--- In [EMAIL PROTECTED], "arief budi setyawan" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

Ibrahim. AS
Ibrahim dilahirkan di Babylonia, bagian selatan Mesoptamia (sekarang
Irak). Ayahnya bernama Azar, seorang ahli pembuat dan penjual patung.

Nabi Ibrahim AS dihadapkan pada suatu kaum yang rusak, yang dipimpin
oleh Raja Namrud, seorang raja yang sangat ditakuti rakyatnya dan
menganggap dirinya sebagai Tuhan.

Sejak kecil Nabi Ibrahim AS selalu tertarik memikirkan kejadian-kejadian
alam. Ia menyimpulkan bahwa keajaiban-keajaiban tsb pastilah diatur oleh
satu kekuatan yang Maha Kuasa.

Semakin beranjak dewasa, Ibrahim mulai berbaur dengan masyarakat luas.
Salah satu bentuk ketimpangan yang dilihatnya adalah besarnya perhatian
masyarakat terhadap patung-patung. Nabi Ibrahim AS yang telah
berketetapan hati untuk menyembah Allah SWT dan menjauhi berhala,
memohon kepada Allah SWT agar kepadanya diperlihatkan kemampuan-Nya
menghidupkan makhluk yang telah mati. Tujuannya adalah untuk mempertebal
iman dan keyakinannya.

Allah SWT memenuhi permintaannya. Atas petunjuk Allah SWT, empat ekor
burung dibunuh dan tubuhnya dilumatkan serta disatukan. Kemudian tubuh
burung-burung itu dibagi menjadi empat dan masing-masing bagian
diletakkan di atas puncak bukit yang terpisah satu sama lain. Allah SWT
memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk memanggil burung-burung tsb. Atas
kuasa-Nya, burung yang sudah mati dan tubuhnya tercampur itu kembali
hidup. Hilanglah segenap keragu-raguan hati Ibrahim AS tentang kebesaran
Allah SWT.
Ibrahim menghancurkan berhala kaum Babylonia
Orang pertama yang mendapat dakwah Nabi Ibrahim AS adalah Azar, ayahnya
sendiri. Azar sangat marah mendengar pernyataan bahwa anaknya tidak
mempercayai berhala yang disembahnya, bahkan mengajak untuk memasuki
kepercayaan baru menyembah Allah SWT. Ibrahim pun diusir dari rumah.

Ibrahim merencanakan untuk membuktikan kepada kaumnya tentang kesalahan
mereka menyembah berhala. Kesempatan itu diperolehnya ketika penduduk
Babylonia merayakan suatu hari besar dengan tinggal di luar kota selama
berhari-hari. Ibrahim lalu memasuki tempat peribadatan kaumnya dan
merusak semua berhala yang ada, kecuali sebuah patung yang besar. Oleh
Ibrahim, di leher patung itu dikalungkan sebuah kapak.
Mukjizat Allah: Api menjadi dingin
Akibat perbuatannya ini, Ibrahim ditangkap dan diadili. Namun ia
menyatakan bahwa patung yang berkalung kapak itulah yang menghancurkan
berhala-berhala mereka dan menyarankan para hakim untuk bertanya
kepadanya. Tentu saja para hakim mengatakan bahwa berhala tidak mungkin
dapat ditanyai. Saat itulah Nabi Ibrahim AS mengemukakan pemikirannya
yang berisi dakwah menyembah Allah SWT.

Hakim memutuskan Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai hukumannya.
Saat itulah mukjizat dari Allah SWT turun. Atas perintah Allah, api
menjadi dingin dan Ibrahim pun selamat. Sejumlah orang yang menyaksikan
kejadian ini mulai tertarik pada dakwah Ibrahim AS, namun mereka merasa
takut pada penguasa.

Langkah dakwah Nabi Ibrahim AS benar-benar dibatasi oleh Raja Namrud dan
kaki tangannya. Karena melihat kesempatan berdakwah yang sangat sempit,
Ibrahim AS meninggalkan tanah airnya menuju Harran, suatu daerah di
Palestina. Di sini ia menemukan penduduk yang menyembah binatang.
Penduduk di wilayah ini menolak dakwah Nabi Ibrahim AS. Ibrahim AS yang
saat itu telah menikah dengan Siti Sarah kemudian berhijrah ke Mesir. Di
tempat ini Nabi Ibrahim AS berniaga, bertani, dan beternak. Kemajuan
usahanya membuat iri penduduk Mesir sehingga ia pun kembali ke
Palestina.
Ibrahim menikahi Siti Hajar
Setelah bertahun-tahun menikah, pasangan Ibrahim dan Sarah tak kunjung
dikaruniai seorang anak. Untuk memperoleh keturunan, Sarah mengizinkan
suaminya untuk menikahi Siti Hajar, pembantu mereka. Dari pernikahan
ini, lahirlah Ismail yang kemudian juga menjadi nabi.

Ketika Nabi Ibrahim AS berusia 90 tahun, datang perintah Allah SWT agar
ia meng-khitan dirinya, Ismail yang saat itu berusia 13 tahun, dan
seluruh anggota keluarganya. Perintah ini segera dijalankan Nabi Ibrahim
AS dan kemudian menjadi hal yang dijalankan nabi-nabi berikutnya hingga
umat Nabi Muhammad SAW.

Allah SWT juga memerintahkan Ibrahim AS untuk memperbaiki Ka'bah
(Baitullah). Saat itu bangunan Ka'bah sebagai rumah suci sudah berdiri
di Mekah. Bangunan ini diperbaikinya bersama Ismail AS. Hal ini
dijelaskan dalam Al Qur'an surat Al-Baqarah ayat 127.

Ibrahim AS adalah nenek moyang bangsa Arab dan Israel. Keturunannya
banyak yang menjadi nabi. Dalam riwayat dikatakan bahwa usia Nabi
Ibrahim AS mencapai 175 tahun. Kisah Nabi Ibrahim AS terangkum dalam Al
Qur'an, diantaranya surat Maryam: 41-48, Al-Anbiyâ: 51-72, dan
Al-An'âm: 74-83.






  Ismail AS

Nabi Ibrahim mengasingkan Hajar dan anaknya
Dengan kelahiran bayi Ismail, Siti Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim AS,
berangsur-angsur merasa cemburu sehingga ia meminta kepada suaminya agar
memindahkan Hajar dan anaknya ke suatu tempat yang jauh. Atas wahyu dari
Allah SWT, Ibrahim AS memenuhi kehendak istrinya. Ia kemudian
memindahkan Hajar dan bayinya ke tengah padang pasir di Mekah, dekat
sebuah bangunan suci yang kemudian dikenal sebagai Ka'bah. Ia kemudian
meninggalkan keduanya di tempat itu karena harus kembali ke Palestina
untuk menemui Sarah. Dalam perjalanan pulang itu Ibrahim tak
henti-hentinya memanjatkan doa memohon keselamatan bagi istri dan putra
yang ditinggalkannya.
Mukjizat Air Zamzam
Setelah makanan yang ditinggalkan habis, Hajar bersusah payah mencari
air. Atas pertolongan Allah SWT melalui malaikat Jibril, tiba-tiba di
dekat Ismail muncul sebuah mata air yang bening. Mata air itulah yang
dikenal sebagai sumur zamzam dan masih ada hingga saat ini.

Ismail yang sudah beranjak remaja sangat menggembirakan hati Ibrahim,
namun kegembiraan itu tiba-tiba buyar karena perintah Allah SWT lewat
mimpinya yang meminta agar anak kesayangannya itu disembelih. Mula-mula
Ibrahim sangat sedih menerima mimpi itu, namun sebagai orang yang saleh
dan taat ia berniat menjalankan perintah Allah SWT tsb dan kemudian
menyampaikan berita itu kepada putranya. Tanpa ragu, Ismail meminta
ayahnya untuk melaksanakan perintah itu.

Pada akhirnya, ketika hal tsb dilaksanakan, Allah SWT mengganti Ismail
dengan seekor kambing. Peristiwa ini selalu diperingati setiap tahun
dengan anjuran menyembelih hewan kurban pada hari Idul Adha.

Nabi Ismail AS menikah dengan seorang anak pendatang baru di kawasan
sumur zamzam. Anak itu berasal dari suku Jurhum. Ia kemudian menjadi
penjaga sumur zamzam yang semakin hari semakin ramai dikunjungi orang.
Menurut riwayat, Nabi Ismail AS meninggal dalam usia 137 tahun.

Kisah Nabi Ismail AS yang tidak bisa dilepaskan dari kisah Nabi Ibrahim
AS diceritakan di Al Qur'an dalam 30 ayat yang tersebar dalam 5 surat,
diantaranya adalah surat Ibrâhîm: 35-40, dan Al-Baqarah: 124-129.

--- End forwarded message ---

Kirim email ke