
1888.



Sejak itu, lagu Internasionale yang teksnya membangkitkan semangat
perjuangan kaum buruh dan gerakan revolusioner atau gerakan kiri di banyak
negeri di dunia, menjadi lagu yang disuarakan oleh berbagai golongan yang
tergabung dalam macam-macam gerakan komunis, sosialis demokrat,  trotskis,
anarchis, atau golongan progresif lainnya.





Disuarakan oleh gerakan revolusioner di dunia



Sepanjang  sejarah perjuangan berbagai rakyat di  macam-macam negara di
dunia dalam melawan fasisme dan kaum kapitalis dan klas borjuis reaksioner,
lagu Internasional merupakan sumber semangat yang besar dan  penting bagi
banyak orang. Lagu ini dinyanyikan dalam kalangan Yahudi di ghetto-ghetto
Warsawa ketika melawan fasisme Jerman-Hitler. Juga oleh pasukan-pasukan
pembrontakan Spanyol melawan kekuasaan  Jenderal Franco, atau di berbagai
gerakan revolusioner menentang para diktator reaksioner di Amerika Latin.



Jadi, selama lebih dari 100 tahun lagu Internasionale sudah mempunyai daya
yang besar untuk membangkitkan keberanian dan mendorong tekad bagi mereka
yang mau mengadakan perlawanan terhadap segala macam penindasan,
penghisapan dan ketidakadilan di berbagai penjuru dunia.



Pada dewasa ini, lagu Internasionale masih terus sering terdengar dalam
pertemuan-pertemuan  penting dalam gerakan menentang neo-liberalisme dan
globalisasi, yang dilakukan oleh bermacam-macam gerakan yang luas, dan tidak
terbatas hanya oleh kalangan kiri, progresif, komunis, atau sosialis saja.
Ini dapat disaksikan dalam kegiatan-kegiatan di kalangan Third World Forum,
World Forum for Alternatives , di pertemuan-pertemuan di Porto Allegre
(Brasilia), di Caracas (Venezuela), di Bogota (Bolivia), di Afrika Selatan,
Mali, Kenya, atau di Prancis, Jerman, Italia, Spanyol dan negeri-negeri
Skandinavia.



Mengingat itu semua, maka kiranya untuk selanjutnya di Indonesia pun lagu
Internasional juga perlu dipakai sebagai pembangkit semangat perjuangan
gerakan buruh, dan mendorong persatuan serta menggalang setiakawan dalam
melawan segala macam ketidak-adilan dan pemerasan oleh kalangan kapitalis
reaksioner nasional maupun internasional, yang bersekongkol dengan  para
penguasa dalam pemerintahan SBY.



Tidak perlu takut-takut lagi menyanyikan Internasionale


Di kalangan gerakan buruh Indonesia, dan juga di kalangan kaum kiri atau
golongan progresif dalam masyarakat, sudah tidak perlu takut-takut lagi
untuk mengumandangkan lagu Internasioale  dalam kegiatan-kegiatan penting.
Sekarang ini, pemerintahan SBY, atau juga pemerintahan-pemerintahan lainnya
sudah tidak bisa melarang atau mencegah lagi diperdengarkannya  lagu
Internasionale. Sebab, tindakan sebodoh itu hanya akan membikin  lebih buruk
lagi muka pemerintahan SBY, yang selama ini sudah terlalu buruk oleh karena
berbagai persoalan besar dan kerusakan atau kebejatan yang meluas. Selain
itu, pasti akan mendapat perlawanan dari masyarakat luas dan sebagian
terbesar rakyat tidak mematuhi larangan  semacam itu.



Sebab, sebagai contohnya, walaupun  larangan terhadap beredarnya di negeri
kita marxisme resminya masih belum dicabut, namun dalam prakteknya sudah
banyak orang atau penerbit yang berani mengedarkan buku-buku yang  berisi
ajaran-ajaran marxisme (atau berbau-bau komunis/PKI)

.

Marxisme lewat Google di Internet


Lagi pula, dengan adanya Internet, maka larangan terhadap diedarkannya
marxisme di Indonesia menjadi soal yang bisa dianggap kentut saja oleh
banyak orang. Sekarang ini, melalui Internet, setiap orang yang berminat
terhadap marxisme, komunisme, atau sosialisme, dapat memperoleh bacaan yang
beratus-ratus ribu halaman setiap waktu.dan secara bebas, dengan membuka
Google.



Contohnya : dalam website http://umarsaid.free.fr tersedia di halaman utama
(index) rubrik yang berjudul Marxisme. Dalam rubrik ini dapat dibuka, setiap
hari atau setiap saat,  berbagai macam bahan bacaan tentang sejarah marxisme
di Indonesia, Tan Malaka, Leon Trotsky, Lenin, dan seabrek-abrek bahan
lainnya tentang marxisme).



Apa yang dikatakan Bung Karno


Dengan demikian, kiranya makin jelaslah kebenaran apa yang dikatakan Bung
Karno dalam tahun 1966 (setahun sesudah peristiwa G30S) bahwa marxisme tidak
bisa dilarang  dan juga ketika ia mengatakan sebagai berikut : « Apa lagu
Internasionale itu hanya  dinyanyikan oleh komunis tok ? Seluruh buruh !
Komunis atau niet communist, right wing atau left wing, semuanya menyanyikan
lagu Internasionale. Janganlah orang tidak tahu lantas berkata, siapa
melagukan Internasionale, ee,  PKI ! God dorie (bahasa Belanda,kira-kira
artinya :  Astaga atau Masya Allah) Lagu Internasionale dinyanyikan di
London, di Nederland, di Paris, di Brussel, di Bonn, di Moskow, di Peking,
di Tokio. Pendek, dimana-mana ada kaum buruh mengadakan serikat, menyanyikan
lagu Internasionale » (dikutip dari buku  « Revolusi belum selesai ,  jilid
II, halaman 313).



Dewasa ini, bagi kita di Indonesia, mengumandangkan lagu Internasionale
merupakan penghormatan kepada pengorbanan para Digulis yang banyak meninggal
di pembuangan Tanah Merah dan para perintis kemerdekaan lainnya. Menyanyikan
lagu Internasionale bisa juga berarti menunjukkan sikap marah dan kebencian
kepada rejim militer Suharto beserta para pendukung setianya. Di samping
itu, mengumandangkan lagu Internasionale juga berarti ikut melestarikan jiwa
perjuangan revolusioner Bung Karno.



Paris, 26 April 2010



A. Umar Said










































Kirim email ke